Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mempertahankan Usaha di Masa Pandemi, Saran Pakar Brand Lokal

KOMPAS.com - Para pelaku bisnis di Indonesia mengalami masa-masa yang sulit di era pandemi, tidak terkecuali pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Bagi para UMKM, kunci utama untuk kembali bangkit dan terus mengembangkan bisnis di masa sekarang adalah inovasi dan adaptasi.

Dikatakan Arto Biantoro, brand activist dan penggiat brand lokal, saat ini digitalisasi menjadi pendorong atau sarana untuk membantu UMKM menyokong kelangsungan bisnis mereka.

"Setelah tahun 2020, banyak UMKM yang sadar bahwa digital adalah masa depan," jelas Arto dalam acara ShopeePay Talk: ShopeePay 12.12 Birthday Deals yang diadakan pada Kamis (25/11/2021).

"Ini (digitalisasi) menjadi model bisnis yang harus dilakukan. Banyak UMKM yang akhirnya jatuh karena tidak mau beradaptasi dan berinovasi," imbuhnya.

Lebih lanjut Arto menerangkan, para pelaku UMKM kini semakin berlomba-lomba memaksimalkan penggunaan layanan digital hampir di setiap aspek bisnis agar tetap relevan dengan kebutuhan masyarakat.

"Hal ini termasuk memperluas kehadiran bisnis di medsos, menggunakan layanan pesan instan untuk mempermudah komunikasi, mengeksplorasi strategi marketing digital, hingga menyediakan layanan pembayaran digital," ujar Arto.

Dalam kesempatan yang sama, Maulana Hakim, CEO brand minuman kekinian Teguk, menjelaskan bagaimana usahanya mampu bertahan menghadapi situasi pandemi.

"Kita dituntut untuk melakukan pergerakan cepat. Pergerakan itu tidak hanya dari satu aspek, tetapi merambah semua iklim usaha kita. Mulai dari sisi operasional, human resources, finance, sampai marketing," tuturnya.

Tips agar bisnis tetap bertahan di era pandemi

Baik Maulana maupun Arto membeberkan tips mempertahankan bisnis dari pengalaman mereka. Berikut tips yang mereka sampaikan:

1. Mengenali perilaku konsumen (consumer behavior)

"Lihatlah bagaimana consumer behavior yang berubah di masa pandemi. Consumer behavior akan ke arah mana," terang Maulana.

Menurut penelitian kecil yang dilakukannya, Maulana menyebut bahwa penjualan online dan pembayaran nontunai adalah kebiasaan konsumen di era ini. 

"Kita harus tahu target market-nya siapa, consumer kita ada di mana. Ikutin apa yang mereka mau."

Sementara itu Arto menanggapi, perilaku konsumen rata-rata akan berubah setiap enam bulan.

"Ini mungkin yang membuat teman-teman UMKM kesulitan, karena behavior konsumen cepat berubah," katanya.

"Kuncinya, pahamilah masalah atau kebiasaan konsumen seperti apa yang ada di sekitar kita. Proses inilah yang sebaiknya dipahami UMKM."

2. Tidak panik

Menurut Arto, jika dibandingkan tahun lalu, bisnis UMKM sudah lebih baik sebab banyak yang sukses beradaptasi.

"Jika berbicara tren, bisa saja dalam waktu 10 tahun kita akan mengalami isu seperti ini lagi," jelas Arto mengingatkan.

"Tapi bagi mereka yang sabar, mengerti, tidak terlalu panik dan melihat kondisi, kita bisa melihat perubahan."

"Saya percaya ketika wirausaha dikembangkan tidak hanya memberikan benefit kepada pemiliknya, tetapi juga membantu ekonomi bangsa."

3. Bergerak secara offline maupun online

Pelaku UMKM seharusnya tidak mempermasalahkan untuk melanjutkan secara offline atau online, sebab keduanya saling melengkapi. 

4. Kolaborasi

Salah satu risiko ketika seseorang mengembangkan usaha, kata Arto, adalah banyaknya brand lain yang juga ikut tumbuh.

Hal ini, menurutnya, membuat persaingan antar brand semakin ketat. Namun ia mengutamakan pentingnya berkolaborasi dengan brand lain daripada bersaing.

5. Memanfaatkan data

Berpegang pada data bisa membantu pelaku bisnis melihat kebiasaan konsumen secara riil yang mana akan memengaruhi proses pertumbuhan UMKM nantinya.

6. Mutu pelayanan

Bagi pelaku bisnis makanan dan minuman, menurut Arto, menghasilkan produk dengan rasa yang enak saja tidak cukup. 

"Sekarang, bicara 'enak' sudah tidak bisa lagi dilihat sebagai nilai jual, tetapi sudah mandatory, keharusan."

"Tantangannya bukan cuma kualitas, kita bicara semua lini, termasuk pelayanan. Kita seringkali terfokus hanya pada kualitas produk," tandasnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/11/26/093135820/mempertahankan-usaha-di-masa-pandemi-saran-pakar-brand-lokal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke