Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Benarkah Mewarnai Rambut Bisa Picu Risiko Kanker Payudara?

Baik itu karena ingin mengubah penampilan rambut supaya tampak menjadi lebih menarik atau untuk menutupi rambut yang sudah mulai beruban.

Terlepas dari apa pun alasannya, mewarnai rambut ternyata dapat berdampak buruk bagi kesehatan, khususnya dapat meningkatkan risiko kanker payudara pada perempuan.

Pewarna rambut mengandung lebih dari 5.000 bahan kimia. Daftar ini mencakup beberapa karsinogen yang diketahui dapat menyebabkan kanker.

Misalnya, amina aromatik, 3-amino-4-metoksianilin, 2-nitro-4-aminoanilin, dan 3-nitro-4-hidroksianilin.

Bahan-bahan kimia tersebut dapat mengganggu tindakan dan kadar hormon dalam tubuh yang memengaruhi risiko kanker.

Dokter spesialis kanker, Chirag Shah pun menjelaskan bagaimana hubungan tentang pewarna rambut dan risikonya terhadap kanker payudara sebagai berikut.

Pewarna rambut dan risiko kanker payudara

Selama bertahun-tahun, ada data yang beragam mengenai hubungan antara pewarna rambut dan risikonya terhadap kanker.

Menurut, penelitian National Institutes of Health tahun 2019 yang relatif besar melihat risiko ini pada lebih dari 45.000 wanita.

Disebut sebagai Sister Study, penelitian ini meneliti hubungan antara kanker payudara dan penggunaan pewarna rambut dan pelurus rambut.

Dari studi tersebut, para peneliti menemukan:

• Orang yang menggunakan pewarna rambut permanen secara teratur memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara daripada mereka yang tidak. Namun, tidak ada variasi berdasarkan frekuensi penggunaan yang terlihat.

• Wanita kulit hitam mungkin berisiko lebih tinggi daripada wanita kulit putih. Ada 45 persen peningkatan risiko pada wanita kulit hitam dibandingkan dengan 7 persen peningkatan risiko pada wanita kulit putih.

"Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pewarna rambut semi permanen dapat memengaruhi risiko kanker payudara juga," kata Dr Shah.

"Menariknya, Sister Study menemukan, mereka yang menggunakan pewarna semi permanen sendiri — tanpa bantuan penata rambut profesional — memiliki hubungan dengan risiko kanker payudara," sebut dia.

Hubungan dari penelitian ini yang paling banyak dipelajari adalah antara kanker kandung kemih dan pewarna rambut.

Dan, orang-orang yang menggunakan pewarna rambut secara rutin sebagai bagian dari pekerjaan mereka berisiko lebih tinggi terkena kanker kandung kemih.

"Kita terpapar banyak hal di lingkungan kita yang merupakan faktor risiko potensial kanker payudara. Pewarna rambut hanyalah salah satu di antaranya," kata Dr Shah.

Dia pun mengungkapkan, yang paling penting adalah melihat semua faktor risiko dan membuat keputusan berdasarkan itu.

"Bicaralah dengan dokter tentang lingkungan, gaya hidup, faktor risiko, dan riwayat keluarga, sehingga kita dapat memutuskan apa yang terbaik untuk kita," sebut dia.

Pelurus rambut kimia dan risiko kanker payudara

Tak hanya pewarna rambut, beberapa pelurus berbahan kimia ternyata juga mengandung formaldehida yang dikenal sebagai karsinogen.

Sister Study mengamati pelurus rambut dan menemukan beberapa peningkatan risiko kanker payudara yang terkait dengannya.

Penggunaan pelurus dalam 12 bulan sebelum pendaftaran penelitian ini dikaitkan dengan risiko kanker payudara 18 persen lebih tinggi, dan penggunaan yang lebih sering dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi.

Misalnya, mereka yang menggunakan pelurus rambut setiap 5-8 minggu memiliki risiko kanker payudara 31 persen lebih tinggi.

"Jadi, jika kita memiliki kekhawatiran tentang risiko kanker payudara dalam hal penggunaan pewarna rambut atau pelurus rambut, bicarakan dengan penyedia layanan kesehatan maupun dokter spesialis kanker payudara," kata Shah.

"Sebab, mereka tentunya dapat memandu kita melalui faktor risiko dan membantu kita mengetahui apa yang terbaik untuk kesehatan kita," imbuh dia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/11/26/060000420/benarkah-mewarnai-rambut-bisa-picu-risiko-kanker-payudara-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke