KOMPAS.com - Kanker berkembang menjadi salah satu penyakit paling mematikan di dunia termasuk di Indonesia.
Data dari Global Cancer Statistic (Globocan) menyatakan 1 dari 8 laki-laki dan 1 dari 11 perempuan, meninggal karena kanker.
Hal serupa juga terjadi di Indonesia dengan angka kejadian penyakit kanker di Indonesia mencapai 136,2 per 100.000 penduduk.
Berdasarkan data Kementriaan Kesehatan, catatan itu mendudukan Indonesia pada posisi ke delapan di Asia Tenggara dengan risiko kanker tertinggi. Sementara di Asia, Indonesia ada di urutan ke 23.
Kanker hati, kanker paru-paru dan kanker payudara menjadi salah satu penyebab kematian yang paling utama.
Meski sampai saat ini belum ditemukan pengobatannya yang paling ampuh, perkembangan kanker sebenarnya bisa dicegah dengan deteksi dini. Selain itu, pola hidup juga menjadi faktor utama untuk menekan risiko kemunculannya.
Pakar kesehatan dari Harvard Medical School di Amerika Serikat mengembangkan 10 pencegahan kanker yang dipercaya efektif yaitu:
Bukan hanya rokok, ini artinya kita juga harus menghindari asap rokok. Lindungi diri sendiri dan keluarga dengan tidak menjadi perokok aktif maupun pasif.
Kurangi konsumsi lemak jenuh dan daging merah yang dapat meningkatkan risiko kanker usus besar dan bentuk kanker prostat. Selain itu, perbanyak konsumsi buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian.
Penelitian membuktikan olahraga dapat menurunkan risiko kanker dan kanker payudara. Atur menu fisik dan lakukan dengan rutin untuk menjaga kebugaran tubuh.
Obesitas dapat meningkatkan risiko berbagai jenis kanker. Biasakan menghitung kalori yang masuk ke tubuh kita dan sesuaikan menu olahraga untuk membakarnya agar tidak menumpuk.
Konsumsi alkohol berlebih berpengaruh pada risiko kanker mulut, laring, kerongkongan, hati dan usus besar. Usahakan untuk menghindari alkohol sama sekali.
Jika masih sulit, batasi hanya satu gelas sehari untuk menjaga kadarnya di dalam tubuh.
Kurangi paparan radiasi termasuk ultraviolet dari sinar matahari yang menyebabkan kanker kulit dengan menggunakan tabir surya.
Batasi paparan radiasi elektromagnetik dengan hanya melakukan rontgen ketika dibutuhkan untuk kesehatan.
Di sisi lain, sejumlah pakar berpendapat radiasi elektromagnetik dari saluran listrik bertegangan tinggi atau radiasi frekuensi radio dari smartphone tidak berisiko kanker.
Bahan kimia berbahaya yang dimaksud antara lain serat asbes, benzena, amina aromatik, dan bifenil poliklorinasi (PCB). Karena itu, cermati berbagai produk hasil industri yang dipakai termasuk pangan, alat perlengkapan rumah tangga dan berbagai hal lainnya.
Infeksi yang dimaksud seperti virus hepatitis, HIV, dan human papillomavirus. Bersikap hati-hati dalam berhubungan seksual sangat perlu dan melakukan pemeriksaan rutin.
Pasalnya, virus tersebut banyak ditularkan secara seksual atau melalui jarum suntik yang terkontaminasi.
Tidur malam yang cukup dan berkualitas dapat memengaruhi kualitas kesehatan kita. Terlebih lagi ini dapat mengurangi risiko obesitas yang jadi pemicu utama beberapa jenis kanker.
Sejumlah riset membuktikan vitamin D dapat membantu mengurangi risiko kanker prostat, kanker usus besar, dan jenis lainnya.
Jadi pastikan kita memiliki kadar vitamin D untuk mejaga kesehatan tubuh. Berjemur di bawah sinar matahari bisa jadi cara mudah dan murah untuk memenuhi kebutuhan harian.
Namun para pakar merekomendasikan asupan vitamin D dengan batas 800 sampai 1.000 IU sehari. Untuk angka tersebut, pemenuhannya perlu dibantu dengan konsumsi suplemen secara berkala.
https://lifestyle.kompas.com/read/2021/05/09/173306120/10-langkah-cegah-kanker-rekomendasi-pakar-kesehatan-harvard