Usai mengisi bahan bajar, lima unit motor Meteor 350 dan tiga unit Himalayan yang ikut dalam turing bertajuk "Get Out of Your Orbit" itu sempat parkir sejenak di halaman mini market di areal SPBU.
Saat itulah, seorang pria datang mendekat. Sambil tersenyum dan mengangguk seperti meminta ijin, dia lalu menyorongkan kamera ponselnya pada Meteor kuning yang ada di dekatnya.
"Memang yang kuning ini kalo di jalan bikin orang-orang nengok," kata Bimo Ario Sulistyo, Rides and Community Manager Royal Enfield, Indonesia, yang ikut ambil bagian dalam turing ini.
Bimo yang juga mengendarai Meteor warna kuning merasa cukup sering mengalami pengalaman serupa. "Di jalan tuh mengundang perhatian," sebut dia lagi.
Motor yang pertama kali diluncurkan pada akhir Maret 2021 lalu ini sesungguhnya ditawarkan dalam tiga varian, dengan pembeda pada sisi warna, dan sejumlah aksesoris.
Meteor warna kuning adalah salah satu pilihan dari varian Fireball, yang memang didesain dengan kesan yang lebih sporty dan minimalis. Harga jual on the road-nya Rp 109,4 juta.
Dalam acara turing menuju kawasan Geopark Ciletuh, Jawa Barat yang digagas untuk menguji ketangguhan dan kenyamanan Meteor itu juga diikutkan varian Supernova, warna biru muda.
Supernova adalah varian termahal dari Meteor 350, yang dibenderol seharga Rp 112,8 juta. Di tengah, ada varian Stellar, yang harganya Rp 111,1 juta.
Tak ada perbedaan spesifikasi mesin pada ketiga varian tersebut. Hanya sebatas aksen dan aksesoris.
"Kalo Supernova lebih banyak akses krom-nya, dan sudah ada windshield dan backrest," sebut Bimo.
Namun demikian, di dalam segmen itu pun masih dimungkinkan variasi gaya -yang tentu saja bertujuan untuk menjangkau lebih banyak selera konsumen.
"Kalo gue lebih suka yang biru nih, keren banget kombinasi warnanya," sebut Rafiq Djoemhana selaku road captain dalam turing dua hari yang menempuh jarak lebih dari 400 kilometer ini.
Rafiq yang memiliki Royal Enfield Himalayan merasa, aksen krom pada beberapa bagian varian Supernova menambah kesan mewah dari motor tersebut.
"Lihat nih, krom-nya di tangki, cakep banget ya," sebut dia.
Mungkin pikiran yang sama lewat di benak seorang warga yang sampai menyempatkan diri menyeberang jalan, ketika rombongan turing ini sedang berhenti sejenak menjelang kawasan Rumpin, Bogor.
"Wah, berapa silinder ini pak?" tanya dia tanpa mengalihkan matanya dari blok mesin Meteor Supernova.
Wajahnya terlihat terkagum-kagum dengan motor warna biru langit di depannya. Padahal di dekatnya, ada Meteor lain dengan warna yang lain.
"350 cc satu silinder ya?" kata dia mengulangi jawaban yang didengar sambil mengangguk-angguk.
Sayang, belum sempat dia meneliti lebih jauh, rombongan sudah harus bergegas pergi.
Sepanjang perjalanan turing di kawasan selatan Jawa Barat, rombongan kecil dari motor-motor besar bersuara "halus" ini memang kerap menyedot perhatian warga.
Meski tak ada bunyi mesin yang menggelegar layaknya motor-motor berkapasitas besar, tetapi kehadiran Meteor lebih dilirik karena sosoknya yang unik, khas retro.
Apalagi jika penampilan rider-nya diselaraskan dengan penampilan motornya. Tentu, tak ada kata selain "keren" yang bisa terucap.
Bimo adalah salah satu contoh rider yang paling siap dengan penampilannya di sepanjang turing ini.
Bagaimana tidak? Sebagai staf di Royal Enfield, dia mengenakan riding gear khusus keluaran Royal Enfield.
"Ini buatan India, gak tembus air, tapi tetep dikasih lining waterproof dan lapisan buat winter yang bisa dipasang di dalem-nya," sebut Bimo menerangkan jaket yang dipakainya.
Jaket hitam berbahan cordura yang dipakai Bimo dilengkapi "ventilasi" di bagian punggung dan dada, hingga memungkinkan pengendara merasakan kesejukan udara saat berkendara di udara panas.
Tentu saja, seperti protective gear pada umumnya, set jaket dan celana yang dipakai Bimo dilengkapi dengan fitur anti-abrasi dan anti-benturan.
Lalu, lining anti-hujan yang dimaksud Bimo, dapat dilipat rapi dan disimpan pada kantong yang ada di sisi bagian punggung.
"Saya sudah coba hujan-hujanan gak tembus, ya hanya bagian-bagian busanya lembap ya, makanya disediakan lining ini," sebut dia.
Gaya jaket riding serba hitam itu pun selaras dengan celana berkendara yang terbuat dari bahan yang sama, dan dilengkapi sejumlah protektor demi keselamatan.
Aksen Royal Enfield pada perlengkapan itu pun dibuat dengan gaya monokrom, hingga tak mencolok namun terkesan mewah.
Sebuah kombinasi kece, antara motor klasik eyecatching dan perlengkapan senada, yang membuat pengendara lain tak kuasa untuk tidak menoleh.
Royal Enfield sepertinya paham betul dengan kebutuhan ini. Tengok saja apa yang ada di Royal Enfield Flagship Store, Pondok Indah, Jakarta.
Tak hanya motor yang dipajang di sana. Berbagai pernak-pernik berkendara, mulai dari kaus, sarung tangan, hingga tas-tas berbagai jenis dijual di sana.
Sungguh, bukan hanya performa dan penampilan motor yang melulu diperhatikan. Gaya penunggang Royal Enfield pun bisa "dimodifikasi" sesuai selera, hingga orang lain tak mampu menahan decak kagum.
https://lifestyle.kompas.com/read/2021/10/27/103614220/menikmati-royal-enfield-meteor-350-beda-gaya-beda-selera
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & Ketentuan