Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

6 Cara Menghadapi "Body Shaming" di Media Sosial

Hal tersebut juga kerap menimpa artis atau publik figur, sama seperti yang dialami oleh penyanyi Yuni Shara baru-baru ini.

Dalam sebuah tangkapan layar yang beredar di Twitter, terlihat Yuni membalas cibiran netizen yang mengomentari pakaiannya, hingga melakukan body shaming terhadap tubuhnya di Instagram.

Meski demikian, pelantun "Mengapa Tiada Maaf" itu tetap santai menanggapi komentar nyinyir netizen dan membalasnya dengan kata-kata yang sopan.

Tidak bisa dipungkiri, bagi sebagian orang, body shaming ternyata dapat menimbulkan tekanan psikologis, risiko gangguan makan dan mental, serta kualitas hidup yang buruk.

Untuk mengurangi dampak tersebut, kita bisa menghadapi body shaming dengan melakukan cara-cara sebagai berikut ini.

1. Blokir orang dan akun yang toksik

Tidak selalu mudah untuk memutuskan hubungan dari orang-orang yang berulang kali menjatuhkan kita dengan mempermalukan tubuh dan penampilan kita.

Mereka bisa menjadi teman masa kecil, saudara, senior populer dari sekolah, dan bahkan orang yang kita sukai.

Untuk itu, langkah pertama dalam menghadapinya adalah menghindari mereka dari kehidupan kita.

Jika hal tersebut tidak berhasil, jangan ragu untuk melaporkan komentar yang mengganggu kita dan blokir orang-orang tersebut di media sosial.

Apabila kita mengikuti akun-akun yang membagikan konten yang membuat kita merasa buruk tentang diri sendiri, berhentilah mengikuti akun tersebut.

Kita harus berhati-hati tentang siapa yang kita ikuti di media sosial untuk memastikan bahwa feed kita tidak mengandung pesan negatif.

2. Bicaralah saat orang lain menjadi sasaran

Terkadang, berbicara untuk orang lain lebih mudah daripada menghadapi penindasan terhadap diri sendiri.

Tapi, silakan lakukan itu jika kita melihat seseorang memposting komentar yang menghina tubuh seseorang.

Hubungi orang-orang yang melakukan body shaming. Jika perlu, laporkan akun media sosial mereka dan berikan dukungan yang lebih kepada korban.

Dalam kasus seperti ini, kita mungkin akan menemukan individu yang berpikiran sama, yang dapat membantu kita dengan saling berbagi pengalaman.

3. Kelilingi diri dengan sikap positif

Media sosial tidak harus menjadi pengalaman negatif untuk ke depannya.

Berhenti mengikuti akun negatif adalah satu hal yang membuat diri kita menjadi lebih baik dan merasa positif.

Sama seperti pembicaraan motivasi yang membuat seseorang merasa termotivasi, konten tentang tubuh yang positif secara perlahan akan mendorong kita untuk mencintai tubuh kita.

Cobalah temukan gerakan atau apa pun yang membuat kita berpikir lebih positif terhadap tubuh, sehingga dapat membantu meningkatkan hubungan yang lebih baik dengan tubuh kita.

4. Ubah cara berbicara pada diri sendiri

Kita mungkin memiliki kebiasaan berbicara sendiri di kepala. Terkadang, meskipun kita berbicara tentang tubuh secara positif di depan umum, ada cerita yang berbeda di kepala kita.

Berusahalah untuk tidak menindas diri sendiri dan jangan mencaci diri sendiri karena kebiasaan makan kita.

Setiap kebaikan dimulai dari diri sendiri. Jadi, apabila kita tidak senang dengan kebiasaan makan kita, katakan hal-hal yang menyemangati diri sendiri alih-alih memarahi diri sendiri.

Jika gagal, katakan pada diri sendiri kita akan berusaha lebih keras keesokan harinya.

Begitu kita membangun hubungan yang positif dan sehat dengan tubuh kita, maka tidak ada orang ketiga yang bisa masuk dan memutuskan ikatan itu.

5. Melakukan aksi

Kita bisa membantu orang lain dengan mengadvokasi kepositifan tubuh, membangun komunitas untuk orang lain yang pernah mempermalukan tubuh, dan berbagi pengalaman tentang body shaming.

Ikutlah untuk berpartisipasi dalam tren media sosial yang sehat seperti memposting gambar yang tidak menggunakan filter (#nofilter) atau bebas riasan dengan #iwokeuplikethis.

Dorong orang lain di sekitar kita juga untuk melakukan hal yang sama.

6. Mendapatkan bantuan

Mendapatkan body shaming bisa menimbulkan perasaan malu terhadap tubuh yang mungkin memengaruhi kehidupan sehari-hari atau kesehatan mental.

Oleh sebab itu, kita perlu mendapatkan bantuan dengan menghubungi terapis atau dokter untuk membicarakannya.

Ingat, meminta bantuan saat kita sedang menderita bukanlah hal yang memalukan.

Karena meminta bantuan bukan berarti kita lemah, melainkan bisa membuat kita lebih kuat dan dapat mengidentifikasi kapan kita membutuhkan bantuan, serta apa yang terbaik untuk kita.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/04/17/213000920/6-cara-menghadapi-body-shaming-di-media-sosial

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke