Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pernah Digaji Pas-pasan hingga Dipecat, Kini Sukses Bisnis Hijab

Perempuan kelahiran Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan itu pertama kali merantau ke ibu kota pada 2008 dan sempat ditentang oleh ibunda.

Di Jakarta, perempuan 28 tahun itu bekerja menjaga toko dengan gaji pas-pasan. Chika menuturkan, ia bahkan pernah digaji Rp 250.000 per bulan.

Bekerja menjadi penjaga toko bukan tanpa perjuangan. Ia sempat menghadapi pengalaman tak mengenakkan hingga terpaksa makan makanan sisa karena tak punya uang.

"Sampai saya pernah makan makanan sisa teman-teman karena belum menerima gaji bulanan," katanya melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.

Memulai bisnis hijab

Nasib Chika sempat membaik setelah dipromosikan sebagai kepala toko karena kinerjanya yang baik.

Namun, di 2017 atau setelah hampir 10 tahun bekerja ia justru dipecat sesaat setelah menikah.

Di titik itulah, ia dan suaminya, Arwin Burhan, mencoba peruntungan dengan berjualan hijab.

Keduanya memulai bisnis di sebuah toko berukuran 2x2 meter di Thamrin City, Jakarta Pusat dengan modal uang pesangon yang didapatnya.

"Saat itu saya jualan hanya setengah toko dan boleh berjualan hanya di hari-hari tertentu selain Senin dan Kamis, hari di mana toko biasanya ramai."

"Ketika bukan hari berjualan, barang harus dipindah ke gudang," ujarnya.

Di tengah perjalanan, sang suami juga sempat gagal dalam merintis bisnis kemeja. Pada saat itu keduanya memutuskan untuk fokus mengembangkan bisnis hijab.

Berawal dari pelanggan yang membeli satu hingga dua hijab lewat marketplace, pelanggan Bugis Hijab pun terus bertambah.

Mereka menganggap harga produk Bugis Hijab terbilang cukup terjangkau dengan kualitas yang cukup baik.

Chika pun membuka kesempatan para reseller dan dropshipper untuk menjual produknya kembali.

"Dari situ permintaan-permintaan dari mitra reseller Bugis Hijab berdatangan dengan quantity yang banyak," kata Chika.

Sebagai gambaran, saat ini Bugis Hijab bisa menjual sekitar 80.000 buah hijab setiap bulannya.

Namun, satu toko offline akhirnya ditutup dan dialihkan sebagai toko online Bugis Hijab yang berdiri hingga kini.

Chika tak membeberkan secara rinci tentang keuntungan yang diperolehnya. Namun, penjualan online menurutnya membantu omzet Bugis Hijab naik pesat dan kini sudah mempekerjakan lebih dari 70 orang karyawan.

Kisah Chika dan Arwin bisa jadi kisah bisnis inspiratif yang memotivasi kita untuk tidak ragu memulai bisnis, asalkan mau berusaha.

"Ini merupakan wujud nyata kerja keras yang tidak akan mengkhianati hasil," tuturnya.

Merambah produk fesyen

Adapun Bugis Hijab sendiri menyediakan berbagai jenis hijab yang diperuntukkan kalangan dari segala usia.

Pada awalnya, brand ini menjual hijab segi empat kumis jojon yang ternyata mendapatkan respons sangat baik dari pasar.

Pengembangan produk pun terus dilakukan hingga saat ini. Salah satu model hijab terbaru yang dirilis Bugis Hijab adalah pashmina segitiga yang terbilang cukup jarang ditemukan di pasaran.

"Aku sendiri yang mendesain hijabnya. Untuk sampai ke titik ini pun tidak instan. Sangat banyak lika-liku yang kami hadapi," kata Chika.

Seiring berjalannya waktu, pasar Bugis Hijab pun semakin bertambah.

Menurut Chika, ada banyak pelanggan yang berharap brand-nya juga memiliki produk selain hijab, seperti mukena, satu set pakaian, hingga bawahan seperti rok.

Rencananya, Bugis Hijab akan merealisasikannya setelah Idul Fitri.

"Setelah Idul Fitri mungkin sudah mulai produksi. Mohon doanya supaya diperlancar," ucapnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/05/05/131616920/pernah-digaji-pas-pasan-hingga-dipecat-kini-sukses-bisnis-hijab

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke