Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

3 Cara Menahan BAB, Ketahui Juga Risiko Kesehatannya

Menahan BAB tidak berbahaya jika dilakukan sesekali atau ketika mendesak saja. Misalnya, ketika berada di perjalanan, jelang presentasi atau momen penting lainnya.

Namun, menahan BAB yang dijadikan kebiasaan dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan.

Menurut Verywell Health, bahaya kesehatan di balik menahan BAB mungkin lebih jarang terjadi pada orang dewasa, namun sering terjadi pada anak-anak, terutama balita.

Usia anak yang cenderung menahan BAB adalah dua hingga enam tahun. Anak-anak menahan BAB karena berbagai alasan, salah satunya adalah tidak ingin berhenti main untuk BAB. Ini juga banyak dilakukan ketika mereka ingin buang air kecil, yang pada akhirnya menyebabkan anak mengompol.

Nyeri saat BAB juga bisa membuat anak menahan BAB karena takut mengulangi rasa sakitnya.

Berikut beberapa cara menahan BAB yang bisa dipraktikkan:

1. Mengontraksikan otot di anus

Menurut Medical News Today, mengontraksikan otot-otot tertentu di anus dapat menjadi salah satu cara menahan BAB atau pelepasan tinja, sementara mengendurkannya akan memfasilitasi pergerakan usus.

Untuk mengontraksikan otot-otot tersebut, kita perlu meremas bokong erat-erat dari dalam.

2. Jangan duduk atau jongkok

Selain berusaha mengontraksikan otot-otot di anus, cara menahan BAB lainnya adalah berdiri atau berbaring, jangan duduk atau jongkok.

Sebab, berada pada posisi duduk atau jongkok adalah posisi alami untuk BAB sehingga membantu memberikan tekanan pada perut, yang akhirnya membantu pergerakan usus.

Sementara posisi berdiri atau berbaring dapat mengurangi tekanan pada perut.

3. Menghindari makanan dan minuman tertentu

Pilihan makanan juga dapat membantu sebagai cara menahan BAB.

Misalnya, menghindari makanan berserat tinggi sebelum dan selama waktu yang tidak mungkin untuk BAB.

Selain itu, mengonsumsi minuman yang dapat merangsang BAB, seperti kopi atau jus buah juga dapat menjadi cara menahan BAB yang dapat membantu.

Jika memungkinkan dan kita tahu di lokasi yang akan kita tuju tidak memiliki akses toilet, usahakan BAB terlebih dahulu di rumah.

Untuk menahannya, otot-otot di sekitar anus akan mengencang.

Setelelah mengetahui beberapa cara menahan BAB yang bisa dilakukan, ketahui pula risiko kesehatan di baliknya, termasuk:

1. Sembelit

Menurut Institut Nasional Penuaan, risiko menahan BAB termasuk menyebabkan sembelit, terutama jika menahan BAB dilakukan terlalu lama.

Para dokter mendefinisikan sembelit sebagai jarang buang air besar, setidaknya hanya tiga kali seminggu atau seseorang butuh usaha keras untuk mengeluarkannya.

Sembelit dapat menyebabkan rasa sakit atau tekanan di perut, sehingga menyebabkan pembentukkan feses yang keras. Seseorang mungkin perlu mengejan untuk mengeluarkannya.

Sembelit yang terjadi selama beberapa minggu disebut sembelit kronis.

2. Impaksi feses

Seseorang yang berusaha menahan BAB tapi tetap makan dengan frekuensi biasa berisiko mengalami impaksi tinja. Ini adalah kondisi serius di mana feses yang keras dan kering tersangkut di usus besar atau rektum.

Impaksi tinja dapat menyebabkan sakit perut dan kembung, mual, dan kehilangan napsu makan.

Selain itu, kotoran cair juga bisa bocor dari rektum.

3. Perforasi gastrointestinal

Perforasi gastrointestinal adalah robekan yang terjadi di usus. Ini akan terasa sangat menyakitkan dan merupakan kondisi darurat medis.

Perforasi gastrointestinal dapat terjadi sebagai akibat tekanan feses yang tertahan dalam jumlah besar karena impaksi feses.

Jika seseorang tidak mendapatkan perhatian medis dengan segera, perforasi akan menyebabkan kotoran mengalir ke rongga perut, sehingga menyebabkan infeksi bakteri yang dapat mengancam jiwa.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menahan BAB juga dapat meningkatkan risiko masalah lain, seperti:

4. Inkonsistensia tinja

Ini adalah ketidakmampuan untuk mengontrol BAB, kemungkinan akibat dari terus-menerus menahan BAB sehingga terjadi kerusakan otot atau saraf.

Sembelit kronis juga bisa berkontribusi terhadap pengembangn inkonsistensia tinja, seperti wasir, prolaps rektum, dan masalah anus lainnya.

Beberapa orang dengan inkontinensia tinja mungkin mengalami kebocoran tinja sesekali, sementara yang lainnya mungkin bisa kehilangan kontrol usus sepenuhnya.

Ada dua jenis inkontinensia tinja, yakni inkontinensia urgensi dan inkontinensia pasif.

Inkontinensia urgensi adalah kondisi di mana seseorang memiliki keinginan tiba-tiba untuk BAB yang tidak bisa dihentikan, sementara pada inkontinensia pasif seseorang tidak menyadari kebutuhan untuk BAB.

Orang dengan inkontinensia tinja mungkin memiliki gejala usus lainnya, termasuk kembung, sembelit, diare, dan gas.

Melakukan perawatan untuk inkontinensia tinja dapat memperbaiki gejala dan meningkatkan kualitas hidup seseorang.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/10/18/122632420/3-cara-menahan-bab-ketahui-juga-risiko-kesehatannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke