Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Olahraga Saja Tak Cukup untuk Turunkan Berat Badan, Kenapa?

Penulis buku "Burn: New Research Blows the Lid Off How We Really Burn Calories, Lose Weight, and Stay Healthy" Herman Pontzer mengungkap tentang hal ini.

Herman Pontzer mengatakan, pembakaran lebih banyak energi tidak dapat menurunkan berat badan begitu saja.

"Otak kita sangat pandai dan mampu mencocokkan berapa banyak kalori yang kita makan dan berapa banyak kalori yang kita bakar," kata Profesor antropologi evolusioner di Duke University ini, kepada Today.

"Orang dengan gaya hidupnya tidak banyak bergerak, dibanding orang yang gaya hidupnya aktif akan membakar kalori dalam jumlah yang sama," sambung dia.

Sejak lama kita telah mendapat pengertian bahwa semakin banyak bergerak, maka semakin banyak pula energi yang dibakar untuk membantu menurunkan berat badan.

Tapi, menurut Pontzerz, hal itu adalah pandangan yang salah tentang mesin metabolisme fleksibel tubuh manusia.

Sebagai contoh, saat seseorang baru memulai berolahraga, dia mungkin akan membakar lebih banyak kalori di awal.

Namun, lambat laun tubuhnya akan semakin menyesuaikan diri dan mulai menghabiskan lebih sedikit energi untuk banyak tugas lainnya seperti peradangan dan stres.

Oleh sebab itu, dia menyarankan agar orang-orang yang ingin menurunkan berat badan tidak hanya berolahraga saja, tetapi juga perlu memperbaiki pola makan.

Profesor ilmu olahraga dan dekan perguruan tinggi ilmu kesehatan di University of Rhode Island, Deborah Riebe pun mengungkapkan pandangan senada.

Riebe menyebut, gabungan diet dan olahraga menghasilkan penurunan berat badan 20 persen lebih besar dibandingkan dengan diet atau olahraga saja.

Dia merekomendasikan kombinasi makan yang lebih sedikit, bersamaan dengan tingkat olahraga yang memadai untuk memaksimalkan penurunan berat badan pada orang yang kelebihan berat badan atau obesitas.

"Aktivitas fisik juga tampaknya menjadi komponen penting untuk mencegah berat badan naik kembali," kata Riebe.

Jangan bergantung pada makanan yang meningkatkan metabolisme.

Pontzer menjelaskan, baik makanan yang tidak meningkatkan metabolisme —jeruk bali merah, cabai rawit, bubuk cabai, dan teh hijau— maupun makanan yang meningkatkan metabolisme seperti kopi, tidak berdampak banyak untuk menurunkan berat badan.

"Tidak ada bukti apakah metabolisme yang lebih cepat benar-benar membantu kita menurunkan berat badan," ujar dia.

"Jika kita meningkatkan sedikit metabolisme, maka otak akan menyuruh kita untuk makan sedikit lebih banyak, dan kita tidak akan kehilangan apa pun, sama sekali," lanjut dia.

Temukan diet yang cocok

Menemukan diet yang cocok itu berarti makan dengan cara yang membantu kita merasa kenyang dengan lebih sedikit kalori.

"Namun, karena kita semua memiliki latar belakang yang berbeda dan menyukai makanan yang berbeda, tidak ada satu diet yang pasti cocok untuk setiap orang," kata Pontzer.

Kendati demikian, kita bisa menghindari makanan yang diproses atau diolah seperti camilan dan makanan kaleng.

Sebaliknya, berfokuslah pada protein dan serat sebagai cara yang baik untuk memulai diet.

Diet rendah lemak

Sebagai antropolog, Pontzer banyak mengamati kehidupan manusia purba dan suku di dunia, salah satunya adalah orang-orang Hadza di Tanzania.

Kebanyakan orang Hadza berburu daging, mencari umbi-umbian, buah berry dan madu, yang ternyata merupakan makanan tinggi karbohidrat atau rendah lemak.

Mereka mendapatkan 65 persen lebih banyak kalori dari karbohidrat, sementara dari lemak hanya sekitar 20 persen.

Maka, tidak heran apabila orang-orang Hadza memiliki jantung yang sangat sehat, tidak mengalami obesitas, dan memiliki berat badan yang sama selama masa dewasanya.

Mematuhi program diet tentu saja sangat sulit dilakukan. Apalagi, sekarang ini semakin banyak bermunculan makanan lezat yang dirancang untuk dimakan secara berlebihan.

Ketika kita tidak yakin persis berapa banyak yang harus dimakan, kita telah berevolusi untuk melakukan kesalahan dalam hal makan lebih banyak.

Tetapi, apa pun itu dietnya —rendah karbohidrat, rendah lemak, vegan, puasa intermiten, paleo, atau mediterania— pilihlah yang memungkinkan kita makan lebih sedikit kalori dalam jangka panjang.

Hal itu penting supaya proses diet yang kita pilih dapat membantu menurunkan berat badan.

Tetaplah berolahraga

Meski olahraga saja tidak cukup menurunkan berat badan, Pontzer menegaskan, olahraga tetap penting untuk dilakukan.

Paling tidak, olahraga dapat membuat tubuh lebih bugar dan kuat dalam mencegah penyakit.

"Jika kita ingin menjaga kesehatan jantung, menjaga pikiran tetap tajam, dan dapat mencapai usia 50-an atau 60-an dengan sehat, maka kita benar-benar membutuhkan olahraga," imbuh Pontzer.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/03/27/130000720/olahraga-saja-tak-cukup-untuk-turunkan-berat-badan-kenapa-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke