Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Saat Pernikahan Tak Lagi Menyenangkan, Apa yang Perlu Dilakukan?

Hal ini tentu wajar, karena hubungan tak akan selalu berjalan mulus.

Sayangnya, bagi beberapa pasangan, pasang surut ini malah membuat mereka kecewa dengan hubungan, dan mulai bertanya-tanya akan berakhir seperti apa ikatan tersebut.

Penurunan kepuasan hubungan pernikahan memang sulit dihindari, seperti yang ditunjukkan oleh Psikolog University of North Carolina di Chapel Hill, Danielle Weber dan Donald Baucom.

Keduanya mengungkapkan, bulan-bulan pertama pernikahan adalah yang paling membahagiakan bagi hampir semua pasangan.

Kendati demikian, intensitas perasaan positif yang menjadi ciri tahap bulan madu sama sekali tidak dapat dipertahankan.

Hal ini terjadi karena masing-masing pasangan merasakan tarikan kuat dari kenyataan yang menarik mereka menjauh dari kebahagiaan perkawinan.

Ada faktor karier, anak, hingga masalah keuangan yang harus dihadapi, hingga mengurangi ekstase pernikahan.

Memang, ada pula pasangan berhasil mempertahankan tingkat kepuasan pernikahan, namun tak jarang ada pasangan lain yang membiarkan pernikahan mereka berubah menjadi lingkaran setan.

Di dalamnya hanya ditemukan kemarahan dan kepahitan.

Biasanya, pasangan seperti ini akan mencari konseling, meski terkadang sudah terlambat untuk menyelamatkan pernikahan.

Lalu, ada pula pasangan lain yang tetap baik satu sama lain meskipun pernikahan mereka menjadi loyo, meski hampir tak ada lagi hal positif di antara keduanya.

Kelompok terakhir inilah yang membuat Weber dan Baucom paling tertarik.

Menurut keduanya, ada teknik terapi yang cukup efektif untuk membantu pasangan mengurangi hal negatif dalam hubungan mereka.

Kendati demikian, terapis tetap kesulitan untuk membantu pasangan dalam meningkatkan interaksi positif hingga kini.

Terkadang, keadaan ini berasal dari gagasan keliru bahwa positif dan negatif adalah dua kutub dalam skala emosional.

Pada pandangan semacam ini, mengurangi interaksi negatif harus meningkatkan kepositifan hubungan secara keseluruhan.

Padahal, seperti yang Weber dan Baucom tunjukkan, pasangan bisa tetap tidak puas dengan hubungan mereka, bahkan ketika hanya ada sedikit interaksi negatif.

Penelitian pun menunjukkan, kesenangan dan rasa sakit diproses di berbagai bagian otak.

Artinya, mengurangi rasa sakit tidak selalu mengarah pada pengalaman menyenangkan, begitu pula dengan interaksi positif dan negatif dalam suatu hubungan dalam suatu hubungan.

Pertemuan positif membuat pernikahan menjadi menyenangkan, sementara pertemuan negatif sebaliknya.

Jadi, meskipun mengurangi kenegatifan dapat membuat suatu hubungan lebih dapat ditoleransi, meningkatkan kepositifan adalah satu-satunya cara untuk membuatnya lebih memuaskan.

Weber dan Baucom pun mencatat, ada dua alasan umum mengapa pengalaman positif cenderung menurun selama pernikahan.

Alasan pertama adalah bahwa tuntutan eksternal membatasi peluang yang dimiliki pasangan untuk interaksi positif.

Belum lagi karir dan pengasuhan anak yang menuntut banyak waktu dan perhatian dari masing-masing pasangan serta menimbulkan stres.

Akibatnya, pasangan menghabiskan lebih sedikit waktu berkualitas bersama, sehingga mereka memiliki lebih sedikit kesempatan untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama.

Alasan kedua adalah bahwa aktivitas yang dulu dinikmati bersama pasangan menjadi basi seiring waktu, seks-misalnya.

Awalnya, seks terasa mengasyikkan saat pasangan saling mengenal. Namun seiring waktu, pasangan terjebak dalam rutinitas seksual yang sama, membuat sesuatu yang dulunya positif dalam hubungan tidak memberikan kegembiraan seperti sebelumnya.

Apa yang harus dilakukan?

Lantas, apa yang harus dilakukan saat pernikahan tak lagi menyenangkan? Weber dan Baucom menawarkan solusinya.

1. Pemahaman yang sama

Pertama, pasangan perlu memahami bahwa hilangnya kegembiraan dalam pernikahan tidak dapat dihindari.

Tak sedikit yang mengira, sensasi bulan madu harus selalu menjadi keadaan normal pernikahan, yang tentu saja tak mungkin.

Beberapa orang cenderung menetapkan tingkat kebahagiaan tertentu dalam hidup mereka, seperti peristiwa besar dalam hidup dan awal hubungan baru yang dapat meningkatkan suasana hati secara signifikan.

Sayangnya setelah beberapa waktu, kita cenderung kembali ke tingkat kebahagiaan semula.

Karena itulah, salah satu tujuan konseling adalah untuk membantu pasangan memahami bahwa "bahagia selamanya" hanyalah dongeng.

2. Interaksi positif

Kedua, Weber dan Baucom mencoba membantu klien menemukan lebih banyak peluang untuk interaksi positif. Saran siaga lama di sini adalah pergi kencan malam.

Kendati demikian, Weber dan Baucom menyadari, banyak pasangan muda tidak memiliki kemampuan finansial untuk menyewa babysitter atau membayar makan malam dan hiburan yang mahal.

Jadi, mereka menyarankan agar pasangan dapat memanfaatkan waktu terbatas yang mereka miliki bersama dengan menjaga interaksi sehari-hari tetap positif.

Hal itu bisa dilakukan dengan -misalnya, melontarkan lebih banyak pujian dan ungkapan terima kasih.

Kebiasaan semacam itu dipercaya sangat membantu dalam mempertahankan hubungan yang memuaskan.

3. Mencoba hal baru

Ketiga, Weber dan Baucom terus mendorong pasangan untuk mencoba hal-hal baru, baik sebagai individu maupun sebagai pasangan.

Pasalnya, setiap manusia tumbuh melalui pengalaman baru, dan akan lebih dekat jika mereka berbagi dalam hidupnya.

Misalnya, dengan melakukan kelas dansa bersama, travelling, atau sekadar mengubah rutinitas seksual, sehingga hubungan kembali bergairah.

Selain itu, pasangan dapat menggunakan penilaian ulang kognitif untuk menafsirkan kembali ritual sehari-hari, seperti waktu makan.

Alih-alih melihat ini sebagai rutinitas yang harus dilalui, pasangan dapat menggunakannya sebagai peluang untuk terhubung kembali.

Intinya, pengalaman bersama tetap bermakna dalam suatu hubungan, dan itu tidak harus melibatkan makan malam mahal di restoran mewah atau perjalanan jauh ke tempat-tempat eksotis.

Sebaliknya, sesuatu yang sederhana seperti berbagi secangkir kopi pagi bisa menjadi pengalaman baik dalam membangun hubungan.

Hari-hari awal pernikahan biasanya merupakan titik tertinggi dalam kepuasan pasangan dengan hubungan, dan kebahagiaan pasti akan berkurang setelah itu.

Namun, fakta bahwa banyak pasangan berhasil mempertahankan pernikahan mereka dengan cukup menarik memberi tahu kita bahwa adalah mungkin untuk mengelola tingkat kepuasan hubungan yang tinggi dalam jangka panjang.

Seperti yang ditunjukkan Weber dan Baucom, kuncinya adalah menemukan peluang untuk momen-momen menyenangkan bersama sebagai pasangan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/11/22/190600820/saat-pernikahan-tak-lagi-menyenangkan-apa-yang-perlu-dilakukan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke