Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

7 Efek Buruk Kebanyakan Makan "Fast Food", Sudah Tahu?

Tetapi, jika makanan cepat saji menjadi makanan utama sehari-hari, maka hal itu bisa berdampak serius pada kesehatan.

Sebab, pola makan yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko terkena depresi, kanker, diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan kondisi kronis lainnya.

Sudah lama dikenal, fast food adalah makanan yang diproses dalam penggorengan dan disiapkan dengan cepat tanpa memerhatikan  kandungan nutrisi.

Sehingga, makanan cepat saji memang bisa berdampak buruk bagi kesehatan, apalagi jika disantap dalam jumlah yang berlebihan.

Ahli diet, Nancy Geib, RD, LDN mengungkapkan beberapa dampak buruk yang dapat terjadi pada tubuh, terkait dengan kebiasaan menyantap fast food.

1. Menaikkan tekanan darah

Banyak makanan cepat saji yang dikemas dengan natrium, yang bertindak sebagai pengawet dan meningkatkan rasa.

"Semua makanan yang diproses atau olahan dan makanan yang dikemas itu mengandung natrium," kata Geib.

Nah, makanan yang tinggi natrium diketahui dapat meningkatkan tekanan darah dan memberi tekanan pada sistem kardiovaskular.

Seiring waktu, tekanan darah tinggi dapat membuat pembuluh darah menjadi kaku atau menyempit.

Kondisi ini kemudian menjadi faktor risiko utama untuk serangan jantung, stroke, dan gagal jantung.

Menurut American Heart Association, idealnya orang dewasa harus menjaga asupan garam mereka di bawah 1.500 mg per hari. Meskipun rekomendasi saat ini memungkinkan hingga 2.300 mg setiap hari.

Sementara, satu cheeseburger saja bisa membuat kita cukup dekat dengan 1.500 mg natrium yang direkomendasikan setiap hari.

Begitu juga dengan sepotong ayam goreng plus kentang dan saus-nya.

Bahkan pilihan yang tampaknya lebih sehat seperti sandwich pun dapat menyumbang lebih dari 1.000 mg untuk asupan natrium harian.

2. Membuat perut kembung

Mengonsumsi makanan yang tinggi natrium, tinggi lemak, atau makanan dengan karbohidrat olahan bisa membuat perut menjadi kembung.

Dan, jika kita menambahkan soft drink, maka karbonasi bisa kian memperburuk keadaan.

Perut yang kembung seharusnya hanya bersifat sementara, tetapi itu bisa membuat kita kesulitan mengenakan celana yang lebih ketat di pinggang, dan sederet masalah lainnya. 

3. Meningkatkan kadar kolesterol

Makanan yang digoreng dengan minyak tinggi lemak atau lemak jenuh dapat meningkatkan "kolesterol jahat" (LDL) yang menempatkan kita pada risiko penyakit jantung.

American Heart Association merekomendasikan tidak lebih dari enam persen kalori harian berasal dari lemak jenuh.

Apabila kita makan 2.000 kalori sehari, maka itu sama dengan jumlah yang ada dalam satu sandwich berisi daging, telur, dan keju.

4. Problem pencernaan

Makanan olahan dan makanan cepat saji mungkin tampaknya enak dan menggiurkan. Tetapi semuanya adalah karbohidrat olahan yang minim serat.

Padahal, makan serat dalam jumlah yang cukup (25-35 g sehari) membantu kita menjaga kesehatan di saluran pencernaan.

Kecukupan serat menurunkan risiko untuk mengalami divertikulitis, serta kondisi lain yang terkait dengan sembelit seperti wasir dan hernia.

Serat makanan juga membantu bakteri usus baik berkembang dan membuat kita merasa cepat kenyang.

Oleh karena itu, kita perlu mengurangi konsumsi makanan cepat saji agar tidak kesulitan untuk mendapatkan jumlah serat yang disarankan.

5. Menambah berat badan

Sering mengonsumsi makanan cepat saji berkalori tinggi, terutama sebagai pilihan makan malam bisa menambah berat badan.

Apalagi, ketika kalori tersebut sebagian besar berasal dari karbohidrat proses tinggi yang akan membuat kita merasa lapar lagi, dan membuat kita makan lebih banyak kalori ekstra.

Di samping itu, faktor gula juga menjadi penyebab utama kelebihan berat badan atau obesitas.

Gula biasanya bersembunyi di banyak makanan, termasuk minuman dan saus yang kerap ditemui di dalam paket fast food.

Minuman manis di restoran cepat saji bisa mengandung gula lebih dari 25-80 g atau hampir 20 sendok teh gula.

6. Menguras energi

Karbohidrat olahan dan gula dalam makanan cepat saji dapat menyebabkan lonjakan gula darah.

Kondisi ini kemudian mendorong tubuh untuk menghasilkan lonjakan insulin kemudian menurunkannya lagi dengan cepat.

Siklus spike-and-crash ini bisa membuat kita merasa lelah karena energi yang terkuras.

Sementara itu, makanan seimbang dengan protein, lemak sehat, dan karbohidrat kaya serat membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna maupun diserap tubuh.

Makanan yang sehat bisa memperlambat pelepasan gula ke dalam aliran darah, sehingga kita mendapatkan energi berkelanjutan tanpa gangguan.

7. Memengaruhi suasana hati

Ketika mengonsumsi makanan yang tinggi lemak jenuh, natrium, gula dan karbohidrat olahan, kita akan kehilangan banyak nutrisi penting bagi tubuh.

Kekurangan nutrisi tidak hanya membuat kita rentan terhadap berbagai risiko penyakit tetapi juga menurunkan suasana hati.

Selain itu, terlalu banyak mengonsumsi makanan cepat saji juga dapat meningkatkan depresi.

Maka dari itu, perbanyak konsumsi buah-buahan dan sayuran yang kaya akan vitamin, mineral, dan antioksidan untuk meningkatkan suasana hati.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/07/16/125821020/7-efek-buruk-kebanyakan-makan-fast-food-sudah-tahu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke