Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sekolah Jarak Jauh Picu Stres dan Kecemasan Anak

KOMPAS.com - Metode pembelajaran jarak jauh yang diterapkan selama pandemi ternyata memberikan dampak buruk bagi anak.

Hal itu terungkap dari survei terbaru yang dilakukan oleh Children's Hospital of Chicago terhadap lebih dari 32.000 pengasuh anak di Chicago Public Schools.

Dari keterangan para partisipan, hampir seperempat anak digambarkan merasa stres, cemas, marah, atau gelisah ketika pandemi mengubah metode pembelajaran tatap muka menjadi sekolah online.

Survei tersebut melibatkan hampir 50.000 anak di berbagai tingkat pendidikan mulai dari pertengahan Juni hingga 15 Juli 2020, dan dimuat ke dalam jurnal JAMA Network Open.

Juga, survei menemukan bahwa sekitar sepertiga remaja digambarkan oleh pengasuh mereka merasa kesepian, dan hanya sepertiga remaja yang digambarkan memiliki hubungan sosial dan teman sebaya yang positif selama pembelajaran jarak jauh.

"Secara keseluruhan, orangtua atau pengasuh melaporkan secara signifikan kesejahteraan psikologis yang lebih buruk setelah sekolah tatap muka ditutup," demikian temuan para peneliti.

"Pengasuh melaporkan pandemi dan penutupan sekolah menimbulkan dampak emosional yang substansial pada anak dan remaja," kata penulis utama studi Tali Raviv, PhD, psikolog klinis.

Ia juga Associate Professor of Psychiatry and Behavioral Sciences di Northwestern University Feinberg School of Medicine.

"Perhatian publik yang lebih besar terhadap masalah kesehatan mental remaja bisa membantu mengalokasikan sumber daya secara tepat dan mengumumkan kebijakan untuk mendukung kesejahteraan siswa saat sekolah dibuka kembali," tambah dia.

Temuan ini sejalan dengan studi lain yang membahas bagaimana metode pembelajaran jarak jauh berdampak negatif pada anak sejak dimulainya pandemi.

Kenneth Fox, MD, co-senior author di Chicago Public Schools mengatakan, survei yang dilakukan timnya menyoroti cara sekolah menyediakan kebutuhan dasar kepada anak.

Kebutuhan mendasar ini hilang ketika anak harus mengikuti kegiatan belajar mengajar dari rumah.

"Sekolah adalah pusat komunitas penting yang memenuhi kebutuhan mendasar seperti akses ke makanan, dukungan dan layanan kesehatan dan mental, serta jenis perlindungan lainnya," kata Fox.

Sekolah akan dibuka

Di Indonesia sendiri, pemerintah menyatakan tahun ajaran baru sudah bisa dimulai dengan pembelajaran tatap muka secara terbatas pada Juli 2021.

Aktivitas pembelajaran tatap muka terbatas ini akan dilakukan setelah pemerintah menyelesaikan program vaksinasi terhadap pendidik dan tenaga pendidikan.

Namun Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) belum menganjurkan sekolah tatap muka.

Dalam keterangan rilis yang diterima Kompas.com pada Rabu (28/4/2021), Ketua IDAI Aman B Pulungan menjelaskan hal tersebut.

"Melihat situasi dan penyebaran Covid-19 di Indonesia, saat ini sekolah tatap muka belum direkomendasikan," ujar Aman.

Menurut Aman, jika sekolah tatap muka dimulai, maka pihak penyelenggara harus menyiapkan blended learning, di mana anak dan orangtua bebas memilih metode pembelajaran, apakah itu offline (tatap muka) atau online.

Di samping itu, anak yang belajar secara offline maupun online harus memeroleh perlakuan yang sama dari pihak sekolah.

"Mengingat prediksi jangka waktu pandemi Covid-19 yang masih belum dapat ditentukan, maka guru dan sekolah hendaknya mencari inovasi baru dalam proses belajar mengajar," jelas Aman.

"Misalnya, memanfaatkan belajar di ruang terbuka seperti taman, lapangan, atau sekolah di alam terbuka."

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/04/30/121310920/sekolah-jarak-jauh-picu-stres-dan-kecemasan-anak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke