Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Stunting, Gangguan Tumbuh Kembang Anak Akibat Kurang Gizi

KOMPAS.com - Stunting masih menjadi masalah utama yang dihadapi pemerintah Indonesia dalam perayaan Hari Kontrasepsi Internasional pada 26 September lalu.

Stunting merupakan kondisi gangguan pertumbuhan yang menyebabkan anak menjadi kerdil atau lebih pendek dari standar usianya. Hal ini dipicu karena kondisi kekurangan gizi menahun sehingga perkembangan otak dan tumbuh kembang anak terhambat.

Hasil dari Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) menunjukkan angka stunting berada pada 27,67 persen pada tahun 2019. Angka tersebut masih tergolong tinggi dan belum ideal berdasarkan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

WHO menargetkan angka stunting di suatu negara tidak boleh lebih dari 20 persen jumlah populasi. Jumlah stunting juga dapat mengganggu potensi sumber daya manusia dan berhubungan dengan tingkat kesehatan, bahkan kematian anak.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG. (K) mengatakan stunting disebabkan berbagai faktor kekurangan gizi pada bayi yang bisa dipicu sejak masa kehamilan.

Mantan bupati Kulon Progo, Yogyakarta ini mengungkapkan sebanyak 11,7 persen bayi terlahir dengan gizi yang kurang memadai. Dibuktikan dengan panjang bayi yang kurang dari 48 sentimeter dan berat badan yang tidak mencapai 2,5 kilogram.

Pemicu lainnya, ada bayi yang terlahir normal namun tumbuh dengan kekurangan asupan gizi sehingga menjadi kerdil.

"Yang lahir normal pun masih ada yang kemudian jadi stunting karena tidak dapat ASI dengan baik, kemudian asupan makanannya tidak cukup," jelas Hasto, dikutip dari laman resmi BKKN.

Pentingnya kenali gejala stunting sejak dini

Berdasarkan panduan UNICEF, stunting merupakan kondisi anak dengan tinggi badan di bawah standar yang terjadi pada usia 0 sampai 59 bulan.

Stunting juga menghambat perkembangan otak anak sehingga menjadi kurang optimal. Akibatnya, kemampuan belajarnya terganggu termasuk dapat memicu gangguan mental.

Dalam jangka panjang, stunting juga dapat memicu masalah kesehatan lainnya seperti diabetes, hipertensi, obesitas dan kematian akibat infeksi.

Untuk mencegah buah hati mengalaminya, kita perlu mengenali gejalanya sejak dini. Pemahaman sejak dini dapat membantu penanganannya agar anak dapat bertumbuh sesuai dengan standar.

Beberapa gejala yang harus diperhatikan adalah:

  • Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya
  • Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya
  • Berat badan rendah untuk anak seusianya
  • Pertumbuhan tulang tertunda

Konsumsi protein sangat dianjurkan untuk mempengaruhi pertambahan tinggi dan berat badan anak di atas enam bulan.

Situs resmi Kementriaan Kesehatan RI menyebutkan, anak yang mendapat asupan protein 15 persen dari total asupan kalori yang dibutuhkan terbukti memiliki badan lebih tinggi dibanding anak dengan asupan protein 7,5 persen dari total asupan kalori.

Idealnya, anak usia 6-12 bulan mengkonsumsi protein harian sebanyak 1,2 gram per kilogram berat badannya. Sedangkan anak usia 1 – 3 tahun membutuhkan protein harian sebesar 1,05 g/kg berat badannya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/09/29/203707420/mengenal-stunting-gangguan-tumbuh-kembang-anak-akibat-kurang-gizi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke