Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Misterius Tiga Lukisan di Balik Arloji Reverso Jaeger-LeCoultre

KOMPAS.com - Tahun 2021 ini, menandai 90 tahun kelahiran jam tangan Reverso, Jaeger-LeCoultre memperkenalkan tiga arloji unik berhias miniatur lukisan Gustave Courbet, Vincent Van Gogh dan Gustav Klimt yang pernah hilang.

Arloji bernama Reverso Tribute Enamel Hidden Treasures ini bisa disebut sebagai mahakarya karena menyatukan tiga keterampilan seni berbeda yakni pembuatan enamel grand feu, lukisan miniatur, dan guillochage atau pola permukaan jam - yang terakhir dibuat menggunakan mesin berusia seabad yang digerakkan dengan tangan.

Koleksi Reverso Tribute ini dibuat mendekati gaya jam Reverso asli yang diluncurkan tahun 1930-an. Meski tampak sederhana, namun ketiganya memiliki keindahan halus yang tersembunyi. 

Bagian menarik dari arloji ini adalah miniatur lukisan yang disembunyikan di bagian belakang casing. Casing Reverso sendiri bisa diputar untuk menunjukkan karya seni tersebut.

Adapun tiga lukisan yang direproduksi dalam triptych Reverso Tribute Enamel Hidden Treasures mewakili tiga aliran utama dalam kesenian Barat, mulai dari Realisme Abad ke-19 milik Courbet, Post-Impresionisme Van Gogh, hingga semangat ekspresif dan eksperimental Klimt.

Ketiga karya seni itu disembunyikan di sisi balik jam (yang bisa diputar), sebagai pengingat bahwa tiga lukisan aslinya pernah tersembunyi dari dunia selama beberapa dekade –-bahkan diasumsikan telah hilang-- sampai ditemukan kembali dalam beberapa tahun terakhir.

Selain itu, lukisan-lukisan ini dipilih karena memiliki kisah menarik lainnya untuk diceritakan. Berikut lukisan-lukisan tersebut:

Dalam karya yang dilukis pada tahun terakhir hidupnya, Courbet menangkap pergerakan awan dan sinar matahari di permukaan danau dengan warna biru keperakan bercahaya.

Pada awal tahun 1890-an, sekitar 15 tahun setelah kematian Courbet, seorang penduduk kota Granville di Normandia mewariskan lukisan ini, bersama dengan dua lukisan lainnya yang juga disebut karya Courbet, ke museum seni lokal – Musée du Vieux Granville.

Pada akhir Perang Dunia II, lukisan-lukisan tersebut dipindahkan ke loker penyimpanan, dan tergeletak terlupakan selama 70 tahun.

Lukisan-lukisan itu muncul kembali pada tahun 2015, ketika kurator museum sedang menyiapkan dokumen tentang sejarah museum.

Dia memutuskan untuk mencari pendapat ahli lain tentang keasliannya dan berkonsultasi dengan pakar Courbet terkemuka Bruno Mottin, dari Musées de France.

Setelah penelitian ekstensif, Mottin mengkonfirmasi pada tahun 2017 bahwa lukisan View of Lake Léman di museum itu benar karya Courbet.

Nah, untuk mereproduksi lukisan ini menjadi sekecil ukuran arloji, master enamel Jaeger LeCoultre dengan sempurna menangkap keindahan palet warnanya, detail halus, dan suasananya yang menggugah.

Warna lembut lukisan itu dilengkapi oleh casing emas putih berkilau, dan dicocokkan dengan tekstur guilloché berpola herringbone halus dari dial jam abu-abu kebiruan yang seolah berkabut.

Dilukis langsung berdasar suasana pada petang di musim panas, Sunset at Montmajour adalah contoh dari pencarian Van Gogh dalam menggambarkan alam dengan cara baru – menangkap tumbuh-tumbuhan khas Provence dan warna yang kaya sebelum matahari terbenam.

Mengenai lukisan itu, pada tanggal 5 Juli 1888, Van Gogh menulis kepada adiknya Theo:

“Kemarin, saat matahari terbenam, saya berada di atas semak berbatu di mana pohon ek yang sangat kecil dan bengkok tumbuh, di latar belakang reruntuhan di bukit dan ladang gandum ... matahari menuangkan sinarnya yang sangat kuning ke semak-semak dan tanah ...”

Meskipun ada bukti yang jelas berupa catatan ini, lukisan yang digambarkan Van Gogh, Sunset at Montmajour, tidak dianggap asli hingga 2013.

Lukisan itu bahkan pernah menghilang selama 60 tahun, muncul kembali, lalu menghilang lagi.

Berdasarkan cerita keluarga, Duta Besar Prancis untuk Swedia sekaligus kenalan Mustad yang memiliki keahlian dalam seni abad ke-19, menganggapnya sebagai lukisan palsu.

Kesal dan malu, Mustad pun membuang gambar itu ke lotengnya, dan kemudian terlupakan sampai setelah kematiannya pada tahun 1970.

Lukisan tersebut sempat muncul kembali sebentar di tahun 1991, saat dilakukan upaya otentikasi lain – oleh Museum Van Gogh di Amsterdam – yang juga dinilai palsu.

Akhirnya, pada tahun 2011, para ahli Museum setuju untuk memeriksa lukisan itu lagi, menggunakan teknik canggih yang sekarang tersedia. Tes kimia membuktikan bahwa pigmen lukisan cocok dengan yang ada di palet Van Gogh dari Arles.

Dua tahun kemudian, pada September 2013, lukisan itu dinyatakan asli dan menjadi lukisan ukuran penuh pertama oleh Van Gogh yang baru disahkan keasliannya sejak 1928.

Untuk lukisan ini, master enamel Jaeger-LeCoultre dengan teliti mereproduksi rasa perspektif yang kuat dari aslinya, serta efek dari sapuan kuas dan ketebalan cat yang menjadi ciri lukisan Van Gogh.

Nuansa khas dari enamel hijau dipilih sebagai warna dial guilloché bermotif cahaya matahari, memberikan perpaduan yang elegan pada warna emas dan russet (warna cokelat tua dengan jingga kemerahan) dari lukisan itu.

Identitas ganda lukisan itu ditemukan pada tahun 1996, ketika seorang mahasiswa seni bermata tajam, Claudia Maga, mendapati bahwa Klimt melukisnya di atas lukisan potret lain, yang diyakini hilang sejak 1912, segera setelah Klimt membuatnya.

Kisah di baliknya sangat romantis: Klimt jatuh cinta dengan perempuan muda yang menjadi inspirasinya, namun perempuan itu tiba-tiba meninggal. Untuk mengurangi kesedihan karena kehilangan, dia melukis wajah wanita lain di atas lukisan pujaannya.

Pada bulan Februari 1997, saat persiapan untuk pameran, lukisan itu dicuri dari Galeri Seni Modern Ricci Oddi di Piacenza, Italia, di mana ia digantung sejak tahun 1925, setelah kolektor Giuseppe Ricci Oddi membelinya.

Bingkai lukisan itu dibuang di atap galeri, menunjukkan bahwa pencurinya mengambil lukisan itu melalui langit-langit.

Namun, penyelidikan menunjukkan bahwa ini adalah pengalihan perhatian, karena lobang di atap terlalu kecil untuk dilalui bingkai tersebut.

Pada tahun-tahun berikutnya, lukisan palsu muncul di berbagai tempat, termasuk satu yang dicegat di perbatasan Prancis, dalam paket yang ditujukan kepada mantan Perdana Menteri Italia Bettino Craxi.

Lukisan aslinya sendiri dianggap hilang untuk selamanya.

Namun cerita tidak berhenti di situ, bahkan menjadi lebih aneh: menurut kesaksian yang diberikan oleh pencuri (dengan imbalan dirinya tidak dituntut), lukisan yang dicuri pada tahun 1997 itu sebenarnya adalah lukisan palsu yang digantung di tempat aslinya.

Lukisan asli sudah dicuri beberapa bulan sebelumnya oleh orang dalam yang merencanakannya dengan cermat.

Lukisan yang palsu dicuri untuk menyembunyikan fakta bahwa itu palsu, dan dikhawatirkan akan terlihat oleh para ahli yang mengunjungi pameran.

Pengakuan ini memunculkan pertanyaan tentang bagaimana lukisan aslinya muncul begitu saja. Dilihat dari kondisinya yang relatif baik, lukisan tersebut dipastikan terawat. Tapi siapa yang mengembalikannya? Kapan? Dan mengapa? Misteri soal ini masih belum terpecahkan.

Yang jelas, potret lukisan asli inilah yang direproduksi dalam miniatur di bagian belakang arloji Reverso ke-tiga. Pengrajin menangkap pose melamun perempuan tersebut seperti yang diciptakan Klimt dalam detail yang sempurna.

Warna hijau dari latar belakang lukisan menciptakan ilusi kedalaman, seperti aslinya. Sedangkan dial hijau pada arloji, dihiasi dengan enamel grand feu di atas guilloché berpola barleycorn, yang membangkitkan cahaya dari potret.

“Cerita-cerita ini relevan dengan keunikan dan kerahasiaan setiap arloji Reverso,” ujar Inigo Ohlsson, Managing Director of Southeast Asia & Oceania Jaeger-LeCoultrekata dalam acara virtual beberapa waktu lalu.

Setiap lukisan pada jam tangan, akan tersembunyi ketika pemakainya mengenakannya sebagai penunjuk waktu, dan baru akan terlihat bila dibalik. Mirip lukisan-lukisan yang pernah hilang atau disembunyikan itu.

Arloji Reverso pertama yang diketahui memiliki casing belakang berenamel adalah model yang dipesan oleh seorang bangsawan India pada tahun 1936, menampilkan potret detail seorang perempuan yang dianggap sebagai Maharani.

Seni enamel atau melukis di logam ini kemudian banyak dipesan oleh penggemar Reverso, termasuk Jendral Douglas MacArthur. Karenanya, pada tahun 1990-an Jaeger-LeCultre mendirikan studio enameling sendiri.

Pada tahun 1996, brand ini mulai mereproduksi karya-karya besar seniman dari Eropa dan Asia dalam bentuk miniatur untuk ditempatkan di belakang casing Reverso.

Mereproduksi lukisan enamel pada bagian belakang jam tangan adalah pekerjaan yang penuh tantangan. Hasil keterampilan pengrajin enamel sebagai juru gambar tidak hanya harus menyerupai karya aslinya tetapi juga harus dibuat dalam ukuran kecil.

Selain itu, warnanya harus dibuat agar sama persis dengan karya aslinya, padahal sifat pigmen enamel membuat hasil karya setelah pembakaran kerap kali tidak seperti yang diharapkan.

Karena teknik ini tidak bisa diduplikasi dengan enamel, pengrajin harus menciptakan ilusi dari teknik tersebut.

Di sisi lain, pancaran cahaya yang dihasilkan enamel grand feu memberikan keunggulan dibandingkan minyak di atas kanvas. Bila dimiringkan atau dlihat pada sudut berbeda, permukaan enamel seolah memberi kedalaman dan nuansa yang tidak terduga.

Setiap seri Reverso Tribute Enamel Hidden Treasures ini memiliki ukuran casing 45.6mm x 27.4mm, dengan ketebalan 9.73mm, berisi mesin manual kaliber 822/2, dengan cadangan daya 42 jam.

Masing-masing hanya dibuat 10 buah dan dihargai 107.000 dollar AS atau sekitar Rp 1,53 miliar.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/11/11/131618520/kisah-misterius-tiga-lukisan-di-balik-arloji-reverso-jaeger-lecoultre

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke