Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Anya Geraldine Cari Partner Olahraga, Ini Kriteria yang Dicari

Menurut para peneliti dari Michigan State University, misalnya, pergi ke gym bersama partner bisa menambah durasi olahraga hingga dua kali lipat daripada jika pergi sendiri.

Tapi, mencari partner olahraga tak semudah kelihatannya, lho. Bahkan, selebgram Anya Geraldine pun sampai mengunggah "lowongan" untuk mencari partner olahraga.

"Anya Geraldine Hiring!" demikian tulisan di paling atas unggahan Anya pada akun Instagram @anyageraldine. "Posisi: partner support olahraga Anya Geraldine."

Dalam unggahan yang sama, pemilik nama asli Nur Amalina Hayati itu juga menyertakan sejumlah kriteria partner olahraga yang dicarinya.

Beberapa di antaranya adalah:

  • Setia menemani dan menyemangati aktivitas olahraganya agar tidak menunda-nunda untuk tetap bugar.
  • Membantu mencari solusi cepat jika ada kejadian seperti kelelahan, nyeri otot atau cedera.
  • Bersedia diajak melakukan segala jenis olahraga, rendah hati, keren, kuat, dan aktif.

"Aku tunggu lamarannya sekarang ya," tulis Anya pada keterangan foto.

Nah, sebenarnya karakter seperti apa sih yang kita butuhkan untuk dijadikan partner olahraga? Berikut beberapa di antaranya:

1. Dapat diandalkan

Melansir Men'sHealth, pilihlah partner yang dapat diandalkan dan bisa terus memotivasi kita untuk berolahraga.

Jika perlu, cari partner yang terus "mengganggu" lewat pesan singkat untuk mengingatkan kita berolahraga dan membuat kita rasanya tak mungkin melewatkan sesi latihan.

Partner olahraga ternyata tak harus teman dekat. Maka, cara mencari partner olahraga yang dilakukan Anya sebetulnya bisa saja kita terapkan.

Menurut FitDay, situs jurnal diet online dan pelacak kalori, mengatakan, cocok dengan seseorang di luar sesi olahraga tak lantas membuat kita dan orang tersebut juga pasti cocok sebagai partner olahraga.

Salah satu alasan mengapa partner olahraga penting adalah untuk membangun kompetisi dan rivalitas, yang pada akhirnya mendorong kita bekerja lebih keras.

Jika partner olahraganya adalah sahabat kita sendiri, apakah kita bakal nyaman melakukannya? Apakah kita bisa menjaga sahabat kita tetap akuntabel ketika dia tidak pergi ke gym?

Situasi semacam ini berpotensi mengubah hubungan persahabatan ke posisi yang canggung dan bukan tidak mungkin malah berakhir dengan rusaknya hubungan pertemanan.

2. Tidak cerewet

Kita mungkin berpikir seseorang yang terus-menerus menyemangati kita bakal membantu meningkatkan performa kita.

Namun, dukungan yang kita butuhkan sebetulnya bukanlah sesuatu yang berlebihan.

Sebuah penelitian dari Michigan State University mengamati beberapa orang yang melakukan plank dan partnernya meneriakkan frasa umum, seperti "ayo dorong terus!".

Hasilnya, mereka yang melakukan plank dengan dukungan temannya malah tidak bisa menahan posisinya lebih lama dari partisipan yang melakukan plank tanpa dorongan temannya.

Meskipun teman kita memang berusaha membantu dengan menyemangati, namun mudah untuk menafsirkan teriakan tersebut sebagai hal yang menggurui atau merendahkan, terutama ketika kita yang berkeringat.

3. Punya target yang sama

Ketika memilih partner olahraga, kita tak sekadar mencari teman tetapi mencari seseorang dengan target yang sama dengan kita.

Artinya, kita juga perlu tahu apa yang ingin kita capai dari berolahraga.

Jika target kita menurunkan berat badan, misalnya, kita mungkin perlu menghabiskan lebih banyak waktu untuk melakukan olahraga kardio. Maka carilah partner olahraga dengan frekuensi yang sama.

Jika target kita adalah melakukan lebih banyak kardio dan partner kita mau membentuk tubuh dengan lebih banyak latihan beban, maka dia mungkin akan lebih banyak menghabiskan waktunya di sana.

Perbedaan target ini memang tidak berbahaya, tapi kita bakal mencapai target lebih cepat jika partner kita juga "berlari" di jalur yang sama, bukan?

4. Pilih partner yang lebih bugar

Faktanya, kita mungkin lebih baik berpartner dengan seseorang yang lebih baik dari kita.

Meskipun kita mungkin berpikir ini tidak adil, sebenarnya ini bisa bermanfaat bagi kedua belah pihak.

Di satu sisi, tingkat persaingan yang terbangun bisa memicu diri kita untuk lebih semangat dan mendobrak batas diri.

Sementara untuk partner kita, mereka akan punya seseorang yang termotivasi untuk bekerja keras demi mencapai tingkat kemampuan seperti mereka. Pada akhirnya, mereka juga akan lebih semangat berolahraga.

Lebih baik lagi jika kita bisa menemukan partner yang bisa mengisi peran seperti mentor.

Dalam persyaratan yang dituliskannya, Anya menulis partner olahraganya harus "bersedia melakukan berbagai jenis olahraga" dan "kuat". Sesuai dengan anjuran ini, bukan?

5. Punya jadwal yang sama

Kita bisa saja punya kecocokan yang sempurna dengan seseorang. Tapi, jika dia tak bisa berolahraga bersama, maka tidak ada gunanya menjadikannya sebagai partner olahraga.

Itulah mengapa penting untuk mencari partner olahraga yang punya jadwal sama dengan kita.

Misalnya, kita sulit bangun pagi sehingga lebih suka olahraga di malam hari, maka carilah partner yang juga suka dengan pola olahraga di malam hari.

Alternatif partner olahraga

Jika tak kunjung menemukan teman olahraga yang pas, kita bisa mencari alternatifnya.

Misalnya, menjadikan teman jarak jauh sebagai partner olahraga lewat video call atau saling berbagi agenda latihan.

Kita juga bisa mencari aplikasi seperti Zwift, Strava, atau lainnya yang bisa membuat kita membangun interaksi dengan pengguna lainnya.

Menjadikan hewan peliharaan sebagai partner olahraga juga bukan ide yang buruk. Jika kita memelihara anjing, misalnya, kita bisa menyesuaikan jadwal olahraga dengan jadwal jalan-jalan anjing kita.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/06/04/195908620/anya-geraldine-cari-partner-olahraga-ini-kriteria-yang-dicari

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke