Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Faktor Penyebab Victoria's Secret Kini Kurang Diminati Wanita

KOMPAS.com - Popularitas brand pakaian dalam Victoria's Secret meredup beberapa tahun belakangan. Pagelaran busana tahunannya yang biasanya selalu dinantikan juga terpaksa dibatalkan dengan alasan yang tak pasti.

Perusahaan asal Amerika Serikat ini sebelumnya dikenal sebagai salah satu nama besar dalam industri pakaian dalam wanita.

Namun kejayaannya menurun seiring dengan perubahan tren dalam dunia fashion dan kecantikan.

Victoria's Secret (VS) dinilai tidak berkembang dan cenderung ketinggalan zaman karena masih saja menjual konsep keseksian yang usang. Produk buatannya dianggap tidak inklusif tanpa memperhatikan keberagaman maupun kenyamanan konsumennya.

Brand dianggap ini kalah dari Savage X Fenty, brand lingerie milik Rihanna yang lebih baru namun lebih tanggap pada perubahan. Misalnya dengan menyediakan produk berbagai ukuran yang dipromosikan oleh model dengan latar belakang dan ukuran tubuh yang bervariasi.

Menyadari redupnya popularitasnya, Victoria's Secret baru saja membuat gebrakan dengan menunjuk tujuh perempuan inspiratif yang sebagai brand ambassador sekaligus muse-nya.

Tak hanya penampilan cantik, VS Collective, demikian istilahnya, dipilih karena capaian prestasinya.

Meski demikian, ada banyak hal yang harus direvisi untuk mengembalikan VS ke masa jayanya. Pasalnya, ada berbagai faktor yang menjadi alasan menurunnya popularitas dan penjualan brand yang juga menjual produk kecantikan ini.

  • Pusat perbelanjaan dan mal yang tak lagi diminati

Perusahaan induk dari VS, L Brands, banyak berinvestasi pada berbagai mal dan pusat perbelanjaan di seluruh dunia. Itulah sebabnya berbagai gerai VS tersedia di hampir semua mal mewah dan bergengsi.

Namun kini konsumen lebih suka berbelanja secara daring dan malas datang ke mall. Pandemi juga membuat kunjungan ke pusat perbelanjaan untuk sekedar membeli pakaian dalam menjadi aktivitas yang berisiko bagi kesehatan.

Tak heran penjualan produk VS juga menurun selama masa pandemi dan terpaksa menutup 250 tokonya di Benua Amerika. Kini L Brands telah melepas VS menjadi perusahaan terpisah untuk mempertahankan bisnisnya.

  • Terkena imbas skandal seks Jeffrey Epstein

Brand VS terkena imbas dari skandal seks Jeffrey Epstein yang disebut akrab dengan Leslie Wexner, pendiri L Brands. Hubungan keduanya bukan hanya sebatas rekan bisnis saja melainkan sahabat yang memiliki banyak kesamaan.

Epstein adalah wali untuk Wexner Foundation dan dua perwalian keluarga lainnya, termasuk satu yang dinamai untuk empat anak Wexner, menurut dokumen yang diajukan ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS.

Kasus Epstein yang termasuk kekerasan seksual dan eksploitasi anak di bawah umur tentunya mempengaruhi publik untuk mulai menjauhi berbagai bisnis yang terlibat.

  • Promosi marketing yang ketinggalan zaman dan terlalu seksual

Semua produk VS yang seksi dan kebanyakan berenda dianggap dibuat hanya sekedar untuk memuaskan hasrat pria dan daya tarik seks.

Demikian pula kampanye marketingnya yang sangat menonjolkan bentuk tubuh wanita ideal dan penampilan.

Selama hampir dua dekade, VS Show menjadi metode promosi utama yang menjual model cantik mengenakan lingerie dan bersayap permata di atas panggung. Meski sempat sangat populer, cara itu dianggap sudah ketinggalan zaman.

“Ada perubahan nyata dalam cara orang, terutama wanita muda, berpikir tentang kecantikan dan hasrat,” kata Kalinda Ukanwa, profesor pemasaran di University of Southern California Marshall School of Business.

Menurutnya, di era #MeToo, orang menginginkan keragaman dan representasi, secara etnis dan ras, tetapi juga dalam hal bentuk dan tipe tubuh.

Brand yang tidak bisa beradaptasi dengan perubahan ini diperkirakan tidak akan mampu mempertahankan bisnisnya.

Neil Saunders, direktur pelaksana dari perusahaan riset GlobalData Retail mengatakan VS harus membuktikan sebagai produk yang menghargai kenyamanan, fungsionalitas, bahan, dan membuat konsumen merasa nyaman dengan diri mereka sendiri untuk kembali menjadi yang terdepan.

  • Wanita lebih suka bra olahraga

Belakangan wanita lebih suka membeli sport bra dibandingkan push up bra. Bra olahraga menyumbang sepertiga dari pengeluaran pakaian dalam wanita milenium pada tahun 2018, menurut perusahaan riset pasar NPD Group.

Tentunya ini menjadi masalah bagi VS yang sebagai besar produknya memakai renda dan dibuat demi menunjang penampilan.

Perusahaan ini memang punya koleksi olahraga, dengan motif macan tutul, tali yang tipis dan warna feminin, namun tidak sesuai dengan selera pasar saat ini.

Analis mengatakan semakin banyak wanita yang mengenakan pakaian dalam dari merek atletik seperti Lululemon, Nike dan Under Armour meskipun tidak pergi ke gym. Karena itu, kebutuhan akan bra biasa terus berkurang termasuk pada produk yang cenderung glamor seperti VS.

  • Belanja online lebih mudah dan lebih nyaman

Berbelanja pakaian dalam seringkali menjadi pengalaman yang menakutkan dan tidak nyaman bagi banyak wanita. Banyak yang merasa malu atau takut menjadi bahan cemooh atau khawatir memilih ukuran yang salah.

Kini brand pakaian dalam yang dijual secara online telah menyediakan solusinya termasuk menggunakan kuis online dan kiat-kiat pengukuran untuk membantu wanita menemukan produk yang tepat.

Perusahaan seperti ThirdLove, True & Co. dan Rihanna's Savage x Fenty yang dimiliki wanita kini fokus pada produk yang nyaman dan praktis dengan berbagai ukuran serta warna yang terinspirasi skintone.

“Pembeli tidak menginginkan model fantasi dalam bra push-up lagi, mereka menginginkan kecantikan otentik dan gaya yang lebih alami, seperti bralette ” kata Tiffany Hogan, analis perusahaan konsultan Kantar, seperti dikutip dari The Washington Post.

Selain itu, konsumen kini semakin peduli pada kesamaan nilai yang dianutnya dengan brand.

“Pembeli yang lebih muda khususnya ingin merasa membeli dari perusahaan yang percaya pada hal yang sama seperti yang mereka lakukan," tambah Tiffany.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/06/17/192543020/5-faktor-penyebab-victorias-secret-kini-kurang-diminati-wanita

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke