Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Memahami Restless Sleep Disorder pada Anak dan Gejalanya

Karena itu, para orangtua pun berusaha sekuat tenaga untuk membuat anak mereka mendapatkan tidur malam berkualitas.

Sayangnya, terkadang usaha itu seakan sia-sia. Anak tetap mengalami kesulitan tidur di malam hari tanpa alasan yang jelas.

Lalu, gangguan itu pun tetap tak bisa disembuhkan, meski orangtua mereka telah membaca berbagai trik dari internet atau buku-buku.

Nah, jika ini terjadi, kemungkinan besar anak tersebut menderita restless sleep disorder.

Apa itu Restless Sleep Disorder?

Berbeda dengan gangguan tidur anak lainnya seperti sleep apnea, restless sleep disorder masih belum diketahui secara jelas hingga kini.

Namun, tim yang dipimpin oleh Dr. Lourdes DelRosso dari Seattle Children's Hospital baru-baru ini menguraikan kondisi dan kriteria restless sleep disorder.

Uraian tersebut diterbitkan dalam jurnal Sleep Medicine pada November 2020 silam.

Restless sleep disorder menjelaskan masalah yang selama ini dialami orangtua, yaitu pola tidur anak yang buruk, namun tanpa alasan jelas di baliknya.

Jadi, kondisi ini biasa terjadi pada anak berumur 6-18 tahun dan dapat menyebabkan kualitas tidur yang buruk.

Karena itu, tak jarang anak juga menderita gangguan perhatian, perubahan suasana hati, masalah perilaku, dan bahkan masalah kesehatan jika tidak diobati.

Gangguan ini memang terbilang baru, namun Dr. DelRosso dan timnya memperkirakan, sekitar tujuh persen dari semua anak berjuang melawan restless sleep disorder.

Lalu terkait penyebab, meski masih belum diketahui dengan jelas hingga saat ini, DelRosso mengatakan, ada bukti yang menunjukkan gangguan ini mungkin disebabkan oleh kekurangan zat besi di otak.

Tanda-tanda Restless Sleep Disorder pada anak

The Sleep Foundation menyebut, anak dengan restless sleep disorder biasanya memperlihatkan salah satu atau beberapa gejala berikut ini saat tidur di malam hari:

  • Sering bergerak-gerak di tempat tidur
  • Sering terbangun di malam hari tanpa sebab yang dapat dijelaskan
  • Mendengkur keras yang tidak bisa dijelaskan oleh sleep apnea
  • Menggertakkan gigi (bruxism) saat tidur
  • Parasomnia seperti berbicara, berteriak, atau berjalan dalam tidur

Tak hanya itu, biasanya anak yang menderita restless sleep disorder akan mengalami beberapa masalah.

Misalnya, ketidakmampuan untuk tetap tidur sepanjang malam meskipun mereka lelah. Atau, merasa hanya setengah tertidur setiap saat, serta ketidakmampuan untuk merasa nyaman di tempat tidur.

Namun, saat mencari tanda-tanda restless sleep disorder pada anak-anak, orangtua juga harus memerhatikan bahwa ketidakmampuan anak untuk tertidur mungkin disebabkan oleh gangguan tidur lainnya.

Faktanya, Healthline mengklaim, cukup banyak anak menderita sindrom kaki gelisah, sleep apnea, atau bahkan teror malam.

Selain itu, anak-anak juga dapat mengalami insomnia atau gangguan tidur terkait kecemasan.

Karena itu, orangtua harus mencari pola yang konsisten dalam masalah tidur anak dan mencatat dengan segala tanda-tandanya sebelum menyimpulkan anak mereka mengalami restless sleep disorder.

Apa yang harus dilakukan orangtua?

Ketika anak tidak cukup tidur, biasanya anak tampak rewel, tidak sabar, serta kesulitan untuk fokus dan konsentrasi selama hari sekolah.

Lalu, mungkin saja kita akan menemukan anak ada di lantai pada malam hari atau terbangun dengan kantung di bawah matanya, meskipun kita berusaha membuat rutinitas tidur yang baik.

Seiring waktu, ini dapat memengaruhi kesehatan anak, karena itu, penting untuk melakukan intervensi sesegera mungkin.

Lalu, jika kita berpikir bahwa anak mungkin mengalami restless sleep disorder atau masalah lain yang berhubungan dengan tidur, hal pertama yang perlu dilakukan adalah berkonsultasi dengan dokter anak.

Dokter dapat membantu kita menentukan apa yang normal atau tidak dari pola tidur malam anak, kemudian membuat rekomendasi yang sesuai jika diperlukan.

Selain itu, karena mayoritas dokter meyakini restless sleep disorder biasanya disebabkan oleh kekurangan zat besi, orangtua juga dapat mencoba memasukkan lebih banyak makanan kaya zat besi ke dalam makanan.

Makanan seperti bayam dan sereal tertentu dapat berguna membantu meningkatkan kadar zat besi anak, dan melihat apakah itu membantu menanganinya atau tidak.

Tentu saja, para dokter di Stanford Healthcare juga menyarankan agar orangtua mencari kemungkinan penyebab lain, dan mengeksplorasi semua opsi sebelum berasumsi tentang restless sleep disorder.

Jadi, mungkin orangtua perlu mengevaluasi kembali rutinitas waktu tidur anak, menetapkan jadwal tidur dan bangun yang tegas.

Orangtua juga perlu berkonsultasi dengan psikolog anak untuk mengevaluasi apakah ada kondisi kesehatan mental yang memicu masalah tidur, seperti gangguan kecemasan.

Intinya, dengan mempelajari pola tidur, berkonsultasi dengan dokter keluarga, dan mencari kemungkinan pilihan pengobatan, orangtua dapat membantu anak mengatasi masalah tidur anak, dan membuat dia mendapatkan tidur berkualitas.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/11/16/133626820/memahami-restless-sleep-disorder-pada-anak-dan-gejalanya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke