Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pentingnya Deteksi Dini Penyakit Jantung

KOMPAS.com - Angka kejadian penyakit jantung terus meningkat dari tahun ke tahun.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), setidaknya 15 dari 1.000 orang atau sekitar 2,7 juta penduduk di Indonesia menderita penyakit jantung.

Jumlah itu diperkirakan terus bertambah, melihat kondisi pandemi yang terjadi saat ini.

Spesialis jantung dan pembuluh darah dr Rony Marethianto S, SpJp(K), FIHA, FSCAI, FAPSC menuturkan, pandemi turut memengaruhi risiko seseorang untuk terkena penyakit jantung.

"Orang yang tadinya beraktivitas di luar, kini banyak stay at home. Aktivitas berkurang sehingga penyakit lebih mudah muncul, termasuk penyakit jantung."

Begitu penjelasan Rony dalam webinar "Stay At Home: Jantung Sehat, Badan Bugar" yang diadakan di kanal YouTube Kompas.com pada Rabu (25/8/2021) sore.

Penyakit jantung menimpa usia muda

Dokter yang berpraktik di Primaya Hospital Tangerang ini menuturkan, saat ini banyak pasien penderita jantung yang usianya relatif muda.

"Kalau kita lihat beberapa tahun lalu rata-rata pasien yang berkunjung ke UGD Primaya Hospital dengan keluhan spesifik jantung berada di rentang usia 50-70 tahun."

"Namun data kunjungan itu berubah selama pandemi. Pasien yang mengeluhkan sakit jantung kebanyakan berusia 40-an. Ada beberapa pasien di usia awal 30-an juga," sambung Rony.

"Di poliklinik kami, persentase pasien jantung berusia 30-49 tahun sekitar 20 persen sampai 30 persen dari total pasien. Angka ini memprihatinkan."

Deteksi dini penyakit jantung

Melihat banyaknya orang di usia muda yang secara sekilas tampak sehat namun memiliki masalah jantung setelah diperiksa, Rony mengingatkan masyarakat untuk mendeteksi adanya penyakit jantung sejak dini.

Menurut dia, pandemi meningkatkan faktor risiko penyakit jantung bagi sebagian orang, ditambah pola makan yang tidak sehat, stres, kecemasan, merokok, dan konsumsi alkohol.

"Faktor risiko makin banyak, sehingga penderita penyakit jantung saat ini bukan hanya mereka yang sudah berumur, tapi orang-orang muda juga," lanjutnya.

Untuk mendeteksi adanya gejala penyakit jantung, ada beberapa poin yang harus diwaspadai, kata Rony. Yaitu:

  • Sesak napas
  • Sakit atau nyeri di dada
  • Dada berdebar-debar

"Apabila keluhan tersebut mulai memberat dan menjadi-jadi, kita harus pergi berobat dan memeriksakan diri ke dokter."

Dalam mendeteksi penyakit jantung, tambah Rony, dokter akan melakukan pemeriksaan awal dalam bentuk wawancara dengan pasien.

"Jika pasien belum bisa datang ke klinik, bisa melakukan wawancara melalui teleconsulting atau telemedicine," sebut pria itu.

"Kita juga memeriksa darah pasien untuk mendeteksi kolesterol, asam urat, kadar gula darah, dan lain-lain."

Setelah itu, pasien penderita jantung akan dicek dengan alat perekam jantung atau EKG.

"Ini langkah pemeriksaan yang sangat simpel. Setelah itu baru bisa diputuskan apakah pasien harus menjalani pemeriksaan lebih lanjut atau tidak."

Mengobati penyakit jantung

Tindakan pengobatan penyakit jantung bisa dimulai setelah pasien didiagnoisis menderita penyakit tersebut, menurut Rony.

"Di Primaya Hospital, biasanya kami membuat program pengobatan secara komprehensif kepada pasien, dengan mengubah gaya hidup pasien," cetusnya.

"Mengubah pola makan, jika pasien merokok atau minum minuman beralkohol ya harus berhenti."

Namun, apabila tidak ada perbaikan setelah pasien mengubah gaya hidup, dokter akan memberikan resep obat-obatan.

"Ketika pasien terus mengalami keluhan, kita segera lakukan kuratif atau pengobatan yang lebih ekstrem seperti operasi," terang dia.

Bolehkah penderita sakit jantung divaksin?

Rony menegaskan, individu yang berpotensi terkena penyakit jantung, atau mereka yang sudah menderita jantung boleh divaksin, asalkan individu tersebut berada dalam kondisi stabil dan tidak ada keluhan.

"Misalnya, jika orang itu pasien jantung koroner, ia tidak sedang mengalami sakit dada," jelasnya.

"Atau, pasien dengan gangguan irama jantung tidak mengalami berdebar-debar lebih dari dua kali dalam satu hari."

"Selama kondisinya stabil, pasien jantung boleh menerima vaksin," jelas dia lagi.

Selain itu, mengubah pola makan juga penting bagi mereka yang menderita penyakit jantung.

Ia berpandangan, masyarakat Indonesia masih cenderung menerapkan pola makan yang tidak sehat dengan asupan lemak dan kalori yang tinggi.

"Masyarakat kita kurang asupan vitamin. Proporsi buah dan sayuran juga tidak seimbang," ujar Rony.

"Konsumsi protein yang sehat, ayam atau daging tanpa kulit, dan ikan. Perbanyak sayuran dan buah-buahan karena mengandung banyak vitamin dan mineral. Untuk karbohidrat, pilih beras merah, bukan karbohidrat sederhana."

"Bagi siapa saja, termasuk penderita jantung, juga perlu suplemen vitamin, setidaknya sampai Covid-19 ini berakhir," sambungnya.

Gangguan tidur yang picu penyakit jantung

Masa pandemi menimbulkan kecemasan dan stres bagi kebanyakan orang.

Banyak di antara kita yang mungkin mengalami gangguan tidur akibat stres dan kecemasaan tersebut.

Padahal, gangguan tidur juga dapat berkontribusi terhadap penyakit jantung, kata Rony.

"Gangguan mental di masa sekarang sangat tinggi, terutama pada pasien yang memiliki komorbid Covid-19."

"Sakit dada sedikit, langsung dianggapnya Covid, atau susah bernapas juga dianggap Covid, padahal belum diperiksa," tuturnya.

"Banyak pasien kita juga yang parno. Sebaiknya kita meyakinkan diri dengan menjalani diet sehat dan berolahraga. Umumnya sehabis berolahraga, kita bisa lebih mudah untuk tidur."

Ia menyarankan seseorang yang mengalami gangguan tidur untuk mencoba beberapa metode sebelum berkonsultasi kepada dokter atau psikolog.

"Lakukan meditasi, senam, latihan pernapasan. Itu bisa membuat kita lebih mudah tidur. Atau mengonsumsi vitamin tertentu," jelas Rony.

"Jika harus minum obat tidur, maka konsumsilah obat yang sudah diresepkan dokter. Jangan asal membeli obat tidur tanpa petunjuk dokter," imbuhnya.

Olahraga bagi penderita jantung

"Olahraga itu baru kita sarankan apabila kondisi pasien jantung sudah stabil. Jika belum, tidak kita sarankan dulu."

Menurut dia, ada banyak jenis olahraga yang bisa dicoba pasien jantung yang sudah dalam kondisi stabil.

Ia menggarisbawahi pentingnya melakukan olahraga kardio seperti jogging, senam, berjalan kaki, atau berenang.

"Tapi karena kita tidak bisa kemana-mana saat ini, cobalah olahraga di rumah seperti treadmill, sepeda statis, atau yoga. Yoga juga termasuk olahraga kardio," tambahnya.

"Dengan olahraga kardio, stamina kita menjadi lebih baik, sekaligus meningkatkan sistem imun dan mencegah stres."

Perhatikan pula tempat di mana kita berolahraga, lanjut Rony. Pastikan agar tempat atau lokasi tersebut memiliki sirkulasi dan ventilasi udara yang baik.

Lebih lanjut kata Rony, jangan lupa mengukur denyut jantung maksimal untuk mengetahui seberapa lama kita boleh berolahraga.

"Hindari olahraga yang sifatnya non-kardio seperti angkat beban. Jangan berolahraga dengan intensitas berat dan long duration," katanya.

Primaya Hospital rayakan ulang tahun ke-15

Adapun webinar "Stay At Home: Jantung Sehat, Badan Bugar" diadakan Primaya Hospital dalam rangka merayakan ulang tahun rumah sakit tersebut yang ke-15.

Sejak didirikan pada 2006, Primaya Hospital terus berkembang dan saat ini sudah ada 14 rumah sakit Primaya Hospital di Indonesia.

Primaya Hospital berfokus pada empat layanan kesehatan, salah satunya jantung dan pembuluh darah.

"Layanan jantung kita dibantu dokter spesialis yang kompeten, mereka saling bertukar pikiran sehingga bisa meningkatkan skill masing-masing."

Demikian penjelasan Leona A Karnali, CEO Primaya Hospital kepada Kompas.com.

"Kita memiliki fasilitas pemeriksaan jantung seperti alat EKG hingga Echo. Ada juga alat yang lebih canggih untuk melihat kelainan pada irama jantung."

"Untuk proses tindakan, kita memiliki enam laboratorium termasuk alat intravascular ultrasound yang fungsinya mengecek plak atau penyumbatan di pembuluh darah," terang Leona.

Primaya Hospital juga mengutamakan keamanan dan kenyamanan pasien agar tidak perlu takut berkunjung ke rumah sakit meski dalam situasi pandemi.

"Pertama kita jaga tenaga kesehatannya dulu. Kita memperkuat tenaga kesehatan dengan memberlakukan protokol kesehatan, baik di dalam gedung maupun di luar gedung," ucap dia.

Setiap karyawan, tambah Leona, juga sudah divaksinasi sesuai arahan dari pemerintah.

"Tidak lupa kita berikan asupan gizi yang mencukupi kepada karyawan, serta membekali alat pelindung diri, dukungan moral, dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan karyawan terkait Covid-19."

Juga, Primaya Hospital mewajibkan setiap pasien yang datang ke rumah sakit untuk memakai masker, dan kacamata atau face shield guna mencegah paparan virus corona.

"Dari mulai pasien masuk kita sudah melakukan screening. Jika pasien tampak memiliki gejala Covid-19, kami bawa ke hyper clinic di luar bangunan utama rumah sakit untuk diperiksa terlebih dulu," ujarnya.

"Di dalam rumah sakit kita juga melakukan pemisahan alur, screening pasien yang memerlukan tindakan dan perawatan."

Jumlah pengunjung di Primaya Hospital juga dibatasi dengan sistem yang bernama system appointment.

"Terkadang pasien suka menunggu lama karena datangnya terlalu awal. Tujuan kita bikin system appointment untuk mengurangi traffic di rumah sakit," kata wanita itu.

Di samping berfokus pada layanan di rumah sakit, Primaya Hospital menghadirkan aplikasi homecare dan layanan telemedicine untuk memudahkan pasien berkonsultasi dengan dokter Primaya Hospital.

Bahkan, rumah sakit ini juga memberikan layanan ambulans datang ke rumah untuk membawa pasien penyakit jantung.

"Untuk layanan ambulans, masyarakat bisa buka website resmi Primaya Hospital dan menghubungi call center yang tertera di website kita."

"Karena kita ada 14 rumah sakit, nantinya kita berkoordinasi dengan Primaya Hospital yang terdekat dari tempat tinggal pasien," terang Leona.

"Kita akan terus mengikuti perkembangan zaman. Digital health, lewat apps dan telemedicine sudah kita lakukan, dan kita sudah mulai ke arah teknologi artificial intelligence," paparnya.

"Harapan ke depannya, kita ingin dikenal masyarakat dunia, tidak hanya di Indonesia. Serta berfokus mengikuti zaman dan meningkatkan mutu pelayanan medis kepada pasien."

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/08/26/072557120/pentingnya-deteksi-dini-penyakit-jantung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke