Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tanda Anak Merasa Stres akibat Sekolah Online

KOMPAS.com - Stres bukan cuma dialami orang dewasa yang terpaksa mengubah kerjanya dari rumah. Saat ini, banyak anak yang juga merasakan stres karena harus mengikuti kegiatan belajar mengajar secara online.

Di satu sisi orangtua merasa lega karena anaknya tidak perlu pergi ke sekolah untuk belajar, sehingga risiko anak mengalami masalah kesehatan menjadi lebih kecil.

Namun di sisi lain, berada di rumah dalam waktu lama akan memengaruhi kesehatan mental dan prestasi anak.

Inilah tanda-tanda anak mengalami stres karena proses pembelajaran jarak jauh (PJJ).

1. Enggan menunjukkan diri di depan kamera

Apabila anak mudah tersinggung ketika waktunya belajar online, atau berusaha menghindari tatap muka secara virtual, itu artinya tampil di depan kamera membuat anak stres.

Psikolog klinis Kate Eshleman, PsyD menjelaskan kepada Cleveland Clinic bahwa orangtua dapat membantu meringankan kecemasan anak dengan melakukan beberapa cara.

Contohnya, mengubah tempat atau ruangan anak belajar, atau meminta anak bangun lebih pagi agar ia lebih siap menunjukkan diri di depan kamera.

Jika anak benar-benar merasa cemas tampil di depan kamera, Eshleman menyarankan orangtua untuk menanyakan kepada guru apakah anak boleh mengikuti kelas daring tanpa menyalakan kamera atau tidak.

Kemungkinan lainnya, anak merasa dirinya dilihat oleh semua murid saat menyalakan kamera di kelas daring. Orangtua dapat menjelaskan kepada anak bahwa itu tidak terjadi.

2. Gangguan tidur

Jika anak mengalami insomnia, mimpi buruk, atau tidur lebih lama dari biasanya, itu bisa menandakan anak stres karena belajar daring. Kebiasaan tidur yang tidak menentu adalah tanda umum stres pada anak.

Apabila anak kesulitan tidur, orangtua perlu berkomunikasi secara terbuka dengan anak dan membuatnya mengatakan apa yang dia rasakan.

Cobalah meyakinkan anak, masa-masa sulit yang dirasakan saat ini adalah hal yang wajar, sehingga ia menjadi tidak terlalu stres.

3. Tidak peduli

Pembelajaran virtual bisa membuat anak kesulitan dan mengakibatkan anak tidak lagi memedulikan pelajaran yang sempat dikuasai atau digemarinya.

Ketika anak tidak mengerjakan PR atau tidak menyerahkan tugas tepat waktu, itu merupakan masalah besar.

Tutor Doctor menganjurkan anak yang kesulitan dalam pembelajaran virtual dapat mengambil sisi positif, di mana ia tidak lagi diawasi lebih ketat oleh gurunya seperti saat ia berada di sekolah.

4. Perubahan suasana hati

Ketika anak stres, ia sering bereaksi dengan cara yang sama seperti orang dewasa, dan terlihat dalam perilaku anak.

Apabila anak bereaksi berlebihan terhadap masalah kecil atau merasa frustrasi dengan tugas sekolah, itu bisa menandakan anak membutuhkan bantuan untuk menangani tanggung jawabnya sebagai pelajar.

Eshleman menyarankan agar kita tetap tenang saat anak kewalahan sambil menyadari penyebabnya. Selain itu, cobalah berbicara secara terbuka dengan anak dan tanyakan mengapa anak merasa frustasi.

"Orangtua dapat mencontohkan keterampilan coping yang baik ketika frustrasi, dan anak-anak akan belajar dari keterampilan itu," jelas Eshleman.

"Daripada berteriak, tarik napas dalam-dalam. Keluarlah dari kamar sebentar. Itu tidak mudah, tetapi ini adalah keterampilan yang membantu Anda dan anak Anda."

5. Perubahan nafsu makan

Anak yang makan lebih banyak dari biasanya atau kurang makan bisa menjadi pertanda ia stres karena pembelajaran daring.

Laman Scholastic menyebutkan, stres akan muncul dengan sendirinya pada anak-anak melalui kebiasaan makannya.

Jadi, jika kita memerhatikan anak tiba-tiba makan lebih banyak atau lebih sedikit, itu mungkin menandakan dia merasa cemas.

6. Menarik diri

Anak cenderung merasakan efek pandemi lebih besar dari orang lain. Anak yang stres di rumah akan mulai menarik diri dari teman dan keluarga serta tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan tertentu.

Terkadang, anak akan memilih untuk mengisolasi diri sebagai cara untuk mengatasi kondisi yang dialami.

Jika anak menghabiskan lebih banyak waktu di kamar, atau menjauh dari anggota keluarga, kita bisa membantu anak mengatasi kecemasannya.

7. Sulit berkonsenterasi

Kegiatan ekstrakurikuler, olahraga, klub atau berkumpul dengan teman sebaya adalah cara anak untuk rileks dan mengurangi tekanan dari kegiatan belajar mengajar.

Sayangnya, semua hal itu tidak bisa diperoleh anak selama pandemi dan akibatnya anak kesulitan untuk fokus atau berkonsentrasi pada tugas sekolah.

Belum lagi, anak harus belajar daring sembari menatap layar laptop dalam waktu lama, yang mana itu memicu stres pada anak.

Mengatasi anak yang stres belajar daring

Perlu diketahui, anak yang cemas dan stres akibat belajar daring adalah hal yang wajar. Namun orangtua dapat berkomunikasi dengan anak untuk membicarakan apa yang menjadi kekhawatiran anak.

Beberapa ahli menyarankan tiga cara ini:

- Membantu anak mengatur lingkungan di mana ia merasa aman dan memeroleh dukungan untuk membantu mengurangi stres

- Menyiapkan dan mengikuti rencana harian secara terstruktur

- Mengajak anak untuk beristirahat sejenak dari perangkat elektronik sehingga ia tidak terus-menerus menatap layar

Bantuan tambahan bisa membuat anak merasa lebih nyaman. Intinya, jelaskan kepada anak bahwa kita sebagai orangtua selalu ada untuknya dan bersedia membantunya sebisa mungkin.

Kepada Very Well Family, psikolog Dr Nekeshia Hammond, PsyD menjelaskan dukungan sangat penting selama masa-masa yang tidak pasti seperti saat ini.

"Ketahuilah bahwa anak Anda juga stres karena semua perubahan, dan otaknya memproses stres secara berbeda dari orang dewasa. Banyak anak muda berjuang untuk mengikuti semua perubahan," katanya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/04/19/134232020/tanda-anak-merasa-stres-akibat-sekolah-online

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke