Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

4 Alasan Tak Perlu Bandingkan Diri dengan Orang Lain

Sejumlah pengguna Twitter mengunggah tangkap layar unggahan sebuah akun Instagram yang mencantumkan tentang: "usia 25 tahun idealnya punya apa?"

Unggahan tersebut kemudian menjabarkan poin-poin apa saja yang dianggap "ideal" untuk dicapai pada usia 25 tahun, yakni punya tabungan 100 juta, cicilan rumah sisa 20 persen lagi, punya kendaraan pribadi, hingga gaji minimal Rp 8 juta.

Hingga berita ini dinaikkan, topik tersebut sudah dibahas dalam lebih dari 16.700 tweet.

Banyak pengguna Twitter berkomentar dan membagikan pengalaman pribadinya di usia 25 tahun atau memberikan pandangan tentang anggapan tersebut.

Travel blogger dan penulis Alexander Thian, misalnya, menulis lewat tweet-nya bahwa setiap orang punya standar ideal yang berbeda karena mulai dari titik yang berbeda-beda pula.

Adanya standar-standar ideal yang beredar bisa memunculkan insecurity (perasaan tidak aman) bagi sejumlah orang.

"Tiap orang punya jatah perjalanan yg beda-beda. Dan kita gak tau perjalanan orang lain seperti apa," tulisnya dalam tweet.

Padahal, kebiasaan tersebut sebetulnya harus dihindari. Setidaknya, ada empat alasan untuk tidak membandingkan diri sendiri dengan orang lain, yakni:

1. Merusak perasaan diri

Penelitian menemukan bahwa kebiasaan membandingkan diri sendiri dengan orang lain dapat melahirkan perasaan iri, rendah diri, dan depresi, serta membahayakan kemampuan kita untuk memercayai orang lain.

Sementara membandingkan diri sendiri ke bawah atau dengan orang lain yang kurang beruntung mungkin bisa memberikan beberapa manfaat bagi perasaan seseorang.

Namun, itu juga tidak selalu tepat. Laman HuffPost mencatat bahwa membandingkan diri dengan orang yang kita anggap lebih tidak beruntung dari kita membuat kita seolah menikmati kegagalan atau kemalangan orang lain agar merasa lebih nyaman dengan diri sendiri.

Saat kebiasaan membandingkan diri sudah mengarahkan kita pada sikap merendahkan diri sendiri atau orang lain, maka kita sudah masuk wilayah berbahaya.

2. Membandingkan dengan informasi yang tidak akurat

Mari kita pahami lagi bahwa apa yang dihadirkan seseorang untuk dilihat orang lain biasanya adalah versi realitas mereka yang sudah diedit atau dipilih.

Menurut sebuah penelitian yang dipublikasikan di Personality and Social Psychology Bulletin menegaskan bahwa orang cenderung mengungkapkan lebih sedikit emosi negatif mereka daripada emosi positif.

Selain itu, studi tersebut juga menemukan bahwa orang cenderung melebih-lebihkan keberadaan positif dalam hidup orang lain, sementara mereka salah menafsirkan atau gagal mendeteksi perasaan negatif pada orang lain.

Jadi, apa yang disampaikan sering kali bukan merupakan gambaran yang lengkap. Tak hanya itu, kita juga cenderung mengubah informasi yang kita terima.

Jadi, jika menemukan diri kita pada satu waktu mulai membandingkan diri dengan orang lain, berhentilah melakukan itu. Kemudian, tanyakan pada diri sendiri apakah adil untuk membuat suatu perbandingan jika kita sebetulnya tidak punya informasi yang lengkap.

3. Tidak membantu kita mencapai target

Merenungkan mengapa orang lain punya tampilan yang lebih baik, lebih banyak teman, atau lebih sukses dari kita hanyalah membuang waktu dan tidak efektif.

Bersikap keras pada diri sendiri dapat merusak motivasi dan menurunkan kemungkinan kita mencapai target hidup.

Jika kita benar-benar ingin mencapai kehidupan yang terasa memuaskan, maka dedikasikanlah waktu dan energi untuk memberikan nilai-nilai apda diri sendiri.

Untuk mendapatkan fokus pada diri kita, cobalah menanyakan pada diri sendiri tentang hal-hal berikut:

  • Jika kita membayangkan diri kita berada di akhir hidup dan melihat kembali apa yang telah kita lakukan, apa yang bakal menjadi pengalaman atau pencapaian paling penting?
  • Kita ingin jadi orang yang seperti apa?
  • Hubungan seperti apa yang kita ingin miliki?
  • Apa yang ingin kita orang lain ingat tentang kita?

Gunakanlah penilaian-penilaian pribadi semacam ini sebagai barrometer perbandingan, bukan pencapaian orang-orang di sekitar kita atau orang yang kita lihat di media sosial.

Dengan fokus pada diri sendiri, maka kita akan lebih peka terhadap area-area mana yang dapat diperbaiki atau ditingkatkan dalam diri kita demi mencapai target pribadi yang ingin kita capai.

4. Membuat diri kita gagal

Selain membuat diri kita sulit mencapai target hidup, kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain juga sama dengan mengarahkan diri kita ke jurang kegagalan.

Menurut Lifehack, di dalam hidup kita akan selalu ada seseorang yang secara subjektif melakukan sesuatu lebih baik daripada kita.

Jika kita menilai diri sendiri dengan standar tersebut, kita tidak akan pernah merasa nyaman dan puas dengan diri sendiri.

Pada akhirnya, kondisi ini malah akan membuat kita gagal dan menyerah pada tujuan hidup kita karena merasa tidak akan pernah bisa mencapainya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/05/10/115008820/4-alasan-tak-perlu-bandingkan-diri-dengan-orang-lain

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke