Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ketika Industri Fesyen Temukan Bahan Kulit Ramah Lingkungan dari Jamur

KOMPAS.com - Kesadaran untuk menciptakan produk yang ramah lingkungan dan berkelanjutan membuat banyak brand semakin kreatif mencari material.

Tidak sebatas memakai bahan daur ulang, material sederhana, bahkan tak terbayangkan sebelumnya, kini bisa diolah menjadi barang fesyen. Misalnya saja jamur.

Merek sport wear asal Jerman, Adidas, mengejutkan banyak orang dengan meluncurkan sepatu kulit pertama yang terbuat dari jamur, yakni  Adidas Stan Smith Mylo.

Adidas telah memilih sepatu mereka yang paling terkenal untuk membuat pernyataan lingkungan. Material berbasis jamur tersebut digunakan untuk membuat tiga garis klasik mereka, overlay tab tumit dan merek khas sepatu.

Ini adalah penggunaan terbaru dari Mylo, bahan berbasis jamur yang dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi Bolt Threads.

Jamie Bainbridge, wakil presiden pengembangan produk di Bolt Threads mengatakan bahwa Mylo dikembangkan dari miselium, akar jamur di bawah tanah, yang membuat alas berbusa dari sepatu dapat diselesaikan dalam berbagai pola, warna, dan tekstur.

Menariknya lagi, laboratorium yang menciptakan produk ini dirancang khusus agar mirip dengan kondisi tanah hutan.

Hasil dari material berbasis jamur tersebut juga terasa sangat mirip dengan penggunaan bahan dari kulit binatang.

Peluncuran sepatu dari kulit jamur yang sukses ini berkat konsorsium Mylo: kemitraan yang didirikan pada Oktober tahun lalu antara Bolt Threads dan Adidas, Stella McCartney, Lululemon dan Kering (grup mewah Prancis di belakang Yves Saint Laurent dan Gucci).

“Ini merupakan eksperimen yang sangat tidak biasa dan bisa mengumpulkan empat mitra yang mau ikut bersama kami dalam perjalanan pengembangan,'” kata Bainbridge pada Forbes.

“Hal yang hebat adalah ketika saya perlu memahami bagaimana bahan ini akan digunakan dalam pembuatan sepatu, saya memiliki rekan yang membuat sepatu yang bisa dihubungi dan kita berbicara tentang spesifikasi bahannya.”

Secara mengejutkan, Bolt Threads mampu mengembangkan Stan Smith baru secara khusus untuk kebutuhan klien Adidas hanya dengan panggilan telepon saja.

Bainbridge menyebutkan, kebutuhan material kulit untuk tas tangan tentu berbeda dengan sepatu.

“Kita seharusnya melakukan 10.000 langkah sehari, yang berarti setiap sepatu telah digunakan sekitar 10.000 kali dalam sehari.”

Mereka telah melakukannya dengan Stella McCartney sejak 2017, ketika pertama kali mulai mengembangkan tas Falabella berbahan dasar jamur, yang dipamerkan perdana setahun kemudian di pameran V&A Fashioned from Nature di London.

Bulan lalu Stella McCartney merilis pakaian pertama di dunia yang terbuat dari Mylo: atasan hitam dan celana utilitarian yang sensual namun atletis, menampilkan kulit jamur sebagai bahan dasarnya yang diletakkan di atas scuba nilon daur ulang.

Ini benar-benar-benar memberikan panggung bagi merek fesyen lainnya untuk mengikuti jejaknya menggunakan bahan-bahan yang menerapkan etos berkelanjutan.

Lalu, Hermès baru-baru ini merilis tas yang terbuat dari miselium halus reishi sementara Allbirds telah mengumumkan rencana untuk mengembangkan sepatu baru menggunakan "kulit" yang berasal dari getah pohon karet.

Biaya produksi mahal

Menurut Bainbridge, penggunaan kulit alternatif ini masih terbatas hanya untuk produk kalangan atas saja, dikarenakan adanya hambatan dalam produksi pembuatan bahan jamur ini.

“Setiap kali menaikkan skala, tentu akan mengalami pergantian peralatan yang besar, dan itu mengubah proporsi campuran, lalu bisa mengubah segalanya tentang dinamika material,” kata Bainbridge.

Memiliki mitra yang berkomitmen tampaknya menjadi kunci utama untuk membawa kulit jamur ke masyarakat.

"Sekarang kami memiliki fasilitas produksi, kami akan segera mencapai titik di mana kami memiliki produksi skala besar," kata Bainbridge.

Bainbridge optimis tentang peluncuran Adidas ini menandai awal dari ekspansi tersebut untuk menjadi produk komersial.

Isu berkelanjutan

Di tengah industri fesyen yang semakin peduli dengan jejak lingkungannya, tidak heran kulit jamur menarik minat.

Dibandingkan dengan kulit hewan, yang mengkonsumsi sumber daya alam dalam jumlah yang signifikan dalam tahun produksi, Mylo diproduksi dalam dua minggu.

Meskipun ada banyak alternatif kulit non-hewani yang tersedia, sebagian besar terbuat dari plastik. Tekstil berbasis miselium (bagian dari jamur) melibatkan metode pertumbuhan regeneratif dan mengandung lebih sedikit petrokimia daripada yang sintetis.

Dengan gaung isu berkelanjutan yang semakin kuat, ini adalah waktu yang tepat untuk  meluncurkan produk dari jamur.

Jamur tidak hanya memuncak sebagai sumber bahan, tapi juga bermunculan dalam desain. Mulai dari anting Chanel jamur kancing hingga lampu berbentuk jamur bermata lembut, hingga tas kulit berukir jamur Bella Hadid. Jamur telah menjadi motif andalan tahun lalu. 

“Tanpa jamur, semua ekosistem akan mati,” kata Francesca Gavin, kurator Mushrooms: The Art, Design, dan Future of Fungi.

“Jamur memberikan contoh indah tentang pentingnya alam yang menakjubkan bagi kehidupan manusia untuk berkembang.”

Hiruk pikuk mengenai jamur lebih dari sekadar berhubungan dengan alam, dan mewakili keinginan yang lebih besar untuk menemukan kenyamanan dalam kemanusiaan kita bersama.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/04/20/085131420/ketika-industri-fesyen-temukan-bahan-kulit-ramah-lingkungan-dari-jamur

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke