Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Hipospadia, Kelainan Medis Mantan Atlet Voli Aprilia Manganang

KOMPAS.com - Selama ini kita mungkin mengetahui sosok mantan pemain tim nasional (timnas) voli putri Indonesia, Aprilia Manganang sebagai seorang perempuan.

Namun tak disangka, kini dirinya dipastikan memiliki jenis kelamin laki-laki seperti yang diungkapkankan oleh Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) TNI, Jenderal Andika Perkasa, dalam konferensi pers, Selasa (9/3/2021).

Aprilia Manganang yang juga menjadi prajurit TNI aktif dengan pangkat Sersan Dua (Serda) telah menjalani pemeriksaan medis sejak 3 Februari 2021 dan dinyatakan mengidap kelainan medis yang disebut hipospadia ketika dilahirkan.

Secara garis besar, hipospadia adalah kelainan bentuk penis yang muncul sejak lahir.

Pada penderita hipospadia, pembukaan uretra -tabung yang mengalirkan urin dari kandung kemih- berada di sepanjang bagian bawah penis bukan berada di ujung.

Tingkat penyimpangannya berbeda-beda, tergantung pada posisi lubang uretra. Bisa berada di dalam kelenjar atau ujung penis, di batang penis itu sendiri, atau bahkan di dalam skrotum yang berada di antara kedua testis.

Kondisi ini diketahui memengaruhi sekitar satu dari 250 anak laki-laki. Dari jumlah tersebut, 70 persen terdiri dari bentuk yang tidak terlalu berbeda, di mana pembukaan relatif dekat dengan ujung penis, sementara 30 persen dipengaruhi oleh bentuk yang lebih parah.

Diagnosa

Sebagian besar kasus didiagnosis saat lahir atau selama masa kanak-kanak, ketika orangtua atau dokter menemukan penis tidak normal selama pemeriksaan fisik.

Adapun gejalanya dapat berupa penyemprotan urin yang tidak normal atau harus duduk untuk buang air kecil.

Selain itu, panyandang hipospadia mungkin memiliki fitur lain seperti penis melengkung ke bawah (chordee) atau kulup yang tidak lengkap.

Dalam kasus terakhir, kulup tidak ada di bagian bawah penis sehingga menyerupai tudung di bagian atas, yang dikenal sebagai kulup berkerudung.

Terkadang, hipospadia ini dapat dikaitkan dengan anomali genital lainnya seperti testis tidak turun dengan benar ke dalam skrotum (kriptorkismus) atau penis lebih pendek dari yang diharapkan untuk usia seharusnya (mikropenis).

Hal ini juga bisa menjadi bagian dari spektrum luas gangguan perkembangan seks.

Hipospadia kadang-kadang dapat ditemukan dalam kaitannya dengan beberapa sindrom, yang mungkin merupakan salah satu dari banyak malformasi.

Penyebab

Sampai saat ini penyebab hipospadia masih menjadi bahan perdebatan. Tetapi, sekitar 10 persen kasus hipospadia terjadi karena faktor genetik dan lingkungan.

Perubahan gen yang diperlukan untuk perkembangan normal testis atau penis terbukti berkontribusi pada hipospadia pada sekitar 30 persen kasus.

Meski demikian, perubahan genetik semacam ini tidak menjelaskan semua kasus hipospadia.

Beberapa zat yang ditemukan di lingkungan sehari-hari seperti obat hormonal atau bahan kimia industri, serta pertanian juga dapat mengubah cara informasi genetik diekspresikan (epigenetik).

Bahan kimia ini dapat mengganggu regulasi gen yang terkait dengan perkembangan normal penis dengan menyebabkan gen dinonaktifkan atau dimatikan.

Pengobatan

Sebagian besar kasus memerlukan intervensi bedah untuk memperbaiki kelengkungan dan membuat bukaan sedekat mungkin ke ujung penis.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan aktivitas buang air kecil dan seksual.

Dalam beberapa kasus kecil, pembedahan hanya akan dilakukan untuk bedah kosmetik guna memperbaiki kulup yang berkerudung. Semua pilihan ada di tangan pasien dan orangtuanya.

Sementara pada hipospadia dengan kondisi yang parah, pasien harus menjalani operasi sebagai prosedur pengobatan sehingga dia dapat buang air kecil dan melakukan fungsi seksual dengan normal.

Pada kasus yang parah, proses pembedahan yang dilakukan lebih kompleks dan memiliki tingkat komplikasi yang lebih tinggi, terutama dalam hal fungsi saluran kemih.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/03/10/071814220/mengenal-hipospadia-kelainan-medis-mantan-atlet-voli-aprilia-manganang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke