Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Latihan Kekuatan di Usia Paruh Baya, demi Umur Panjang

Usia paruh baya yang dimaksud adalah kira-kira ada pertengahan dari umur rata-rata kebanyakan orang. Beberapa literatur mengategorikan usia paruh baya adalah antara 35-50 tahun.

Nah, fungsi jantung, paru-paru dan organ tubuh lain pada orang berusia paruh baya tersebut -umumnya, tidak lagi sebagus saat ia masih muda.

Oleh karena itu, olahraga menjadi kebutuhan setiap orang yang berada di dalam fase kehidupan tersebut.

Menurut banyak penelitian, latihan kekuatan yang menekankan otot penting untuk pengendalian berat badan individu di usia paruh baya.

Dalam sebuah penelitian yang dimuat pada bulan Juni, para peneliti di Iowa State University memantau 12.000 orang paruh baya.

Peneliti menemukan, dua atau lebih sesi latihan beban seminggu sudah mampu mengurangi risiko obesitas sebesar 20-30 persen selama dua dekade, bahkan pada orang yang tidak melakukan latihan aerobik.

Meningkatkan latihan beban atau latihan kekuatan hingga 1-2 jam seminggu, dinilai mampu mengurangi risiko obesitas hingga 30-40 persen.

Manfaat lain melakukan latihan ini yaitu menurunkan kolesterol, peradangan, tekanan darah tinggi, serta mengurangi risiko penyakit jantung dan diabetes.

Orang yang melatih kekuatan otot dikaitkan dengan umur panjang, risiko obesitas lebih rendah, serta otak, tulang, dan sistem kardiovaskular yang lebih sehat.

Melatih kekuatan otot juga terbukti memperbaiki harga diri, meningkatkan kepercayaan diri dan mengurangi kecemasan serta depresi.

Sayangnya, meski banyak peserta berolahraga secara teratur, mereka mengabaikan latihan kekuatan.

"Sekitar 60 persen tidak melakukan latihan kekuatan, hampir dua kali lipat dari mereka yang tidak menjalani latihan aerobik."

Begitu penjelasan Jason Bennie, ahli epidemiologi olahraga di University of Southern Queensland di Australia.

Menurut analisis terbaru, orang yang melatih kekuatan otot secara teratur memiliki kemungkinan meninggal dunia 21 persen lebih kecil karena penyebab apa pun. Ini terlepas dari usia dan berapa banyak mereka melakukan latihan aerobik.

Menantang tubuh dengan mengangkat beban akan merangsang tubuh untuk memertahankan serta menambah kapasitas otot.

Energi untuk melatih kekuatan bisa berasal dari lemak atau gula yang disimpan, atau dari kalori ekstra yang diambil melalui makanan.

Proses pembentukan dan perbaikan berlanjut lama setelah kita selesai berolahraga, dengan otot terus membakar kalori hingga 24 jam.

Otot baru yang terbentuk dikemas dengan mitokondria, bagian sel yang mengubah glukosa menjadi energi.

Dengan semakin banyak otot pada tubuh, kita bisa membakar lebih banyak kalori meski sedang beristirahat.

Manfaat latihan kekuatan rupanya juga merambah ke bagian otak.

Tingkat kekuatan yang lebih tinggi dikaitkan dengan performa lebih baik pada tes keterampilan kognitif, seperti memori dan pengambilan keputusan, serta menjaga kesehatan otak lebih lama.

Di saat tulang diberi beban, maka tulang akan melepaskan hormon yang disebut osteocalcin ke dalam darah.

Hormon osteocalcin akan mengarah ke otak dan terhubung dengan hippocampus, wilayah otak utama yang terlibat dalam memori.

Penelitian menunjukkan, osteocalcin adalah hormon penting untuk pembentukan memori, seiring bertambahnya usia individu.

Sejak individu memasuki usia paruh baya, kadar osteokalsin mulai menurun. Ini alasannya latihan kekuatan atau menahan beban sangat penting untuk melindungi otak.

Dalam penelitian yang dilakukan terhadap hewan, hormon osteocalcin yang menurun dikaitkan dengan kecemasan.

Latihan kekuatan juga terbukti efektif menghilangkan depresi dan kecemasan, serta meningkatkan harga diri.

Berdasarkan penelitian pula, ditemukan peningkatan kekuatan fisik dapat bermanfaat bagi kesehatan mental.

Sekelompok gadis remaja yang melakukan latihan beban untuk meningkatkan kekuatan sebesar 40 persen dalam waktu 12 minggu melaporkan, mereka merasa lebih kuat baik secara fisik maupun mental.

Para gadis itu juga lebih percaya diri menghadapi situasi sosial atau argumen yang rumit.

Tentu saja osteocalcin bukan satu-satunya faktor yang membuat seseorang memiliki kondisi fisik dan mental yang baik.

Ketika memikirkan pada sesuatu yang dapat ditangani, otak akan memproses berdasarkan hal yang ada di kepala kita sekaligus melalui alam bawah sadar kita.

Menjadi lebih kuat akan memberikan keyakinan pada kemampuan kita, yang membuat hidup terasa lebih mudah dijalani.

Studi yang dilakukan peneliti di Iowa State University menyimpulkan, menambahkan latihan kekuatan pada setiap tahap kehidupan akan memberikan manfaat positif.

"Kita semua kehilangan massa otot dan kekuatan otot seiring bertambahnya usia," kata Tessa Strain, ahli epidemiologi olahraga di Cambridge University.

"Memertahankan jauh lebih mudah daripada meningkatkan kedua hal tersebut."

"Ada titik di mana kebugaran aerobik tidak menjadi hal utama. Ada tingkat kekuatan yang kita semua butuhkan untuk menjalani kehidupan," imbuh dia.

Pedoman Inggris yang diperbarui pada 2019 menyebutkan pentingnya melatih kekuatan setidaknya dua kali seminggu, dengan durasi 150 menit (intensitas sedang) atau 75 menit (latihan intensitas tinggi).

Selain mengangkat beban di pusat kebugaran, kita dapat melatih kekuatan dengan berkebun, membawa barang belanjaan, mendaki perbukitan, dan berenang.

Strain menyarankan kita untuk melatih semua kelompok otot utama, yakni otot kaki, otot lengan, otot inti, otot dada, dan punggung.

Demi mencapai target tersebut, lakukan latihan beban seperti push up, squat, dan lunge.

Idealnya, kata Strain, kita harus menggabungkan latihan aerobik dengan latihan ketahanan untuk mendapatkan hasil terbaik.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/08/10/153152720/latihan-kekuatan-di-usia-paruh-baya-demi-umur-panjang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke