Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Olahraga Bisa Sebabkan Asma walaupun Tidak Ada Riwayat?

KOMPAS.com - Merasa lelah sehabis berolahraga bahkan hingga napas terengah-engah adalah hal yang wajar terjadi.

Malah kehabisan napas bisa menjadi tanda seseorng telah melakukan usaha keras untuk mempertahankan atau meningkatkan kebugaran.

Namun, terkadang menjadi sangat lelah setelah berolahraga juga bukan kabar baik. Alasannya karena bisa menjadi tanda asma akibat olahraga.

Dalam dunia medis, asma akibat olahraga dikenal dengan istilah exercise-induced bronchoconstriction (EIB).

Ini merupakan kondisi ketika olahraga menyebabkan otot di sekitar saluran napas menyempit atau kejang sehingga sulit untuk bernafas.

Kondisi ini cukup umum dan dapat disembuhkan. Namun, juga berpotensi berbahaya jika diabaikan.

Berdasarkan data, diperkirakan 5-20 persen orang di dunia memiliki EIB. Tak heran, kebanyakan penderita EIB juga terkena asma kronis yang dipicu oleh faktor lain, seperti alergi, polusi, dan infeksi bakteri atau virus.

Namun, sekitar 20 persen orang yang mengalami EIB tidak memiliki asma kronis. Mereka hanya terkena gejala asma saat berolahraga.

Gejala asma akibat olahraga atau EIB dapat terjadi selama atau setelah latihan. Sekilas, gejala ini tampak serupa dengan respons alami tubuh terhadap olahraga.

Akan tetapi, ada beberapa perbedaan utama yang penting untuk disadari agar bisa segera menghentikan latihan bila pernapasan terganggu.

"Berbahaya untuk terus berolahraga dengan pernapasan yang terganggu," kata Purvi S Parikh , MD, ahli alergi dan imunologi di NYU Langone Health.

Dirinya menjelaskan, semua jenis asma termasuk yang dipicu oleh olahraga dapat berakibat fatal jika tidak terkontrol.

Dr Parikh mengimbau siapa pun dengan gejala EIB untuk berhenti berolahraga dan segera memeriksakan diri ke dokter. Gejalanya meliputi:

1. Sulit bernapas

Ini lebih dari sekadar sesak napas dari latihan. Rasanya seperti bernapas dari sedotan dan sensasi tersebut mungkin bertahan setelah berhenti berolahraga.

2. Batuk

Batuk kecil selama atau setelah latihan bisa menjadi tanda EIB.

3. Dada sesak dan nyeri

Lebih intens daripada sesak dada akibat olahraga biasa.

Ini adalah sensasi meremas di dada, tulang rusuk, dan mungkin punggung yang bisa berlanjut setelah menghentikan latihan.

4. Siulan

Timbulnya suara seperti siulan juga merupakan tanda terjadinya EIB.

5. Pusing

Ini adalah tanda EIB yang lebih serius ketika saluran napas sangat sempit sehingga tidak mendapatkan cukup oksigen.

Faktor risiko

Orang dengan asma kronis dan memiliki alergi paling berisiko terkena EIB. Di luar itu, belum ada alasan pasti yang membuat seseorang bisa terkena EIB.

Namun, ada berbagai faktor yang dapat memicunya. Salah satunya terkait dengan jenis olahraga.

Secara umum, aktivitas kardio dan latihan intens lainnya, seperti lari, HIIT, berenang, serta angkat beban berat lebih mungkin memicu EIB.

Selain itu, olahraga ketahanan yang melibatkan upaya yang konsisten seperti sepak bola dan lari jarak jauh juga lebih sering memicu EIB.

Faktor lainnya adalah cuaca. Bagi sebagian orang, berolahraga dalam cuaca dingin dapat memicu EIB.

"Udara dingin dan kering dapat mengiritasi saluran udara dan menyebabkan otot-otot di sekitarnya mengerut," kata Miriam Anand, MD, ahli alergi dan imunologi.

"Namun, bagi orang lain, berolahraga dalam cuaca panas dan lembab dapat memicu EIB," tambah Dr Parikh.

Pemicu lainnya termasuk polusi, alergi, dan iritan seperti klorin.

Diagnosis

Proses diagnosis EIB bervariasi dari orang ke orang. Tetapi secara umum dokter akan mulai dengan menanyakan pertanyaan tentang riwayat asma.

Dari sana, dokter dapat melakukan tes fungsi paru. Caranya pasien meniup ke dalam tabung yang terhubung ke komputer.

Tes ini untuk mengukur seberapa baik paru-paru bekerja dan apakah ada peradangan di saluran pernapasan.

"Hasil tes itu dapat mengungkapkan apakah pasien menderita asma atau tidak," kata Dr. Parikh.

Dokter mungkin juga meminta pasien berlari di atas treadmill dan kemudian mengukur fungsi paru-paru sesudahnya untuk melihat kondisinya.

Jika dokter mencurigai pasien menderita asma akibat alergi selain EIB, mungkin juga akan dilakukan tes alergi.

"Misalkan dicurigai ada kondisi lain seperti jantung yang mungkin memicu gejala mirip EIB, dokter akan melakukan pemeriksaan lain," kata Dr. Parikh.

Pengobatan

EIB adalah kondisi yang sangat mudah diatasi. Bila ditangani dengan benar, hal itu seharusnya tidak menghalangi kemampuan berolahraga.

Perawatan paling umum untuk EIB adalah obat asma yang bekerja cepat seperti albuterol. Obat ini bekerja dengan mengendurkan otot-otot di sekitar saluran pernapasan.

Kebanyakan orang meminumnya sekitar 15 menit sebelum olahraga dan biasanya bekerja cukup baik untuk mencegah gejala EIB.

Pada beberapa orang, khususnya yang menderita asma kronis, penanganannya mungkin perlu minum obat anti-inflamasi setiap hari atau kombinasi obat asma jangka panjang.

Selain obat, keparahan EIB dapat dikurangi dengan menghabiskan lebih banyak waktu untuk pemanasan dan pendinginan sebelum dan setelah berolahraga.

Terakhir, berolahragalah secara teratur. Tingkat keparahan EIB dapat mereda jika memiliki kebugaran yang lebih baik.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/04/29/124551820/olahraga-bisa-sebabkan-asma-walaupun-tidak-ada-riwayat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke