Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bagaimana Perempuan Atlet Olimpiade Hadapi Menstruasi?

Mungkin, hal ini pula yang berpengaruh pada jumlah perempuan atlet di ajang olimpiade, yang jauh lebih banyak dari sebelumnya.

Jumlah perempuan atlet mencapai 49 persen atau 11.000 atlet, dari jumlah total atlet yang berlaga di olimpiade.

Sementara itu, menurut International Olympics Committee, setidaknya 40,5 persen atlet di paralimpiade merupakan perempuan.

Artinya, jumlah atlet di paralimpiade kali ini bertambah sekitar 100 orang jika dibandingkan dengan Olimpiade Rio pada 2016.

Hal ini tentu membanggakan. Namun, sebagai perempuan, tentu mereka memiliki masalah lain selain harus menghadapi tekanan ekstrem dalam membawa nama negara, yakni menstruasi.

Menstruasi pada perempuan pun biasanya disertai berbagai gejala, seperti kram, merasa kembung dan tidak nyaman.

Ada pula nyeri payudara yang berpotensi mengganggu performa para atlet.

Bahkan, beberapa penelitian mengungkapkan bahwa menstruasi meningkatkan risiko cedera.

Pertanyaannya, apa dampaknya bagi para atlet dan bagaimana mereka menghadapinya? 

Menstruasi dan risiko cedera

Seperti telah disebutkan di atas, beberapa penelitian menemukan, risiko cedera pada wanita atlet meningkat saat menstruasi.

Fluktuasi hormon reproduksi saat menstruasi seperti estrogen dan progesteron dapat memengaruhi jaringan tertentu, seperti otot, tendon dan ligamen.

Demikian kesimpulan dalam sebuah penelitian terhadap para perempuan pemain sepakbola yang digelar tahun ini.

Tingkat cedera otot dan tendon meningkat sekitar 88 persen selama fase folikular akhir dari siklus menstruasi.

Fase ini berkaitan dengan saat otak mengirimkan sinyal ke ovarium untuk menyiapkan sel telur yang akan dilepaskan.

Hal itu memang benar. Buktinya, seorang atlet olimpiade asal Inggris, Eilish McColgan, harus mengundurkan diri dari pertandingan di Roma karena mengalami menstruasi.

McColgan mengalami masalah hamstring tak lama setelah itu.

“Saya tidak tahu kalau semuanya terhubung. Ahli radiologi yang merawat otot saya juga mengatakan bahwa ia tidak pernah melihat peradangan sebanyak itu pada satu otot sebelumnya,” kata McColgan pada BBC Sport pada 2019 silam.

Selain itu, kelelahan yang disebabkan oleh menstruasi juga dapat memengaruhi kinerja seorang atlet.

Lalu, pada Olimpiade Rio 2016 lalu, perenang asal China Fu Yuanhui memegang perutnya setelah bertanding dalam cabang lari estafet 4x100 meter.

Ternyata, alasannya adalah karena nyeri menstruasi.

“Saya merasa tidak berenang dengan baik hari ini, dan mengecewakan rekan satu tim saya."

"Haid saya datang tadi malam dan saya sangat lelah. Tapi ini bukan alasan, saya tetap tidak berenang sebaik mungkin,” ujar dia kala itu.

Pemantauan siklus menstruasi

Beberapa atlet memantau siklus menstruasi mereka untuk memastikan agar mereka dapat berlatih dan bertanding dalam kondisi yang optimal.

Dalam sebuah film interview pendek bersama Women’s Health, pesepakbola dari Chelsea FC Fran Kirby mengatakan, timnya menggunakan aplikasi “Fit For Women” untuk memantau siklus menstruasi dan merencanakan latihan yang sesuai.

Menurut dia, menstruasi sangat memengaruhi kondisi kita, baik itu koordinasi atau waktu bereaksi yang sangat vital dalam olahraga.

Tahun lalu, Chelsea Women menjadi klub pertama di dunia yang menyesuaikan jadwal latihan mereka dengan siklus menstruasi pemain.

Kebijakan ini diambil untuk meningkatkan kinerja pemain, dan mengurangi tingkat cedera.

Hal serupa juga dilakukan oleh peraih medali emas olimpiade dalam cabang hoki, Sam Quek.

Ia mengatakan kepada BBC Sports bahwa dia menggunakan aplikasi di ponselnya yang akan merekam detak jantungnya.

Bahkan melalui aplikasi tersebut akan terekam warna urinenya, berapa jam tidur, apakah mengalami nyeri otot, dan apakah itu hari pertama siklus menstruasinya berjalan.

Lalu baru-baru ini, English Institute of Sport mengumumkan sebuah penelitian yang berkolaborasi dengan Manchester City Women yang menggunakan teknologi bernama Hormonix.

Teknologi ini membuat para pemain dapat mengakses informasi terkait tingkat hormon mereka, dan lebih memahami bahwa siklus menstuasi dapat memengaruhi performa dan kesehatan.

“Saya sangat senang bisa terlibat dalam penelitian ini. Menstruasi selalu menjadi objek yang tabu."

"Padahal, sebagai bagian dari hidup seorang wanita dan mereka yang merupakan atlet profesional, seharusnya tidak begitu,” ujar kapten Steph Houghton.

Pil KB

Menggunakan pil KB untuk menunda menstruasi juga merupakan praktik umum di kalangan perempuan atlet.

Namun, para ilmuwan mengatakan perlu ada lebih banyak penelitian di bidang ini. Pasalnya, kontrasepsi hormonal memengaruhi wanita dengan cara berbeda-beda.

Menurut situs Sports MD, ada kontraindikasi (situasi tertentu di mana obat atau prosedur tidak boleh digunakan karena dapat membahayakan pengguna) dengan menggunakan metode kontrasepsi hormonal di kalangan atlet.

"Misalnya jika memiliki riwayat pembekuan darah atau ada riwayat pembekuan darah pada kerabat tingkat pertama."

"Lalu, gangguan yang diketahui dalam pembekuan darah, fungsi hati yang buruk, kanker payudara, riwayat serangan jantung, tekanan darah tinggi, merokok, sakit kepala migrain atau operasi baru-baru ini," tulis situs tersebut.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/08/03/174601120/bagaimana-perempuan-atlet-olimpiade-hadapi-menstruasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke