Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Waspadai, 7 Jenis Hama Tanaman Cabai dan Gejalanya

Namun, bukan berarti menanam cabai adalah hal yang mudah. Kegagalan menangkal serangan hama tanaman cabai juga bisa memengaruhi keberhasilan dalam menanam.

Menurut buku Budidaya Cabai: Panen Setiap Hari yang ditulis oleh Prof Dr Ir Muhamad Syukur, SP, MSi, Dr Rahmi Yunianti, SP, MSi, dan Rahmansyah Dermawan SP, MSi (2014), beberapa hama merupakan pembawa (vektor) penyakit tanaman.

Misalnya, thrips, apids, dan tungau merupakan vektor penyakit keriting kuning (begomovirus).

Satu ekor hama dapat menularkan penyakit dari tanaman sakit ke tanaman sehat hanya dalam waktu beberapa hari saja. Serangan ini juga akan lebih tinggi di musim kemarau.

Oleh karena itu, penting untuk mengetahui hama yang mengancam tanaman cabai dan seperti apa gejala kemunculannya, yakni sebagai berikut:

1. Thrips

Selain cabai, inang lainnya dari hama ini adalah tembakau, kopi, ubi jalar, hingga kacang-kacangan.

Thrips merupakan vektor virus yang dapat menyebabkan penyakit keriting.

Thrips berwarna kuning kecokelatan dan gerakannya sangat cepat. Pada saat kemarau, populasinya sangat tinggi.

Hama ini menyukai daun-daun muda.

Gejala awal serangan thrips pada tanaman cabai adalah daun yang terserang memperlihatkan gejala noda keperak-perakan yang tidak beraturan akibat adanya luka dari cairan makan sserangga tersebut.

Setelah beberapa waktu, noda keperakan tersebut akan berubah menjadi cokelat tembaga dan daun-daun akan mengeriting ke atas.

Kegiatan pengendalian thrips antara lain:

  • Tidak menanam cabai secara bertahap pada lokasi yang berdekatan untuk jangka waktu lama. Sebab, tanaman muda akan terserang cukup parah. Jadi, lakukan pergiliran tanaman atau kosongkan area penanaman lebih kurang satu bulan untuk memutus siklus hama.
  • Menyemprotkan insektisida secara teratur. Gunakan insektisida seperti Curacron 50 EC konsentrasi 2 mililiter/liter, Agrimex 18 EC konsentrasi 1 mililiter/liter, Abuki 50 SL, Demolish 18 EC, atau Abamectin 21 EC.

2. Kutu daun

Hama ini dapat menyebabkan kerugian secara langsung karena mengisap cairan daun atau batang tanaman.

Ini membuat daun yang terserang menjadi keriput, kekuningan dan terpuntir sehingga pertumbuhan tanaman terhambat atau kerdil. Bahkan, tanaman bisa menjadi layu dan mati.

Kutu daun juga bisa membawa kerugian tidak langsung karena menjadi vektor virus tertentu, seperti virus menggulung daun kentang (PLRV) dan virus kentang (PVY).

Intensitas serangan penyakit virus lebih tinggi pada musim kemarau, yaitu ketika populasi kutu daun tinggi.

Serangan hebat dari kutu daun dapat menyebabkan semua daun berguguran dan tanaman merana.

Kegiatan pengendalian kutu daun sama seperti pada thrips.

3. Tungau

Tungau adalah hama yang berukuran sangat kecil atau kurang dari 1 milimeter, mirip laba-labba dan hidup di bagian bawah daun.

Hama ini membentuk jaring-jaring halus sehingga menyulitkan pengendalian secara kimia.

Karena bukan termasuk kelas Insekta, maka tungau tidak bisa dikendalikan dengan insektisida.

Hama ini termasuk kelas Arachnida dan dapat dikendalikan dengan akarisida.

Di Indonesia, tungau menyerang beberapa tanaman seperti cabai, tomat, karet, kapas, jeruk, kentang, wijen, dan teh.

Tungau menyerang daun-daun muda. Gejalanya adalah meninggalkan warna cokelat mengkilap pada permukaan bawah daun.

Kemudian, daun juga menjadi kaku dan melengkung ke bawah dan pertumbuhan pucuk tanaman terhambat.

Gejala ini tampak dalam waktu yang relatif sangaat cepat, yakni delapan hingga 10 hari setelah infeksi dengan beberapa ekor tungau.

Selanjutnya, empat hingga lima hari kemudian pucuk-pucuk tanaman akan tampak seperti terbakar dan berguguran.

Selain menggunakan akarisida, pengendalian tungau juga bisa dilakukan dengan mengumpulkan semua bagian yang terserang (utamanya daun) kemudian memasukannya ke dalam kantong plastik untuk dibakar atau dimusnahkan.

4. Kutu kebul
Dari beberapa spesies kutu kebul, Bemisia tabaci merupakan salah satu spesies yang banyak merugikan karena dapat menjadi vektor Begomovirus.

Ada tiga bentuk kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh B. tabaci, yakni:

  • Kerusakan langsung yang disebabkan oleh bekas tusukan stiletnya. Akibatnya, tanaman menjadi lemah dan layu sehingga pertumbuhannya terhambat dan hasil menurun.
  • Kerusakan tidak langsung yang disebabkan oleh akumulasi embun madu kutu kebul. Embun madu merupakan substrat untuk pertumbuhan cendawan embun jelaga pada daun dan buah. Embun jelaga mengakibatkan penurunan efisiensi fotosintesis dan menurunkan mutu buah.
  • Kerusakan karena kemampuannya sebagai vektor virus tanaman.

Gejala serangan kutu kebul antara lain berupa bercak nekrotik pada daun akibat rusaknya sel-sel dan jaringan daun.

Ekskresi kutu kebul menghasilkan embun madu yang merupakan media yang baik sebagai tempat tumbuh embun jelaga yang berwarna hitam.

Jika kutu kebul membawa begomovirus, gejala yang muncul adalah penyakit keriting kuning yang dapat menurunkan hasil panen 20 persen hingga 100 persen.

Pengendalian kutu kebul dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

5. Lalat buah

Selain menyerang cabai, hama ini juga menyerang sekitar 20 macam buah-buahan seperti jeruk, pisang, belimbing, apel, dan mangga.

Gejala serangan lalat buah pada tanaman cabai ditandai dengan adanya titik hitam pada pangkal buah.

Jika dibelah, di dalam buah dapat ditemukan belatung (larva) lalat buah.

Lalat buah betina dewasa meletakkan telur di dalam buah dengan cara menusukkan ovipositornya pada pangkal buah muda yang masih hijau.

Selanjutnya, larva akan hidup di dalam buah cabai sehingga menjadi busuk dan gugur.

Serangan berat lalat buah dapat terjadi di musim hijan. Sebab, bekas tusuak ovipositor terkontaminasi oleh cendawan sehingga buah yang terserang cepat membusuk dan gugur.

Upaya pengendalian lalat buah antara lain:

6. Ulat buah

Ulat buah umumnya menyerang tanaman cabai yang mulai berbuah.

Inang lain untuk ulat buah antara lain tomat dan kedelai.

Buah cabai yang terserang ulat buah akan menunjukkan gejala berlubang. Jika dibelah, di dalamnya akan terdapat ulat.

Ulat buah menyerang buah cabai dengan cara melubangi dinding buah cabai.

Umumnya instar pertama ulat buah menyerang buah yang masih hijau.

Ketika musim hujan, serangan ulat buah akan terkontaminasi oleh cendawan sehingga buah yang terserang akan membusuk.

Kegiatan pengendalian ulat buah antara lain:

7. Ulat gerayak

Hama ini tersebar luas di kawasan Asia, Pasifik, dan Australia.

Di Indonesia, hama ini dikenal sebagai hama tembakau.

Hama ini juga menyerang tanaman lain, seperti cabai merah, padi, kacang panjang, kacang tanah, dan kubis.

Ulat gerayak memakan daun dan buah.

Gejala serangan larva instar satu dan dua berupa bercak putih yang menerawang akibat daun bagian atas ditinggalkan.

Ulat gerayak akan menyerang tanaman bersama-sama dalam jumlah besar dengan cara memakan daun hingga gundul dan tersisa tulang-tulang daun saja atau daun berlubang.

Akibatnya, pertumbuhan tanaman menjadi terhambat.

Serangannya terjadi pada malam hari dan bisa semakin ganas di musim kemarau.

Upaya pengendalian ulat gerayak adalah sebagai berikut:

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/04/16/210300220/waspadai-7-jenis-hama-tanaman-cabai-dan-gejalanya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke