AHA vs BHA, Mana yang Lebih Baik untuk Eksfoliasi Kulit?

KOMPAS.com - Kulit memang bisa mengelupas dengan sendirinya, namun proses pengelupasana ini cenderung melambat atau tidak terjadi sama sekali karena penuaan. 

Hal inilah yang menyebabkan kamu perlu untuk menggunakan produk eksfoliasi, agar membantu mengangkat sel kulit mati.

Jika tidak dieksfoliasi, kulit akan menjadi kusam, kering, atau bersisik. Ini juga bisa menyebabkan pori-pori tersumbat dan membesar, munculnya jerawat, kerutan, kehilangan kekencangan, dan warna kulit tidak merata.

Maka dari itu, eksfoliasi memang merupakan bagian penting rutinitas skincare. 

Eksfoliasi tidak hanya membantu menghilangkan kulit mati, tetapi juga memfasilitasi pertumbuhan sel baru, membersihkan pori-pori, serta meningkatkan aliran darah dan produksi kolagen. Kulit akan terlihat lebih muda, sehat, dan bercahaya.

AHAs (alpha hydroxy acids) and BHAs (beta hydroxy acids) merupakan dua asam yang biasa digunakan untuk eksfoliasi kulit.  Keduanya bekerja untuk melepas "lem" yang mengikat sel kulit, yang meningkatkan proses pelepasan alami kulit.

AHA bekerja di lapisan atas kulit dan BHA bekerja di permukaan kulit serta di dalam pori-pori.

Lalu, asam manakah yang lebih baik untuk kulit wajah? 

Perbedaan AHA dan BHA

Alpha Hydroxy Acids (AHA), sering disebut sebagai asam buah, berasal dari tebu, susu, almond, atau buah-buahan.

Asam glikolat yang berasal dari tebu adalah AHA yang paling umum dipakai dalam produk kecantikan. 

AHA adalah asam yang larut dalam air yang hanya dapat menembus lapisan atas kulit atau epidermis.

Umumnya AHA direkomendasikan untuk kulit normal hingga kering atau kulit rusak akibat sinar matahari, karena kemampuannya meningkatkan faktor pelembab alami di dalam kulit.

Asam ini dapat membantu merangsang produksi kolagen dan mengurangi tanda-tanda kerusakan akibat sinar matahari, termasuk kulit berkerut dan kerutan.

Sedangkan BHA adalah sejenis asam yang ditemukan di kulit pohon willow, daun atsiri, atau kulit kayu birch.

Jika AHA larut dalam air, BHA larut dalam minyak. Karena BHA dapat menembus lebih dalam ke kulit, asam ini paling baik untuk kulit yang rentan berjerawat dan mereka yang memiliki masalah kulit yang lebih dalam.

BHA direkomendasikan untuk kulit normal hingga berminyak yang rentan terhadap jerawat, penyumbatan, noda, dan pori-pori yang membesar. BHA juga memiliki sifat anti-inflamasi dan antibakteri.

Untuk kulit berjerawat BHA yang sering digunakan adalah Salicylic Acid. Betaine salicylate (berasal dari gula bit) dan ekstrak kulit kayu Salix alba atau willow juga tak kalah populer digunakan untuk produk eksfoliasi.

BHA juga memiliki sifat menenangkan kulit sehingga cocok untuk jenis kulit sensitif, termasuk yang rentan terhadap kemerahan dan kulit yang terkena milia.

BHA dapat memperlambat produksi sebum, yang membantu membersihkan dan mencegah jerawat, komedo, dan pori-pori yang tersumbat.

Pilihlah sesuai dengan jenis kulit

Antara AHA dan BHA, tidak ada yang lebih baik. Keduanya akan efektif jika digunakan pada jenis kulit yang tepat.

AHA dan BHA memiliki fungsinya masing-masing.  Jika kulit kamu berminyak dan cenderung berjerawat, para ahli menyarankan untuk memilih BHA. Asam salisilat terbukti lebih efektif daripada benzoil peroksida dalam mengurangi jumlah dan keparahan jerawat.

Jika kamu memiliki kulit kering, hiperpigmentasi atau ingin memperbaiki kerutan halus, AHA adalah pilihan terbaik. 

Tetapi, jika kulit kamu sensitif, disarankan untuk menghindari kedua asam ini, karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit.

Penting diketahui, setelah melakukan eksfoliasi, jangan lupa untuk menggunakan sunscreen, karena biasanya kulit akan lebih sensitif.