Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Cinta di Balik Tragedi Serangan Teroris 11 September

Tepat 20 tahun yang lalu, keduanya terbang dari London Gatwick ke Houston, Texas dengan menggunakan pesawat Continental Airlines.

Namun, setelah beberapa jam penerbangan, pesawat mereka harus dialihkan ke Newfoundland, Kanada, karena ada serangan teroris di New York dan Washington, sehingga wilayah udara AS ditutup sementara.

Saat itu, Nick merupakan seorang pengusaha asal Inggris berusia 50-an yang bekerja di industri minyak.

Dia sedang menuju ke Texas untuk bekerja dan tidak tahu di mana Newfoundland berada.

Lalu, Diane merupakan seorang janda asal AS berusia 60 tahun yang baru saja kembali dari mengunjungi anaknya yang bekerja di Angkatan Udara AS dan ditempatkan di Inggris.

"Kami adalah pesawat ke-36 dari 38 yang mendarat, jadi jelas tidak ada masalah dengan pesawat ini," kata Nick.

Ketika mendarat, pilot baru memberi tahu penumpang bahwa ada aktivitas teroris di AS dengan serangan pesawat terbang ke World Trade Center (WTC) dan Pentagon.

"Meskipun itu terdengar mengerikan, tidak ada yang menyadari betapa dahsyatnya itu sampai beberapa waktu kemudian," ungkap dia.

Dengan keterbatasan alat komunikasi pada saat itu, banyak penumpang pesawat yang akhirnya berada dalam kondisi ketidakpastian selama lebih dari 24 jam.

Akhirnya, para sukarelawan di Gander, Newfoundland dan kota-kota tetangganya mengirimkan makanan, serta menyiapkan tempat penampungan darurat.

Keduanya pun mulai mengobrol dan menemukan kesamaan humor usai mengumpulkan selimut bersama.

Keduanya lantas menyadari bahwa mereka berada di pesawat yang sama menuju Texas.

Keesokan harinya, Nick dan Diane pergi mencari udara segar. Mereka perlu istirahat dari terus-menerus menonton berita.

"Terlalu banyak duduk di sana dan menonton adegan mengerikan itu berulang-ulang," kata Diane.

Nick mengatakan, mereka mengobrol dan mencoba menghabiskan waktu bersama satu sama lain.

Dari momen itulah benih-benih cinta di antara keduanya pun timbul.

Mereka juga mulai menceritakan masa lalunya yang sama-sama pernah bercerai dan memiliki anak-anak yang sudah besar.

Meski ada beberapa perbedaan budaya, tetapi mereka memiliki nilai-nilai bersama yang membuatnya keduanya merasa saling cocok.

Setelah lima hari berada di Gander, Nick dan Diane akhirnya dapat terbang ke tempat tujuan mereka dengan pesawat yang sama.

"Sebenarnya saya sedih meninggalkan para sukarelawan yang sangat hebat ini dan saya mungkin juga tidak akan pernah melihat Nick lagi. Jadi saya menangis," ungkap Diane.

"Karena saya pikir ini adalah kesempatan terakhir, saya hanya meraih tangannya dan memberinya sebuah ciuman besar," sambung dia.

Dalam penerbangan mereka ke Texas, Nick rupanya duduk bersebelahan dengan Diane.

Nick bercerita, dia tinggal di Houston selama beberapa hari untuk memeriksa pekerjaan di sana, dan Diane mengajaknya makan di restoran favoritnya.

Sampai akhirnya, sebelum Nick kembali ke Inggris, mereka bertukar alamat email dan nomor telepon.

"Sangat sulit terbang kembali ke Inggris sendirian. Itu adalah emosi yang sangat menyedihkan," kata Nick.

Pada Oktober 2001, Nick meyakinkan kantornya bahwa dia harus kembali ke Houston untuk memeriksa proyek kerja.

"Saya perlu memastikan bahwa Diane benar-benar orang yang saya cintai," tutur dia.

Sebulan kemudian, pada awal November 2001, Nick menelepon Diane dari mobilnya dan melamar Diane. Dengan gembira, Diane menjawab, iya.

Keduanya pun memutuskan untuk memulai kehidupan baru bersama dan menikah pada bulan September 2002, hampir tepat setahun setelah mereka pertama kali bertemu.

Uniknya lagi, pasangan itu juga merencanakan bulan madu ke Newfoundland, tempat mereka pertama kali bertemu.

Selama perjalanan kembali ke Newfoundland pada tahun 2002, tersiar kabar bahwa dua manusia di pesawat telah jatuh cinta.

Beberapa media akhirnya menghubungi Nick dan Diane, tetapi pasangan itu tidak ingin berbagi cerita mereka pada saat itu.

"Kami tidak merasa nyaman dengan apa yang kami temukan setelah begitu banyak bencana," ujar Nick.

"Tiga ribu keluarga kehilangan orang-orang yang dicintai, tetapi kami malah menemukan kebahagiaan," lanjut dia.

Baru pada tahun 2009 pasangan itu membagikan kisah mereka sebagai bagian dari film dokumenter tentang Operation Yellow Ribbon.

Beberapa tahun kemudian, pada peringatan 10 tahun 9/11, Nick dan Diane mengunjungi Gander dan terlibat dalam produksi sebuah pertunjukan tentang apa yang terjadi di Newfoundland setelah 11 September.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/09/11/163630220/kisah-cinta-di-balik-tragedi-serangan-teroris-11-september

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke