Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Arloji Omega Speedmaster Chronoscope Terbaru, Sarat Nuansa Vintage

KOMPAS.com - Segala hal yang memiliki nuansa klasik akan memberikan nilai lebih dan daya tarik tersendiri, tak terkecuali jam tangan.

Dalam dunia horologi, penempatan multiple scale atau beberapa skala di bagian dial adalah satu hal vintage yang dicari banyak kolektor jam.

Sekitar tahun 1800-an, rata-rata pembuat jam merancang jam saku (pocket watch) dengan meletakkan multiple scale di bagian dial.

Multiple scale adalah skala yang menunjukkan beberapa informasi penting, seperti tachymeter yang berfungsi melacak kecepatan dibandingkan jarak.

Ada pula skala pulsometer, yang biasanya digunakan para dokter untuk menghitung detak jantung pasien.

Kali ini pembuat jam yang berbasis di Swiss tersebut kembali membawa desain multiple scale pada salah satu jajaran produk unggulan perusahaan, yakni Speedmaster yang sering disebut jam tangannya astronot.

Seperti yang sudah diketahui, Omega Speedmaster pernah dipakai para astronot terbang ke luar angkasa di antara tahun 1962 dan 1969.

Salah satu model Speedmaster dipakai astronot dan pilot pesawat tempur AS Buzz Aldrin ketika ia menjalani misi ke Bulan dengan Apollo 11 di tahun 1969, menjadikannya arloji pertama yang sampai ke Bulan.

Kata Chronoscope berasal dari bahasa Yunani tradisional. "Chronos" berarti waktu dan "scope"
artinya mengamati. Dari nama itu, kita bisa menduga bahwa arloji ini memiliki fungsi pengukuran.

Skala pengukuran pertama adalah tachymeter yang berada di bagian bezel untuk mengukur kecepatan antara 60-450 mil per jam (atau satuan kecepatan lainnya) dibagi jarak.

Artinya kita bisa mengetahui seberapa cepat perjalanan kita berdasarkan jarak yang sudah ditempuh.

Kemudian, dua skala lainnya diletakkan di bagian dial, masing-masing pulsometer dan telemeter.

Pulsometer digunakan untuk mengukur detak jantung seseorang, sedangkan telemeter berfungsi menghitung jarak berdasarkan suara (seperti mengukur jarak dari waktu petir menyambar dan suara yang dihasilkan petir).

Selain tiga skala yang sudah disebutkan, bagian dial Speedmaster Chronoscope juga diberikan dua subdial di dekat indeks angka 3 dan angka 9.

Seluruh detail itu "terkurung" dalam cangkang berukuran cukup besar, yakni 43 mm x 12,8 mm yang dibuat Omega.

Gerakan mesin yang berdetak dalam kecepatan 28.800 bph ini bisa terlihat dari bagian cangkang belakang.

Omega merilis Speedmaster Chronoscope dalam beberapa varian.

Ada enam model yang memakai baja tahan karat – dua dengan dial perak dan jarum penunjuk biru; dua dengan dial biru dan jarum berlapis rhodium; dan dua dengan dial perak dan subdial hitam, dengan jarum hitam.

Sedangkan untuk varian terakhir, Omega mengenalkan material berupa campuran emas dan perunggu (bronze gold) pada cangkang arloji, disertai tali jam kulit.

Bronze gold adalah materi unik yang merupakan paduan 37,5% emas dengan paladium dan perak, untuk memberi warna emas yang indah sekaligus tahan korosi.

Speedmaster Chronoscope model baja dengan tali kulit dipasarkan seharga 8.300 dollar AS (sekitar Rp 118 juta).

Kemudian, model baja dengan tali baja (bracelet) dilabeli harga 8.650 dollar AS atau setara Rp 123 juta.

Bagi kolektor yang membutuhkan jam tangan dengan fitur modern namun menampilkan tiga skala klasik untuk "memanjakan mata", Omega Speedmaster Chronoscope bisa jadi pilihan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/09/26/091004220/arloji-omega-speedmaster-chronoscope-terbaru-sarat-nuansa-vintage

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke