Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

4 Masalah Makan Pada Anak dan Cara Mengatasinya

KOMPAS.com - Kecukupan gizi memainkan peranan penting dalam tumbuh kembang seorang anak. Namun tidak semua anak bisa memiliki gizi yang cukup.

Di Indonesia, ada 3 permasalahan gizi yang perlu mendapatkan perhatian dan penanganan khusus yakni kurang gizi, gizi berlebih, serta defisiensi zat gizi mikro seperti zat besi.

Kurang gizi dapat menyebabkan anak terkena stunting yang berdampak pada perkembangan otak, kecerdasan, pertumbuhan fisik, dan metabolisme tubuh.

Sedangkan gizi berlebih dapat membuat anak mengalami obesitas atau kelebihan berat badan.

Seperti yang diketahui, obesitas merupakan faktor risiko terjadinya penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi, diabetes, stroke, penyakit jantung, dan kanker.

Sedangkan defisiensi atau kekurangan zat gizi mikro seperti zat besi dapat menyebabkan anemia. Anemia juga berdampak pada tumbuh kembang anak.

Penting bagi orangtua untuk memastikan kebutuhan gizi pada anak tercukupi. Namun tak bisa dipungkiri, terkadang timbul masalah makan pada anak, khususnya anak usia 4-6 tahun

Menurut Prof. Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MSi., dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor (IPB), ada 4 masalah makan yang sering dialami anak.

"Masalah makan tersebut turut andil terhadap status gizi yang kurang baik pada anak," kata Anna dalam webinar yang diselenggarakan Danone beberapa waktu lalu.

Dalam webinar bertajuk 'Membangun Generasi Sehat Melalui Edukasi Gizi seimbang Sejak Dini', Anna mengungkapkan masalah makan pada anak. Berikut ulasannya.

1. Pilih-pilih makanan

Ada beberapa penyebab yang membuat anak pilih-pilih makanan. Pertama, menyukai jenis makanan tertentu karena memiliki cita rasa yang berbeda.

Selain itu, anak mungkin bosan dengan jenis makanan yang diberikan kepadanya. Kebiasaan makan di keluarga juga dapat ikut memengaruhi.

"Kalau keluarganya, orangtuanya suka pilih-pilih makanan, maka anak juga melakukannya," ujar Anna.

2. Susah makan, hanya mau makan sedikit

Sebagian besar masalah susah makan pada anak disebabkan oleh faktor psikologis yakni kebiasaan orangtua memaksa anaknya untuk makan.

Faktor lainnya adalah memberikan makanan selingan seperti camilan dan susu yang dekat dengan waktu makan. Hal ini membuat anak sudah merasa kenyang lebih dulu sehingga menolak untuk makan.

"Lalu apabila orangtuanya sedang diet (membatasi konsumsi makanan), anak juga cenderung meniru," ungkap Anna.

3. Menolak makan

Masalah ketiga adalah anak menolak makan lantaran cita rasa yang diterimanya dari makanan terasa asing di lidah.

Selain itu, anak juga bisa menolak makan apabila suasananya tidak menyenangkan. Contohnya dipaksa makan padahal belum lapar.

Anna mengatakan, ada pula anak yang menolak makan karena sengaja ingin mencari perhatian orangtuanya atau sedang sakit sehingga tidak nafsu makan.

4. Tidak suka makan sayur

Ini merupakan permasalahan yang dialami oleh banyak orangtua. Biasanya anak tidak suka makan sayur karena rasanya yang kurang enak bila dibandingkan dengan lauk hewani yang gurih dan lezat.

Selain itu, dibanding buah, rasa sayur juga kurang menarik bagi anak-anak. Belum lagi jika penyajian sayur kurang menarik.

Pertama untuk masalah pilih-pilih makanan, orangtua perlu mencegahnya dengan cara mengenalkan berbagai macam pangan sejak dini.

Hal ini juga berkaitan dengan pedoman Isi Piringku dan diet seimbang. Menurut pedoman tersebut, dalam satu kali makan, makanan di piring anak harus memenuh kebutuhan makronutrien dan mikronutrien.

Contoh makronutrien adalah karbohidrat, protein, dan lemak. Sedangkan mikronutrien yakni vitamin, dan mineral.

"Misalnya sumber karbohidrat itu bukan nasi saja. Sesekali anak boleh makan mi, jangan dilarang," katanya.

"Lalu misalkan biasanya anak hanya makan sayur sop dan bayam saja, kenalkan dengan sayur yang lain seperti brokoli sehingga anak suka," tambah Anna.

Selain itu, orangtua juga bisa mengenalkan aneka jenis makanan lewat mainan yang disukai oleh anak. Jadi anak mengetahui berbagai macam makanan.

Namun jangan hanya fokus pada mengenalkan berbagai jenis makanan. Orangtua juga perlu memastikan porsi makan anak seimbang.

Dalam satu piring, setengah porsinya harus berisi sayur dan buah-buahan. Sedangkan setengah porsi lagi berisi makanan pokok dan lauk pauk.

Persentase sayur harus lebih banyak dibanding buah. Begitu juga dengan makanan pokok yang lebih banyak dibanding lauk pauk.

Kemudian untuk masalah anak menolak makan sayur, orangtua perlu menjelaskan pentingnya mengonsumsi sayur hingga anak paham.

"Orangtua juga harus memberikan contoh dengan makan sayur pada saat makan bersama karena anak mencontoh perilaku orangtua," ujar Anna.

Terakhir dia mengingatkan agar orangtua tidak memaksa anak untuk makan. Sebab hal itu malah berdampak buruk.

Sebaliknya orangtua perlu menciptakan suasana makan yang menyenangkan. Misalnya menyajikan makanan dengan bentuk yang unik.

"Orangtua juga bisa mengajak anak untuk belanja, mengolah makanan dengan memotong-motong. Dengan begitu anak ada motivasi untuk makan," pungkas Anna.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/03/09/125934420/4-masalah-makan-pada-anak-dan-cara-mengatasinya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke