Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Aneurisma, Pecah Pembuluh Darah Otak Mendadak

KOMPAS.com – Aneurisma mungkin terdengar asing bagi kebanyakan orang, padahal banyak kematian mendadak yang disebabkan oleh kondisi pecahnya pembuluh darah otak ini.

Diperkirakan 500.000 orang meninggal karena aneurisma setiap tahunnya. Penyakit ini merupakan salah satu bentuk stroke.

Aneurisma di otak terjadi jika ada dinding pembuluh darah di otak yang lemah sehingga menggelembung. Bentuknya mirip bagian balon yang tipis atau bagian ban dalam yang sudah aus. Karena dinding lemah dan tipis, ada risiko pembuluh darah pecah.

Penderitanya dapat mengalami kondisi fatal, yaitu perdarahan otak dan kerusakan otak yang mengancam nyawa.

Menurut dokter Abrar Arham, spesialis bedah saraf, RS Pusat Otak Nasional (PON) setiap tahunnya menangani lebih dari 100 kasus aneurisma otak.

“Kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia harus ditingkatkan agar dapat mendeteksi dini dan edukasi pencegahan, termasuk penanganan komperhensif bagi pasien, atau lebih baik lagi bila ditangani sebelum aneurisma tersebut pecah,” kata Abrar dalam acara Bulan Kepedulian Aneurisma Otak beberapa waktu lalu.

Faktor risiko dan gejala aneurisma

Faktor risiko aneurisma antara lain menderita hipertensi, berusia di atas 40 tahun, perempuan, merokok, dan punya riwayat penyakit ini dalam keluarga.

Gejala pecahnya pembuluh darah di otak yang harus diwaspadai meliputi penglihatan terganggu,sakit kepala parah, mual dan muntah, kehilangan kesadaran, kejang, hingga sulit berbicara. Jika ini terjadi, segeralah ke rumah sakit.

Meski tidak selalu berujung pada kematian, namun kualitas hidup pasien setelah sembuh menjadi tantangan tersendiri bagi keluarga.

Menurut Abrar, penanganan aneurisma otak membutuhkan kolaborasi multidisiplin yang melibatkan dokter bedah saraf, nerulogist, dan masih banyak lagi.

Penanganan aneurisma dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain operasi bedah mikro (clipping aneurisma) atau dengan teknik minimal invasif endovaskular (coiling aneurisma).

“Untuk mengevaluasi secara detail kelainan pembuluh darah otak ini, seringkali kita membutuhkan pemeriksaan DSA (Digital Subtraction Angiography), yang hasilnya dapat membantu menentukan jenis terapi terbaik untuk menangani kasus aneurisma ini,” paparnya.

Teknologi minimal invasif (endovaskular) atau tanpa pembedahan untuk tatalaksana aneurisma sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Salah satu perkembangan terkini yaitu pemasangan Cerebral Flow Diverter untuk pengobatan aneurisma yang angka keberhasilannya sangat tinggi (hingga 95 persen).

Menurut Abrar, metode ini sudah mulai diterapkan di rumah sakit PON dalam beberapa tahun ke belakang.

Keunggulan dari teknologi ini adalah prosedurnya relatif cepat, pasca-tindakan tidak perlu perawatan di ICU, tidak ada luka sayatan, dan lebih nyaman untuk pasien.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/09/21/194456220/mengenal-aneurisma-pecah-pembuluh-darah-otak-mendadak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke