Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Akankah Tren J-beauty Gulingkan K-beauty?

Namun baru-baru ini, J-beauty alias kecantikan ala Jepang perlahan mulai mengejar posisi K-beauty, dengan menawarkan tema minimalis.

Tak hanya itu, J-beauty pun menawarkan teknologi maju yang dipengaruhi tradisi kecantikan kuno Jepang.

Tema minimalis itu yang membuat posisi K-beauty terancam. Sebab, K-beauty identik dengan prosedur 10-steps alias 10 tahap rutinitas perawatan kulit yang berlapis dan panjang.

Panjangnya proses perawatan tadi membuat tak semua orang sempat dan mampu melakukannya.

Pandemi Covid-19 pun diduga menjadi penyebab makin tergesernya era K-Beauty yang sebelumnya menguasai dunia kecantikan.

Pasalnya, seperti sudah disebutkan di atas, K-beauty identik dengan pendekatan layering yang melibatkan 10 tahap rutinitas kecantikan.

Sementara, di era krisis kesehatan ini, pendekatan minimalis, otentik, dan alami dipandang lebih menarik.

Memang, K-beauty juga memiliki metode “skip-care” yang bertujuan untuk mengurangi rutinitas perawatan kulit penuh dengan “membuang” beberapa produk yang kurang bermanfaat.

Atau sebaliknya, K-beauty menggunakan beberapa produk multifungsi.

Kendati demikian, J-Beauty dipandang tetap menjadi pilihan yang lebih baik untuk menjawab kekhawatiran atas masalah kesehatan yang dialami mayoritas warga dunia saat ini.

Tentu, J-beauty tumbuh dan paling populer di negara asalnya, di negeri matahari terbit.

Menurut GlobalData, pada 2025, pasar kosmetik J-beauty diperkirakan berkembang dari 521,9 miliar yen pada 2020, menjadi 554,6 miliar yen pada 2025.

Tingkat pertumbuhan tahunan gabungan sebesar 1,2 persen selama periode lima tahun tersebut.

“Konsumen Jepang sangat sadar akan kesehatan, yang juga tercermin dalam pembelian produk kecantikan mereka."

"Konsumen tertarik pada produk yang memiliki dampak positif pada kesehatan dan kesejahteraan,” kata Sukanyashri Kabali, analis konsumen di GlobalData.

Tren J-beauty juga berkembang di belahan dunia barat, teutama di Eropa dan Amerika Serikat.

Masyarakat di sana terlihat tertarik akan kandungan alaminya, seperti beras, air beras, kulit jahe atau getto, dan ashitaba.

Hal tersebut sepertinya sejalan dengan keinginan mereka untuk memadukan nutrisi, kesehatan, dan kecantikan kulit.

Selain itu, tren J-beauty juga memiliki filosofi mencegah, bukan memperbaiki. Filosofi ini memang tengah menjadi tren.

Salah satunya indiatornya, dapat terlihat dari booming-nya penggunaan prebiotik dalam kosmetik.

Memang, banyak orang yang tidak lagi mencari cara untuk memperbaiki kerusakan kulit secara sistematis.

Tetapi, mencegahnya dengan tindakan dan rutinitasakan memuat kulit terhindar dari kerusakan.

Tradisi kuno

Lalu, seperti sudah disebutkan di atas, meski J-Beauty sangat bergantung pada sains serta kemajuan teknologi, J-beauty masih mempertahankan tradisi kuno.

Tradisi kuno itu hadir dalam fokus kosmetik Jepang yang berfokus pada pencegahan, khususnya dalam memerangi tanda-tanda penuaan, yang disebut kobido.

Kobido adalah teknik "pengangkatan wajah alami” yang mengandalkan serangkaian gerakan tepat yang ditawarkan oleh banyak ahli facial.

Bahkan, lembaga seperti spa Cinq Mondes, di Perancis pun menawarkan teknik kobido ini.

Intinya, memang pergerakan J-beauty dalam menguasai tren kecantikan khas Asia sudah terlihat.

Jadi, bukan tak mungkin J-beauty bakal benar-benar menggulingkan K-beauty pada suatu saat. 

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/09/28/101440720/akankah-tren-j-beauty-gulingkan-k-beauty

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke