Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Vitamin C Dosis Tinggi Bukan Pilihan Terbaik untuk Pasien Covid-19

KOMPAS.com - Vitamin C dosis tinggi sempat menjadi objek paling diburu saat aksi panic buying masyarakat pada pandemi gelombang dua. Di apotek dan toko obat, suplemen vitamin pun habis diborong masyarakat.

Saat itu, sejumlah pakar kesehatan kerap mengedukasi pentingnya memenuhi kebutuhan vitamin untuk menjaga imunitas tubuh. Saran ini juga diberikan bagi penderita Covid-19 yang sedang dalam masa penyembuhan.

Himbauan ini direspon aksi masyarakat yang berbondong-bondong memborong suplemen vitamin tambahan. Salah satu yang paling laris adalah minuman kemasan vitamin C 1000 mg karena murah dan mudah didapatkan.

Asumsi yang menyebar, kadar vitamin tinggi dalam minuman tersebut dianggap jalan pintas agar sistem kekebalan tubuh tetap prima. Sedikit yang tertarik mencari tahu lebih jauh soal manfaat dan dampaknya bagi tubuh kita.

Diyan Yunanto Setyaji, S.Gz, MPH, ahli gizi dan nutrisi yang kerap memberikan edukasi di media sosial buka suara soal perilaku masyarakat ini.

Ia membenarkan penderita Covid-19 memang membutuhkan asupan vitamin C yang lebih tinggi dibanding rekomendasi harian.

"Tetapi tidak lewat suplemen minuman bersoda dengan kandungan vitamin C 1000 mg," terang alumni STIKES Panti Rapih Yogyakarta ini via Instagram.

Penderita Covid-19 membutuhkan asupan 500 mg vitamin C non acidic setiap 12 jam, yang harus dipenuhi selama 14 hari pertama hingga 30 hari masa penyembuhan.

Jika asal mengkonsumsi minuman kemasan vitamin C 1000 mg dalam sekali minum selama isolasi mandiri, perilaku ini malah memicu risiko gangguan kesehatan.

Misalnya saja potensi gagal ginjal dan batu ginjal jika diminum selama 10-13 hari berturut-turut.

Pria yang juga berprofesi sebagai dosen ini menerangkan, vitamin C dosis tinggi dapat meningkatkan produksi oksalat yang merupakan pencetus batu ginjal.

Selain itu, minuman kemasan tinggi vitamin C umumnya memiliki tambahan kadar gula yang tinggi maupun soda.

Padahal, konsumsi soda dalam jumlah tinggi setiap hari akan meningkatkan risiko gangguan lambung dan tulang.

"Konsumi gula yang tinggi justru bikin tambah sesak napas pada pasien Covid," tambah Diyan.

Bijak memilih asupan vitamin C

Alumni beasiswa Erasmus Mundus ini menyarakan untuk mencari sumber vitamin yang lebih alami dan minim risiko kesehatan. Misalnya saja lewat buah-buahan yang sangat aman sehingga boleh dikonsumsi 3-4 kali sehari.

Menurutnya, memenuhi kebutuhan vitamin C lewat suplemen boleh saja dilakukan dengan pertimbangan tertentu.

Ia merekomendasikan hanya meminum separuh botol atau tablet suplemen vitamin agar tidak berlebihan.

Penderita Covid-19 juga disarankan mengimbangi asupan vitamin dalam jumlah besar itu dengan makanan kaya nutrisi protein. Beberapa diantaranya telur, ikan, tahu atau tempe.

Dalam keadaan sehat, manusia dewasa sebenarnya hanya membutuhkan 90 mg vitamin C dalam sehari. Maka dari itu, tidak perlu berlebihan memenuhinya dengan menenggak sebotol suplemen langsung.

Ia juga mengingatkan masyarakat untuk cermat membaca label suplemen vitamin yang dibeli. Jika kandungannya berlebihan atau malah berisiko menyebabkan komplikasi, dianjurkan lebih bijak dalam memilih dan mengonsumsinya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/08/25/134035220/vitamin-c-dosis-tinggi-bukan-pilihan-terbaik-untuk-pasien-covid-19

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke