Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Marak Berita Terorisme, Perhatikan 7 Cara Diskusi dengan Anak

KOMPAS.com - Media belakangan dibanjiri kabar soal aksi terorisme. Kabar terbaru adalah tentang aksi penyerangan Mabes Polri, Jakarta, setelah serangan bom bunuh diri di Makasar.

Memang, terkadang sulit bagi orangtua untuk membatasi anak-anak agar tidak terpapar informasi semacam ini.

Kabar soal serangan teroris bisa menjadi sesuatu yang traumatis dan membingungkan bagi anak-anak. Terlebih lagi pada anak usia dini yang masih sulit mencerna kejadian tersebut.

Biasanya paparan informasi semacam ini akan berujung pada rentetan pertanyaan kepada orangtua.

Pada bagian inilah tak jarang ayah dan ibu kesulitan menjelaskan sesuai dengan tingkat pemahaman si anak. 

Dr Bernadka Dubicka dari the Royal College of Psychiatrists, London, Inggris, mengatakan, saat ini sangat sulit membatasi anak untuk tidak terpapar berita terorisme.

Terlebih lagi dengan penggunaan gawai dan media sosial pada anak yang sudah sangat masif.

"Berpura-pura tidak terjadi sesuatu itu mustahil karena anak akan mengetahuinya dari orang lain."

"Yang terpenting adalah bagaimana orangtua membantu buah hati untuk mengatur respons emosionalnya," kata Dubicka seperti pemberitaan di BBC, Kamis (1/4/2021).

Organisasi anak dunia, Save the Children menyebutkan, aksi terorisme yang ada dalam pemberitaan bisa membuat anak merasa tidak pasti soal masa depannya.

Mereka juga berpotensi untuk merasa ketakutan tentang kemungkinan menjadi korban kejadian berikutnya.

Nah, setidaknya ada tujuh tips yang bisa diaplikasikan orangtua saat membicarakan soal aksi terorisme pada anak.

  • Refleksi diri

Sebelum mulai mengajak anak bicara, setiap orangtua harus merefleksikan diri terlebih dahulu.

Pahami perspektif sendiri dalam menghadapi serangan terorisme ini, termasuk pengetahuan, pandangan politik maupun aspek lainnya.

Sebab, cara kita menafsirkan kejadian tersebut sangat berpengaruh pada apa yang akan dibicarakan kepada anak.

Renungkan dulu apa yang sebaiknya disampaikan kepada anak.

  • Akui perasaan anak

Biarkan anak melepaskan emosi tentang aksi terorisme yang diketahuinya. Anak bisa saja merasa takut, marah, kaget, bingung, atau bahkan ingin tahu lebih banyak.

Biarkan anak menyampaikan pendapat dan perasaannya ini dulu.

Kadang-kadang anak kesulitan merangkai kata, karena itu biarkan dia berekspresi dengan gambar atau opsi lainnya.

  • Gali informasi lebih banyak

Jadikan ini kesempatan bagi kita untuk belajar lebih banyak dengan menggali sebanyak mungkin informasi 

Dengan cara ini, kita bisa mempersiapkan diri untuk menjawab berbagai pertanyaan anak.

Sampaikan pula, selalu ada orang baik yang berusaha mencegah terorisme dan membantu setelah kejadian.

Fokuslah pada aspek kasih sayang yang masih diberikan oleh manusia kepada sesamanya.

Jangan lupa untuk menyampaikannya dengan sederhana agar mudah dicerna oleh anak.

  • Mencoba berpartisipasi

Ajak anak untuk berpartisipasi dengan kejadian tersebut, misalnya dengan menyumbang atau mendoakan para korban.

Kemudian ajak anak mencari tahu tindakan lain yang bisa dilakukan meski dalam lingkup kecil.

Misalnya, dengan mengedepankan toleransi atau berusaha membela apa yang benar di kehidupan sehari-harinya.

  • Bersosialisasi

Ketika terjadi aksi teror biasanya masyarakat tergerak untuk melakukan berbagai kegiatan sosial.

Ajak anak untuk terlibat dalam kegiatan seperti doa bersama, donasi, atau layanan sosial lainnya.

  • Batasi media sosial dan sumber informasi lain

Batasi sumber informasi anak agar gambar dan detail beritanya tidak menakuti dan micu trauma.

Psikolog klinik dari Inggris, Emma Citron mengatakan, anak tidak perlu tahu soal detil kekerasan yang menyeramkan semacam itu.

"Tidak ada perlunya menunjukkan gambar mayat atau darah kepada anak atau mendekripsikan kondisi lokasi kejadian," kata dia.

Selain itu, dia juga menyarankan orangtua untuk mengingatkan anak remaja -yang biasanya penuh rasa ingin tahu- untuk tak perlu mencari detil tersebut di internet, karena memang tak ada faedahnya.

  • Jadilah role model

Berikan contoh yang baik kepada anak dengan memberikan perilaku yang inklusif.

Dengan demikian anak akan tahu, kebencian atau sikap negatif lainnya tidak ada gunanya.

Semakin dewasa, anak akan mencontoh pandangan dan perilaku orang-orang yang paling berarti bagi mereka termasuk orangtua.

Karena itulah bibit-bibit perasaan negatif apa pun yang ada di diri kita harus dihapuskan agar anak menjadi pribadi lebih baik.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/04/01/134911620/marak-berita-terorisme-perhatikan-7-cara-diskusi-dengan-anak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke