Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Studi Terbaru, Rokok Elektrik Tidak Efektif Kurangi Kecanduan Merokok

KOMPAS.com - Rokok elektrik belakangan ini menjadi alternatif bagi perokok aktif untuk mengobati kecanduan mereka terhadap rokok tembakau.

Sebagian besar percaya, rokok elektrik dapat mengurangi kecanduan menghisap rokok tembakau secara berkala, walau hasilnya tidaklah instan.

Pilihan rokok ini lebih populer ketimbang produk rokok lainnya, terutama bagi anak muda, karena menawarkan berbagai macam rasa, mudah dibawa, dan modelnya yang menarik.

Walau demikian, ternyata rokok elektrik tak sepenuhnya mampu mengurangi tingkat kecanduan seseorang yang biasa menghisap rokok tembakau.

Hal ini dikemukakan dalam studi terbaru yang dipublikasikam secara online di JAMA Network Open pada 19 Oktober yang lalu.

Para peneliti menemukan bahwa di antara orang Amerika yang baru-baru ini berhenti merokok dan beralih menggunakan rokok elektrik, justru memiliki peluang untuk kambuh di masa depan, jika dibandingkan dengan non-pengguna rokok elektrik.

Mereka juga mendapati bahwa risiko kambuh sebenarnya meningkat di antara mantan perokok yang beralih menggunakan semua jenis produk tembakau non-rokok, termasuk rokok elektrik, shisha, dan tembakau tanpa asap.

Studi ini dilakukan menyusul keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) yang mengeluarkan izin pertama kali untuk produk rokok elektrik.

Pada pekan lalu, otoritas setempat mengumumkan pemberian izin kepada R.J Reynold Tobacco Company (RJRT) yang akan terus menjual produk vape dengan rasa tembakau Vuse.

FDA memberikan izin itu dengan dalih produk rokok elektrik produksi RJRT dapat menguntungkan perokok dewasa yang kecanduan, baik sepenuhnya atau dengan pengurangan konsumsi rokok yang signifikan dengan mengurangi paparan bahan kimia berbahaya.

Namun, FDA menegaskan bahwa pihaknya tidak menyetujui anggapan bahwa rokok elektrik ampuh digunakan sebagai alat bantu berhenti merokok.

Perdebatan rokok elektrik

Penggunaan rokok elektrik sebagai cara untuk mengurangi tingkat kecanduan seseorang yang terbiasa menghisap rokok tembakau, masih menjadi perdebatan.

Menurut studi yang dipublikasikan JAMA Network Open, rokok elektrik tidak sepenuhnya terbukti mengurangi tingkat kecanduan seseorang terhadap rokok tembakau.

Namun, ada studi terbaru yang berpendapat lain. Studi ini menyebut badan penelitian justru menjadi biang kebingungan soal efek rokok elektrik pada penghentian kebiasaan merokok.

Beberapa uji klinis menyebut bahwa menawarkan rokok elektrik sebagai bagian dari program berhenti -ditambah dengan konseling- bisa lebih efektif daripada konseling ditambah plester nikotin atau mengunyah permen karet.

Seorang profesor yang juga pakar pengendalian tembakau asal Georgia State University, Atlanta, Terry Pechacek mengatakan bahwa kunci berhenti merokok sebenarnya terletak pada dukungan dan panduan tentang cara menggunakan rokok elektrik sebagai bantuan penghentian merokok.

Jika perokok tidak diberikan dukungan dan panduan, maka tak mengherankan bila rokok elektrik tidak bermanfaat.

"Dan, itu tidak mengejutkan," kata Pechacek, yang menulis editorial yang diterbitkan dengan studi baru tersebut.

Dia mengatakan perokok yang beralih menggunakan rokok elektrik dapat kambuh ketika terapi pengganti nikotin bisa didapat tanpa resep, dan mereka menggunakannya sendiri.

Di AS, rokok elektrik tidak disetujui atau direkomendasikan sebagai bantuan berhenti merokok. Namun, ada dua obat yang direkomendasikan untuk berhenti merokok, yaitu Varenicline (Chantix) dan antidepresan bupropion (Wellbutrin).

Dr. Jamie Garfield yang merupakan juru bicara sukarelawan medis dari American Lung Association mengatakan pihaknya memiliki terapi yang sudah mendapat persetujuan FDA.

Lanjutnya, Varenicline yang digunakan sebagai obat berhenti merokok adalah pilihan pertama yang kemudian diikuti oleh terapi penggantian bupropion atau nikotin, dengan diikuti konseling.

"Saya tidak merekomendasikan rokok elektrik dalam konteks apa pun kepada siapa pun," kata Garfield.

Dia mencatat bahwa tidak ada uji klinis yang membandingkan rokok elektrik dengan obat yang disetujui FDA dalam membantu perokok berhenti.

Di samping itu, tambahnya, ada bahaya yang lebih luas selain akses luas ke rokok elektrik.

Yaitu, ketika pecandu rokok tembakau beralih ke rokok elektrik, tidak serta merta ia melupakan kebiasaan lamanya tersebut

Justru, orang itu akan menjadi pengguna rokok elektrik, sekaligus masih menghisap rokok tembakau.

Kecanduan rokok elektrik

Garfield mengatakan penggunaan rokok elektrik oleh remaja telah menjadi masalah kesehatan utama dalam masyarakat.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa 30% remaja yang menggunakan rokok elektrik, mulai merokok.

Sedangkan, dalam sebuah studi baru yang dilakukan John Pierce dan rekan-rekannya di University of California, San Diego, terhadap lebih dari 13.600 perokok dewasa AS, mendapati hanya 10% yang ingin berhenti merokok di tahun pertama penanganan.

Dari mantan perokok baru tersebut, sebanyak 37% masih menggunakan produk tembakau alternatif, termasuk rokok elektrik, shisha, tembakau kunyah, dan cerutu. Sedangkan, sekitar 23% menggunakan rokok elektrik.

Secara keseluruhan, mantan perokok yang menggunakan produk alternatif apa pun lebih mungkin untuk kambuh di tahun berikutnya.

Dalam hal ini, hanya 41,5% yang tetap bebas rokok, jika dibandingkan dengan separuh mantan perokok yang menghindari semua alternatif rokok.

Rokok elektrik telah dijual di AS selama bertahun-tahun, namun sebagian besar tidak diatur.

Tetapi mulai tahun lalu, FDA mulai mewajibkan produsen untuk mengajukan izin untuk menjual produk mereka, termasuk yang sudah ada di pasaran.

Perusahaan harus menyerahkan data untuk membantu FDA memutuskan apakah potensi manfaat produk mereka bagi perokok dewasa lebih besar daripada potensi bahaya bagi kesehatan masyarakat.

Dalam beberapa bulan terakhir, FDA telah menolak ribuan aplikasi tersebut, secara efektif melarang produk tersebut.

Garfield menambahkan, fakta bahwa otoritas setempat mengizinkan produk Vuse tertentu untuk tetap berada di pasar bukanlah dukungan untuk produk tersebut sebagai alat bantu berhenti merokok.

Pechacek di sisi lain juga mengatakan bahwa agar produk rokok elektrik dapat menggantikan rokok, FDA harus mengekang daya tarik rokok, termasuk dengan mewajibkan pengurangan kadar nikotin.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/10/25/183028220/studi-terbaru-rokok-elektrik-tidak-efektif-kurangi-kecanduan-merokok

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke