Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Benarkah Varian Omicron Hanya Sebabkan Gejala Ringan?

KOMPAS.com - Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan temuan baru varian B.1.1.529 atau Omicron asal Afrika Selatan (Afsel), Kamis (25/11/2021) lalu. Virus ini pun telah menyebar ke beberapa negara. 

Meski mutasi baru virus corona ini membuat banyak orang khawatir, sejumlah epidemiolog dan ahli menyebut gejala yang ditimbulkan varian Omicron sangat ringan dan orang yang terjangkit dapat dirawat di rumah.

Dr. Angelique Coetzee, ketua Asosiasi Medis Afsel mengatakan bahwa pada 18 November ia memperhatikan tujuh pasien di kliniknya yang memiliki gejala yang berbeda dari varian Delta, meskipun gejalanya sangat ringan.

Coetzee mengatakan, seorang pasien pada 18 November datang ke kliniknya dan mengeluhkan dirinya sangat lelah selama dua hari, yang disertai dengan nyeri tubuh dan sakit kepala.

"Gejala pada tahap itu sangat terkait dengan infeksi virus normal. Dan karena kami belum melihat Covid-19 selama delapan hingga sepuluh minggu terakhir, kami memutuskan untuk menguji," katanya.

Pasien yang datang ke kliniknya dan keluarganya ternyata positif Covid-19.

Pada hari yang sama, lebih banyak pasien datang ke kliniknya dengan gejala yang sama, dan Coetzee menyadari ada sesuatu yang terjadi. Sejak hari itu, ia kedatangan dua hingga tiga pasien per hari.

"Kami telah melihat banyak pasien Delta selama gelombang ketiga. Dan ini tidak sesuai dengan gambaran klinis," ujar Coetzee.

"Sebagian besar dari mereka punya gejala yang sangat ringan dan kami dapat merawat pasien ini di rumah," tambahnya.

Coetzee menambahkan, varian Omicron ini berbeda dengan varian Delta yang dapat membuat pasien kehilangan penciuman atau rasa dan tidak ada penurunan besar kadar oksigen.

Pengalamannya sejauh ini adalah varian Omicron mempengaruhi orang-orang yang berusia 40 tahun atau lebih muda. Hampir setengah dari pasien dengan gejala varian Omicron yang ia rawat tidak divaksinasi Covid-19.

Ia mengungkapkan, keluhan klinis yang paling dominan adalah kelelahan yang parah selama satu atau dua hari, ditambah rasa sakit kepala, tubuh sakit, dan nyeri.

Meski gejala yang ditimbulkan varian Omicron disebut lebih ringan, pakar lainnya justru mengkhawatirkan tingkat penularan varian ini.

Kekhawatiran itu diungkapkan oleh Dr. Amesh Adalja, seorang dokter penyakit menular dari Johns Hopkins.

“Saya tidak berpikir kita tahu apa-apa tentang virulensi. Yang lebih kami khawatirkan adalah kemampuan menular dan kemampuan menghindari kekebalan,” katanya.

Adalja mengatakan, vaksinasi Covid-19 masih akan memberikan perlindungan yang kuat terhadap varian Omicron. Sementara, orang yang tidak divaksinasi Covid-19 tapi memiliki kekebalan alami dari infeksi Covid-19 sebelumnya, punya risiko lebih tinggi untuk terkena lagi.

Efektivitas vaksin

Sementara itu, pembuat vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna kini berlomba-lomba untuk membuktikan apakah vaksin mereka akan melindungi orang dari varian Omicron dan mencari cara untuk mengubahnya jika perlu.

Selain Adalja, varian Omicron ini juga mendapat perhatian dari Stephen Morse, profesor epidemiologi di Sekolah Kesehatan Masyarakat Mailman Universitas Columbia, AS. Ia mengatakan, varian ini bisa menimbulkan lonjakan mutasi yang belum pernah terlihat sebelumnya.

“Antigen yang kami gunakan dalam vaksin secara khusus adalah protein, jadi selalu ada kekhawatiran bahwa semakin banyak mutasi yang Anda lihat, semakin besar kemungkinan ia dapat menghindari kekebalan yang diberikan oleh vaksin jika berbeda. Kami masih belum benar-benar tahu," imbuh Morse.

Mutasi virus corona ini juga dapat membuatnya lebih menular. Di Afsel, infeksi baru meningkat tiga kali lipat dalam seminggu terakhir. Tetapi hanya sekitar 35 persen orang dewasa di Afrika Selatan yang divaksinasi Covid-19 lengkap.

Tidak perlu panik

Meski varian Omicron sudah terdeteksi di sejumlah negara, masyarakat tetap diminta untuk tidak panik. Sebabnya, virus memang harus bermutasi untuk mempertahankan hidupnya. Dan, hal ini adalah sesuatu yang normal bagi virus.

“Inilah yang dilakukan virus. Mereka bermutasi. Ini normal,” kata Melissa Nolan, asisten profesor epidemiologi dan biostatistik di Arnold School of Public Health di University of South Carolina.

“Ini tidak akan menjadi varian terakhir yang masuk kategori VoC. Akan ada lebih banyak selama kita masih memiliki orang yang tidak divaksinasi Covid-19 yang rentan terhadap penyakit," sambung Nolan.

Cara untuk mencegah penularan varian Omicron juga masih sama dengan varian lainnya, seperti dengan memakai masker dan mencuci tangan dengan sabun.

“Jika Anda divaksinasi Covid-19 akan dikuatkan sepenuhnya, Anda mungkin baik-baik saja,” tandasnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/12/03/060700420/benarkah-varian-omicron-hanya-sebabkan-gejala-ringan-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke