Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Cara agar Berhenti Meneriaki Anak

KOMPAS.com - Marah yang sering diluapkan dengan meneriaki anak merupakan pilihan yang kurang tepat. Sebab, alih-alih membuat anak jadi penurut, kebiasaan meneriaki anak justru membuatnya lebih agresif.

Demikian menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Child Development. Selain berdampak negatif pada anak, saat kita tak bisa mengendalikan rasa marah pun seringkali akan berakhir dengan rasa bersalah pada anak.

Sebuah survei mengungkap, dari semua hal yang menyebabkan rasa bersalah orangtua, seperti terlalu banyak memandangi hp dan tidak memasak makanan sehat, penyesalan karena meneriaki anak-anak menduduki urutan teratas bagi kebanyakan ibu.

Menurut psikolog Laura Markham, Ph.D., penulis buku Peaceful Parent, Happy Siblings: How to Stop Yelling and Start Connecting, sangat penting untuk menahan diri dan mengubah kebiasaan tersebut.

"Setiap kali ada dorongan untuk berteriak dan kita bisa menahannya, kita mengatur ulang otak sehingga itu bukan lagi reaksi bawaan kita," katanya.

Nah, berikut ini adalah beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menghentikan kebiasaan meneriaki anak.

1. Berhenti berteriak tentang hal-hal biasa

Terkadang kita meninggikan suara tentang hal sehari-hari yang remeh seperti, "Makan malam sudah siap!" "Matikan musiknya!" "Tutup pintunya!".

"Sebaliknya, cobalah berjalan ke arah anak-anak dan berbicaralah dengan mereka dengan suara yang teratur," saran Penasihat Orangtua Eileen Kennedy-Moore, Ph.D., penulis Growing Friendships: A Kids' Guide to Making and Keeping Friends.

Ini tentu membutuhkan waktu untuk membuat orangtua terbiasa tidak berteriak pada anaknya.

Namun, ini dapat memberikan bumerang effect pada anak, dimana ketika kita memanggilnya dengan tenang, mereka pun akan ikut berhenti balas berteriak dan melakukan yang kita minta.

2. Padamkan api amarah kita sendiri

Penelitian demi penelitian membuktikan bahwa meluangkan waktu untuk introspeksi setiap hari membantu kita menenangkan diri di tengah "panasnya" momen.

3. Pikirkan kata-kata positif

Kendalikan diri dan coba ingat "mantra" yang kita buat untuk diri sendiri setiap kali kita akan meledak marah. 

Misalnya, ketika kita mulai kesal pada tingkah laku anak-anak, kendalikan diri dengan mengatakan pada diri sendiri seperti, "Mudah melakukannya", "tarik napas dan hitung sampai 10," atau "Sabar".

4. Mendekat pada anak

Alih-alih mengganti teriakan dengan hukuman lainnya ketika anak melanggar aturan di rumah, Markham menyarankan agar kita fokus pada metode yang lebih lembut yaitu menjalin komunikasi yang intens.

Sampaikan bahwa kita memahami perasaannya . Misalnya, ketika anak diminta mematikan gadgetnya dan menolak, kita bisa duduk di sebelahnya dan sampaikan dengan ucapan lembut tapi tegas bahwa waktu bermainnya sudah habis dan ia harus tidur.

5. Kurangi momen-momen pemicu berteriak

"Kita harus bisa tetap tenang agar anak-anak pun tetap tenang," kata Vanessa Lapointe, Ph.D., penulis buku Discipline Without Damage: How to Get Your Kids to Behave Without Messing Them Up.

Pagi hari yang sibuk untuk menyiapkan diri ke kantor dan anak sekolah menjadi salah satu pemicu yang dapat membuat kita berteriak.

Untuk mengurangi ketergesaan, bangunkan anak-anak lebih pagi dan coba untuk berbicara dengan nada biasa, bukan berteriak sampai mereka bangun.

Selain itu, kita dapat mencoba mengalihkan perasaan ingin berteriak, panik dan sejenisnya dengan humor yang dapat membuat tertawa dan lupa dengan yang dirasakan sebelumnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/08/27/102834420/5-cara-agar-berhenti-meneriaki-anak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke