Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Gairah Seks Turun Pasca-Melahirkan Bukan Pertanda Buruk, Ini Alasannya

Di masa ini, para wanita merasa ada banyak tekanan untuk memulihkan kembali dirinya baik secara fisik maupun seksual, sehingga cenderung tidak bergairah untuk berhubungan seks.

Apalagi, kurangnya tidur dan kelelahan yang luar biasa karena harus mengurus bayi, menyesuaikan diri menjadi orangtua, ditambah memulihkan tubuh dari rasa sakit, pun bisa menurunkan gairah seksual.

Beberapa pasangan mungkin khawatir apabila kurangnya hubungan seks setelah melahirkan akan berdampak buruk pada hubungan.

Tetapi, kenyataannya melahirkan adalah pengalaman fisik dan emosional transformatif perempuan, yang dapat memengaruhi kehidupan seks dengan suami.

Sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan, penurunan gairah seks setelah melahirkan tidak selalu berarti ada yang salah dengan hubungan suami-istri.

Sebaliknya, kondisi ini justru merupakan pertanda hubungan yang sehat.

Hubungan yang sehat

Para peneliti di Departemen Psikologi dan Pusat Otak, Biologi, dan Perilaku, Universitas Nebraska, Amerika Serikat mendalami tentang persoalan ini. 

Mereka lantas berpendapat, kehamilan dan menjadi orangtua mungkin bisa mengubah seberapa sering pasangan berhubungan seks.

Jadi, mereka mulai menentukan apakah memiliki hubungan yang sehat saat hamil akan memprediksi lebih sedikit seks setelah melahirkan.

Untuk melakukan ini, para peneliti mewawancarai dan mengamati perubahan kualitas hubungan maupun frekuensi hubungan seksual dari kehamilan hingga enam bulan pasca persalinan.

Ada 159 pasangan yang pertama kali menjadi orangtua, yang menjadi responden dalam penelitian ini.

Para ilmuwan lantas mengukur empat elemen hubungan yang sehat untuk menentukan kualitas hubungan dengan pasangan:

• Seberapa baik pasangan bekerja sama dalam mendukung satu sama lain.

• Seberapa baik pasangan berkomunikasi satu sama lain.

• Seberapa baik pasangan menanggapi stres satu sama lain.

• Seberapa baik pasangan menunjukkan keintiman melalui cinta dan kasih sayang terhadap satu sama lain.

Ternyata, ketika pasangan saling memberikan keintiman emosional, saling mendukung, dan komunikasi yang efektif selama kehamilan, mereka sebenarnya melakukan lebih sedikit hubungan seks setelah melahirkan.

Meskipun temuan penelitian ini dapat membantu meringankan beberapa masalah hubungan setelah melahirkan, ada beberapa batasan yang perlu diingat:

1. Partisipasi dalam penelitian ini terbatas pada pasangan heteroseksual yang melaporkan sendiri kualitas hubungan dan frekuensi seksual mereka.

2. Perubahan frekuensi seksual terbatas pada aktivitas seksual berpasangan dan tidak termasuk masturbasi.

3. Peserta sebagian besar adalah pasangan kelas menengah.

Artinya jika mereka mengalami kesulitan keuangan — terlepas dari bagaimana kualitas hubungan mereka — mungkin ada penurunan yang lebih besar dalam frekuensi seksual setelah melahirkan.

Sebab, ada kebutuhan yang lebih besar untuk menyeimbangkan kembali sumber daya yang tersedia di dalam rumah.

Demi kepentingan reproduksi

Dengan melakukan lebih sedikit seks setelah melahirkan, pasangan juga dapat mengurangi kemungkinan hamil lagi.

Selain itu, berkurangnya melakukan hubungan seks setelah melahirkan dapat mengurangi rasa sakit atau infeksi dalam proses pemulihan.

Dalam hal evolusi, kurang berhubungan seks setelah melahirkan mungkin sebenarnya mencerminkan penyesuaian yang normal dan sehat terhadap realitas kehidupan baru menjadi orangtua.

Secara biologis, kita juga terprogram untuk perubahan seksualitas karena selama kehamilan dan setelah melahirkan, adaptasi saraf maupun kognitif daerah otak membuat wanita kurang responsif terhadap rangsangan seksual, dan lebih responsif terhadap bayi.

Berkurangnya seks setelah melahirkan adalah normal

Menurunnya frekuensi berhubungan seks setelah melahirkan adalah kondisi normal bagi sebagian besar pasangan.

Sebab, pemulihan dan penyesuaian menjadi orangtua setelah melahirkan biasanya dibutuhkan sekitar satu tahun sebelum kembali mengejar frekuensi hubungan seksual seperti semula.

Harapan untuk bangkit kembali secara seksual dengan cepat setelah melahirkan, dapat menambah stres yang tidak perlu, khususnya bagi para wanita.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/09/30/171841420/gairah-seks-turun-pasca-melahirkan-bukan-pertanda-buruk-ini-alasannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke