Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kenali Situasi Pandemi yang Memicu Masalah Seksual Pria

KOMPAS.com - Pandemi berkepanjangan ternyata tidak hanya memengaruhi kondisi kesehatan secara umum, melainkan juga kualitas kehidupan seksual masyarakat, khususnya pria.

Stres, depresi, dan jarang berolahraga di luar rumah menyebabkan pria mengalami disfungsi ereksi. Sayangnya banyak pria yang belum menyadari jika ia menderita gangguan seksual tersebut.

Dr Dyandra Parikesit, BMedSc, SpU, spesialis urologi di RS Universitas Indonesia menjelaskan kriteria disfungsi ereksi.

"Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan pria mencapai atau mempertahankan ereksi pada penis untuk memeroleh hubungan seks yang memuaskan."

Begitu kata Dyandra dalam acara Exclusive Media Talk Bersama Topgra yang diselenggarakan pada Kamis (8/4/2021) siang.

"Agak salah kalau disfungsi ereksi ini dibilang penyakit pria. Karena pasangannya juga akan merasakan efek dari penyakit tersebut," katanya.

Menurut Dyandra, gangguan disfungsi ereksi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Mulai dari gangguan di pembuluh darah, saraf, hormonal, psikis, penyakit pada penis, serta trauma.

"Tapi sangat disayangkan masih banyak pria tidak tahu permasalahan disfungsi ereksi. Di Eropa, ada satu survei yang menemukan hanya 50 persen pria mengetahui tanda dan gejala disfungsi ereksi," kata dia lagi.

Mekanisme ereksi pada penis

Di dalam penis, terdapat banyak saraf, pembuluh darah, dan jaringan yang berada di sisi kiri dan kanan penis.

"Jaringan itu namanya corpus cavernosum, bentuknya berupa balon yang diisi darah supaya penis bisa ereksi," papar Dyandra.

Proses ereksi pada penis membutuhkan tiga hal, yaitu transmisi neural berupa rangsangan atau stimulasi, pembuluh darah yang sehat, dan jaringan ereksi yang baik.

"Jika salah satu atau semua itu tidak terpenuhi, ereksi tidak bisa dicapai," jelas Dyandra.

Pengaruh pandemi terhadap disfungsi ereksi pria

Dyandra mengatakan, saat ini belum ada penelitian yang secara langsung mengungkap pengaruh pandemi terhadap disfungsi ereksi.

"Tapi jika dilihat, faktor-faktor seperti inflamasi, efek pada testis yang memengaruhi kadar testosteron, kesehatan mental, dan kesehatan secara keseluruhan juga menyebabkan pria sulit untuk ereksi."

Dyandra menjelaskan,  inflamasi yang dialami oleh pria yang terinfeksi atau baru sembuh dari Covid-19 memang dapat memicu disfungsi ereksi.

"Inflamasi ini bisa menyebabkan disfungsi endotel, di mana pembuluh darah terasa kaku dan terjadi penurunan aliran darah. Akibatnya, ereksi sulit didapat," terang Dyandra.

Pada orang yang pernah terinfeksi Covid-19, lanjut Dyandra, sirkulasi virus di dalam darah akan masuk ke sel di dalam testis dengan bantuan enzim 2 atau ACE2.

"Ada reaksi pada jaringan testis, sehingga penurunan level testosteron terjadi dan menyebabkan pria sulit ereksi.

Pengaruh psikologis

Karena pandemi, banyak orang yang mengisolasi diri di rumah dan tidak bertemu sanak saudara dan kerabat. Kondisi itu diperburuk dengan kabar duka akibat banyaknya teman atau anggota keluarga yang meninggal karena Covid-19 atau kesulitan finansial.

"Kecemasan memengaruhi performa seks, dan depresi berdampak pada libido. Jika seorang pria memiliki kecemasan dan depresi, maka bisa dipastikan dia akan sulit ereksi."

Selain itu, faktor penyakit kronis juga berpengaruh besar pada kemampuan ereksi pria. Pada seseorang yang sedang menderita penyakit diabetes, jantung, dan penyakit lainnya, akan ada penurunan fungsi jantung dan pembuluh darah.

"Ini juga yang membuat pria tidak dapat ereksi," tutur Dyandra.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/04/08/190251320/kenali-situasi-pandemi-yang-memicu-masalah-seksual-pria

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke