Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Hal yang Perlu Dikatakan pada Orang dengan Kecenderungan Self Harm

KOMPAS.com - Kecenderungan menyakiti diri sendiri atau self harm sering dialami oleh orang yang memiliki gangguan kesehatan mental.

Perasaan marah, depresi, dan stres yang dialami seseorang memicunya untuk melakukan perbuatan negatif pada dirinya sendiri. Kecenderungan ini sering dialami oleh korban tindakan pelecehan.

Misalnya saja penyanyi Lady Gaga menyebutkan pernah merasakan hal ini tak lama setelah menjadi korban perkosaan ketika masih berusia 19 tahun.

Saat itu, ia tidak mendapatkan pertolongan yang tepat sehingga cenderung menyalahkan dirinya sendiri.

Perasaan rendah diri, ternoda dan marah yang terpendam kemudian dilampiaskan dengan cara menyakiti dirinya sendiri.

Pelantun lagu Poker Face ini mengaku sempat berpikir untuk mengiris pergelangan tangannya dan membenturkan diri ke tembok.

Perilaku self harm terjadi karena berbagai alasan. Laman Mental Health First Aid menyebutkan tindakan melukai diri adalah cara seseorang lari dari kesedihan mendalam, menunjukkan depresi yang dirasakan, dan mengurangi tekanan pikiran.

Selain itu, tindakan ini juga dilakukan untuk melarikan diri dari kenyataan, upaya mencari perhatian untuk mendapatkan pertolongan dan berusaha membuat orang lain merasa bersalah.

Bentuknya bisa bervariasi antara lain melukai, merobek, memotong, mencubit dan mengukir kata di permukaan kulitnya sendiri.

Cara lainnya termasuk menjambak rambut, meninju dan membenturkan diri pada benda agar berdarah serta overdosis obat-obatan tanpa niatan bunuh diri.

Bagi pelakunya, kecenderungan melukai diri sendiri adalah coping mechanism ketika mengalami permasalahan. Sayangnya, dampaknya berbahaya untuk diri dan tidak menjadi solusi.

Kita dianjurkan untuk membantu seseorang yang dicurigai melakukan self harm. Namun, pastikan untuk berfokus pada penyelesaian masalahnya dan bukan perilakunya.

5 Kalimat yang aman dikatakan pada penderita self harm

Banyak orang kebingungan ketika menyadari kenalannya memiliki kecenderungan self harm. Sebagian besar ingin menolong namun tak tahu apa yang harus dikatakan dan dilakukan.

Kata-kata yang salah dikhawatirkan memicu respon yang tidak tepat dan malah merusak hubungan. Namun, sulit bagi kita untuk membiarkan perilaku tidak sehat tersebut terus berlanjut.

Psikolog Joan Freeman yang berbasis di Irlandia dan New York mengatakan reaksi yang terlalu berlebihan, termasuk kaget, ngeri, sedih, dan simpati, sebaiknya tidak ditunjukkan pada pelaku self harm.

"Lakukan yang terbaik untuk tetap tidak menghakimi dan tidak reaktif, atau setidaknya tidak terlalu reaktif," terangnya.

Perhatikan soal detail suasana, tempat, dan waktu orang tersebut untuk membicarakannya. Tujuannya agar kita benar-benar menunjukkan dukungan dan bukan terkesan ingin ikut campur.

Berikut adalah lima kalimat yang dianjurkan untuk menyampaikan kepedulian kita:

  • “Saya melihat beberapa bekas di lenganmu, dan aku khawatir karena aku peduli padamu. Apakah kamu menyakiti dirimu sendiri? ”

Kalimat sederhana dan terus terang akan menjadi awal yang mudah untuk kita tanyakan. Jika takut menyinggung, pilih variasi kalimat yang lebih terbuka dan umum seperti "Apa yang terjadi?".

Mungkin saja jawaban yang kita dapatkan tidak jujur atau menutup diri. Namun ada kemungkinan pertanyaan yang kita lontarkan akan menjadi penolong bagi orang lain.

Beberapa penderita self harm menganggap pertanyaan dari orang lain sebagai hal yang melegakan. Hal ini bisa jadi awal pertolongan yang sebenarnya mereka butuhkan.

  • “Saya melihat bahwa kamu sangat kesakitan. Apakah kamu ingin memberi tahu saya apa yang sedang terjadi? "

Kalimat ini memberikan validasi akan perasaan sakit yang dirasakan tanpa merujuk langsung pada perilaku tak sehatnya. Pancing mereka untuk bicara lebih jauh soal penderitaan yang dialami.

Dengarkan kisahnya sampai selesai tanpa dipotong. Ingatlah untuk tidak langsung menawarkan bantuan atau menghubungkannya dengan pengalaman pribadi.

  • "Apa yang membuatmu menyakiti diri sendiri?"

Pertanyaan ini bisa dilontarkan jika teman menunjukkan sikap terbuka untuk berbagai soal gangguannya ini. Fokuskan pertanyaan pada pemicu emosional, bukan perilaku atau efek yang dirasakan.

Tujuan kita memahami penyebabnya, bukan menilai perilakunya. Setelah itu, kulik lebih jauh soal kondisi yang dialaminya melalui pertanyaan yang relevan.

Metode ini memberikan kesempatan untuk membicarakan proses dengan cara yang mungkin belum pernah dilakukan sebelumnya.

  • "Saya akan melakukan apapun yang saya bisa tapi tidak bisa melakukannya sendiri. Bisakah kami memberimu dukungan?"

Kecenderungan menyakiti diri sendiri adalah perilaku yang sulit dipahami dan kompleks. Karena itu, tujuan kita adalah mengajak teman tersebut mendatangi ahlinya guna mendapatkan pertolongan.

Jika saran ini bakal menyinggung perasaannya, coba ceritakan soal kenalan yang pernah mengalaminya dan sembuh dengan bantuan psikiater.

Saat ini ada banyak konsultasi kesehatan mental tahap awal yang bisa dilakukan secara daring. Sarankan pada teman untuk melakukannya jika mereka ragu atau malu datang langsung ke klinik kesehatan mental.

  • “Tidak apa-apa jika tidak ingin membicarakannya sekarang. Saya di sini kapan pun. "

Jika teman belum siap membuka diri dan bercerita, hormati sikapnya. Tekankan kepadanya, kita siap mendengarkan curhatannya dan memberikan bantuan kapan saja.

Coba lagi untuk menanyakannya beberapa waktu mendatang. Jika sikapnya tak berubah, jangan putus asa untuk membantu.

Hal ini mungkin membuat frustasi dan menjengkelkan namun jangan memaksanya untuk bersikap terbuka. Berikan mereka waktu dan kesempatan untuk belajar percaya.

Kadangkala, perhatian seperti ini sangat dibutuhkan seseorang dan dapat membantunya menyembuhkan gangguan ini.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/05/23/121401720/5-hal-yang-perlu-dikatakan-pada-orang-dengan-kecenderungan-self-harm

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke