Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cara Menghadapi Perilaku "Nakal" Balita, Sabar Saja Tidak Cukup

KOMPAS.com - Perilaku balita yang sulit diatur atau dianggap nakal perlu disikapi serius oleh orangtua. Cari tahu penyebabnya untuk mendapatkan solusi terbaik.

Anak yang kerap membantah, rewel, merusak barang dan berbagai tingkah negatif lainnya tentu membuat orangtua frustasi.

Tak jarang banyak orangtua yang kehabisan kesabaran mendisiplinkan anaknya dan terpaksa mengambil jalan kekerasan.

Misalnya saja dengan memukul atau berteriak kepada anak untuk menjaga sikapnya. Sayangnya, cara ini tidak efektif dan berdampak buruk terhadap anak.

Prof. Kwartarini Wahyu Yuniarti, MMedSc., Ph.D. dari Universitas Gadjah Mada (UGM) mengatakan hukuman hanya akan meninggalkan trauma.

"Banyak penelitian menunjukkan punishment, meskipun banyak dilakukan orangtua di masa lalu, menyebabkan trauma, maka sebaiknya arahkan pada hal yang benar," jelasnya kepada Kompas.com pada Rabu (19/05/2021).

Kekerasan fisik maupun verbal, apapun bentuk dan levelnya, akan berpengaruh sama buruknya terhadap tumbuh kembang anak.

Untuk menghadapi perilaku anak yang nakal, Kwartarini menyarankan sejumlah langkah berikut:

  • Evaluasi diri sebagai orangtua

Ketika merasa sikap anak tidak terkontrol, orangtua harus terlebih dahulu melakukan evaluasi diri. Cari tahu apakah sudah memberikan contoh, perhatian, kasih sayang, bimbingan dan waktu yang dibutuhkan buah hati.

Seringkali sikap anak hanyalah wujud dari keinginan mencari perhatian, penghargaan dan eksistensi dari sekitarnya.

Perhatikan apa yang diperlukan oleh anak dan berikan hal tersebut. Biasanya ini akan bisa mengurangi sikap negatif anak untuk menjadi lebih baik.

  • Ketahui sumber masalahnya

Anak berperilaku dengan mencontoh dari sekitarnya. Apabila balita kerap melakukan kekerasan, biasanya ini didapatkannya dari apa yang dia lihat dan ketahui.

Faktor yang memengaruhi misalnya saja sikap orangtua, tontonan, teman atau pengasuhnya. Identifikasi sumber masalahnya dan perbaiki hal tersebut.

Orangtua juga perlu melihat kembali pola pengasuhan yang selama ini diterapkan. Jika selama ini anak kerap dimarahi dan kurang diapresiasi maka ubahlah hal tersebut.

"Cobalah hargai perkembangan dan sikap anak, misalnya memujinya ketika melakukan hal yang benar," jelas guru besar UGM ini.

Sebaliknya, orangtua harus mengurangi sikap negatif terhadap anak misalnya dengan memarahi atau membentak jika ada hal yang salah.

  • Konsultasi ke ahlinya

Ada kalanya orangtua kesulitan mengidentifikasi penyebab perilaku badung anak meski sudah berusaha memahaminya. Jika sudah begitu, ada baiknya berkonsultasi ke psikolog untuk mendapatkan diagnosa yang tepat.

Kwartarini menerangkan perlu dilakukan assesment untuk memahami kondisinya. Pemeriksaan ini dilakukan dengan serangkaian tes dan wawancara yang sudah terpola.

Bukan hanya anak, orangtua dan lingkungan terdekat juga harus menjalaninya untuk mendapatkan hasil optimal.

 "Misalnya saja ternyata ada faktor pengaruh musik, warna dominan atau aspek lainnya pada behaviour anak,"' jelasnya.

Dari hasil ini, kemudian akan didapatkan intervensi sebagai solusi yang efektif untuk memperbaiki perilaku anak.

Perbaikan ini tidak hanya perlu dilakukan oleh anak namun juga orangtua dan lingkungan terdekatnya.

Sayangnya, penanganan ini seringkali tidak berjalam optimal karena kurangnya kesiapan dan kemauan sistem di sekitar anak untuk melakukannya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/05/19/160201620/cara-menghadapi-perilaku-nakal-balita-sabar-saja-tidak-cukup

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke