Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Shahiahijab, Jual Gamis Anak hingga Ke Negara Tetangga

Namun, bisnis yang dirintisnya secara online itu ternyata sudah merambah ke negara tetangga.

"Sekarang sudah ekspor ke tiga negara. Filipina, Malaysia dan yang antusiasnya paling tinggi, Singapura."

Demikian diungkapkan Bunga dalam acara Inspirasi Bisnis Penjual Fashion selama Ramadan bersama Shopee, Senin (26/4/2021).

Dari Ngawi ke negara tetangga

Shahiahijab adalah merek asal Ngawi, Jawa Timur.

Bisnis ini dirintis Bunga setelah kelahiran anaknya di tahun tersebut.

Saat itu, ia ingin mendandani anak perempuannya dengan gamis dan hijab. Sayangnya, mencari gamis dan hijab anak yang cocok ternyata susah.

"Giliran ada, motifnya keramaian atau kok pricey," ucapmya.

Berbekal ilmu dari kursus menjahit dan minat dengan dunia kain sejak di bangku sekolah, tekad Bunga semakin kuat untuk berbisnis gamis anak.

Adapun Shahiahijab sendiri menggunakan berbagai macam kain, seperti katun, rayon, dan lainnya.

Seiring berjalannya waktu, item fesyen yang dijual Shahiahijab pun semakin bervariasi.

Kini, tak hanya gamis anak, merek yang dijalani Bunga bersama suaminya itu kini juga menyediakan pakaian untuk dewasa, seperti hijab dewasa, baju koko, dan pakaian keluarga.

Termasuk di masa pandemi, ketika kebanyakan masyarakat mencari pakaian nyaman di rumah yang tetap modis untuk digunakan untuk keluar rumah.

"Saya berusaha kompletin lah, jualannya," kata Bunga.

Kini, Shahiahijab sudah mengekspor ke tiga negara tetangga.

Menurut Bunga, ketiga negara tersebut punya karakter selera yang berbeda ketika mencari busana muslim, terutama busana muslim anak.

Pelanggan dari Malaysia, misalnya, cenderung lebih menyukai baju kurung atau setelan atasan dan bawahan dengan rok, sedangkan pelanggan dari Filipina menyukai setelan gamis.

Sementara pelanggan dari Singapura merasa cocok dengan setiap koleksi yang dirilis Shahiahijab.

"Mereka bilang "kok ini seleranya orang Singapura banget". Produk seperti tunik atau gamis yang motifnya lagi tren, seperti motif gingham atau polos, itu orang Singapura suka," ucapnya.

Rilis produk 3 hari sekali

Meski baru menjalani bisnis selama tiga tahun, Bunga sudah melalui titik sedih atau down.

Kondisi itu biasanya dirasakan ketika dirinya merasa berat harus membagi waktu antara kesibukan bisnis dengan mengurus keluarga.

"Pernah saya menangis karena seperti enggak sanggup dengan rutinitas seperti ini," ucap Bunga.

Namun, di titik seperti itu ia selalu mengingat adanya sejumpah karyawan yang menggantungkan hidupnya dari Shahiahijab.

Hal itu kerap membuat semangat Bunga kembali hidup.

"Yang saya jalani sekarang bukan ambisi pribadi, tapi ada banyak karyawan, para penjahit yang rezekinya melalui Shahiahijab, yang bikin saya harus tetap semangat," tuturnya.

Produk yang dirilis tak selalu produk baru, melainkan ada pula produk yang distok ulang atau produk dengan motif atau model baru.

Menjaga konsistensinya tak mudah. Untuk itu, Bunga selalu berusaha mencari ide-ide baru di setiap waktu luangnya.

"Supaya ide terus ada, setiap malam saya kalau waktu luang habus ngurus anak pasti langsung cari ide," kata dia.

Bunga tak merasa anti untuk melihat-lihat koleksi online shop lain kemudian menerapkan metode ATM (amati, tiru, dan modifikasi).

Dari situ ia bisa mendapatkan ide-ide tak terbatas sekaligus menciptakan banyak koleksi baru secara rutin.

"Enggak serta merta kita tiru, tapi kita amati yang lagi tren apa, kita coba bikin lalu modifikasi supaya punya ciri khas sendiri untuk brand kita," kata Bunga.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/04/27/123212120/cerita-shahiahijab-jual-gamis-anak-hingga-ke-negara-tetangga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke