Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

#RepaintIndonesia, Narasi soal Tanah Air lewat Corat-coret Tembok...

Kegiatan ini adalah bagian dari gerakan #RepaintIndonesia yang digagas Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), Rekata Studio, serta KG Media.

Beberapa pihak turut mendukung dilangsungkannya kegiatan ini, yaitu perusahaan cat Mowilex dan pemberdaya UKM kuliner Indonesia Basuki Widjaja Kusuma.

Sementara itu, ketujuh seniman yang terlibat adalah Muchlis Fachri (Muklay), Monez Gusmang, Mayumi Haryoto, Mohammad Taufiq (Emte), Bunga Fatia, WD Willy, dan Shane Tiara.

Mereka semua mencurahkan karya mural pada tembok gedung Kompas Gramedia sepanjang 110 meter dengan tinggi 3 meter.

Candra Gautama, Editor Senior penerbit Kepustakaan Populer Gramedia sekaligus penggagas #RepaintIndonesia, mengatakan, gerakan ini berangkat dari kesadaran bahwa manusia di Indonesia memiliki karakter yang baik.

"Ini sejalan dengan nilai Kompas Gramedia, yaitu membangkitkan hal-hal baik dan mengubur dalam-dalam karakter buruk dari bangsa ini."

Demikian penuturan Candra dalam konferensi pers virtual #RepaintIndonesia yang diadakan pada Minggu (28/11/2021).

Menurut Candra, ada lima nilai utama atau prinsip yang terkandung dalam gerakan #RepaintIndonesia.

Nilai-nilai tersebut adalah memuliakan kehidupan, memuliakan keragaman, memuliakan pengetahuan, memuliakan kerja, dan memuliakan kreativitas.

"Lima nilai ini ada untuk mengapresiasi dan menaruh hormat pada berbagai pihak yang sudah berkontribusi dalam situasi Indonesia selama dua tahun pandemi yang kini sudah membaik," ujar Candra.

"Kami di #RepaintIndonesia percaya, bangsa ini memiliki karakter baik dalam nilai yang saya sebutkan itu."

"Mural ini hanyalah salah satu cara untuk menyampaikan nilai-nilai dalam #RepaintIndonesia."

Lebih lanjut dia menerangkan, gerakan ini adalah titik awal dari gerakan mural yang nantinya juga akan diselenggarakan di berbagai daerah.

"#RepaintIndonesia akan berkolaborasi dengan berbagai kalangan dan seniman di daerah-daerah."

"Kami ingin membuat narasi tentang Indonesia bukan hanya Jakarta, Jogja, Bali. Banyak daerah atau pulau lain yang berpotensi," ucap dia.

"Di kegiatan ini, konsep yang saya buat lebih menggambarkan harapan kita di situasi pandemi," kata Muklay.

Ia mencontohkan, saat ini banyak seniman di Jakarta dan luar daerah yang terkena dampak pandemi.

"Mereka yang tadinya berkarya seperti biasa, harus berkarya dari rumah. Hope saya sih semoga bisa pulih lagi," tutur dia.

Lain lagi dengan konsep yang diusung seniman dan ilustrator profesional Mayumi Haryoto. "Untuk konsep saya, saya lebih mengangkat masalah kepedulian lingkungan."

"Harapan saya Indonesia bisa jadi negara maju, tetapi untuk mencapai hal itu banyak infrastruktur yang harus dibangun dan memikirkan sustainability environtment," cetus Mayumi.

"Saya menggambarkan bagaimana Indonesia sudah melewati berbagai macam tantangan, tetapi masih bisa bertahan sampai sekarang," ucap Monez Gusmang.

"Itu saya gambarkan lewat burung garuda yang melewati rintangan dan menuju sesuatu yang lebih baik."

Sementara itu, Muhammad Taufiq alias Emte berharap agar gerakan #RepaintIndonesia bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat, khususnya anak muda.

"Mudah-mudahan sih bisa menginspirasi anak muda untuk menyuarakan pesan-pesan mereka secara lebih niat," kata Emte.

"Saya masih suka sebel lihat coret-coretan ngasal di ruang publik, kesannya jadi nyampah."

"Harapan saya juga, semoga bisa repaint Istana Negara. Karena kalau saya jadi tamu negara, Istana Negara adalah tempat pertama yang menggambarkan seperti apa Indonesia."

"Biar enggak kaku," ujar Emte.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/11/29/064007220/repaintindonesia-narasi-soal-tanah-air-lewat-corat-coret-tembok

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke