Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Panjang Nilon hingga ke Pentas Fesyen Dunia...

Sebab, nilon tergolong kokoh, tahan air, terjangkau, dan cocok sebagai bahan baku untuk berbagai item, mulai dari gaun couture hingga tas sehari-hari.

Pada koleksi musim semi 2021 saja, berbagai brand, baik high dan low fashion, terlihat berlomba-lomba membuat tas berbahan nilon.

Sebut saja backpack nilon utilitarian dari Sacai, shoulder bag berlogo Alexander McQueen, dan tas tote mini dengan quilt dari Marni.

Miu Miu pun tak mau ketinggalan, dengan merilis padded tote dengan aksen bintang yang hadir dalam warna ungu dan merah muda, cocok untuk chalet ski bergaya retro-chic.

Nilon sebenarnya telah ditemukan sejak tahun 1938 silam. Namun, kegunaannya sebagai pakaian kerap diasosiasikan dengan Perang Dunia II.

Saat itu, bahan pembuatan stoking diubah dari sutra menjadi nilon karena harganya yang mudah dan lebih mudah dirawat.

“Nilon mungkin mengalami kebangkitan karena alasan yang sama; ini adalah alternatif yang terjangkau, dan menawarkan kemudahan penggunaan dan perawatan.”

Demikian kata Sarah Collins, profesor mode di SCAD.

“Karena ketika menghadapi masa perselisihan dan ketidakpastian, seperti Perang Dunia II atau, katakanlah, pandemi, konsumen fokus untuk menggunakan dana mereka dengan bijak,” tambah dia.

Memasuki tahun 1950-an, nilon pun mulai ditemukan dalam segala hal, mulai dari set sweater dan jas pria hingga mantel bulu palsu dan rok.

Lalu pada tahun 1955, nilon berhasil tampil di atas runway di Paris.

Saat itu, Coco Chanel, Jean Patou, dan Christian Dior diketahui mulai menggunakan serat sintetis dari DuPont (penemu nilon).

Sementara, fotografer Horst P. Horst dipekerjakan untuk mendokumentasikan penggunaan nilon dan bahan sintetis lainnya oleh desainer top dunia, termasuk Nina Ricci, Emanuel Ungaro, Pierre Cardin, dan Madame Grès sepanjang akhir 1950-an.

Lalu begitu tahun 1960-an dimulai, nilon kembali menawarkan struktur dan kilau sempurnanya dalam koleksi Courrges.

Sejarah panjang

Melihat sejarah panjang nilon sebagai bahan baku pakaian, mungkin kita akan berasumsi bahwa sejarah nilon sebagai bahan baku tas juga serupa.

Namun nyatanya, tidak demikian.

“Handbag nilon sebenarnya relatif baru, sehingga memiliki sejarah singkat."

"Meski plastik seperti lucite sering dignakan sebagai bahan baku handbag pada tahun 1950-an, nilon jarang digunakan sebagai bahan baku tas wanita, hingga akhirnya Prada membuatnya,” ujar Collins.

Pada tahun 1984, brand asal Italia ini merilis Vela, backpack nilon ikonik Prada yang kita kenal saat ini.

Sejak saat itu, Prada terus mengembangkan produk nilonnya, hingga menghasilkan berbagai produk dengan bahan nilon yang bagus, mulai dari rok, gaun, ikat kepala, hingga topi, dan puffer jacket.

Pada tahun 2019, label tersebut memperkenalkan Re-Nylon, alternatif dari produk-produk nilonnya di masa lalu, di mana setiap item terbuat dari Econyl, benang berkelanjutan yang terbuat dari limbah.

Tentu saja, kita tidak mungkin mengabaikan efek Y2K pada dunia mode. Begitu pula dengan tas nilon.

Jika tak percaya, buka saja TikTok, dan kamu akan melihat lautan tas Re-Edition dari Prada, yang merupakan iterasi baru dari tas Prada yang pernah dirilis pada tahun 2000, 2005, dan 2006 lalu.

“Generasi muda selalu googling untuk melihat apa yang dikenakan gadis-gdis pada tahun 90-an,” ujar Collins.

“Mereka akan melihat tas nilon iquitous dan ransel mini itu, lalu ingin meniru gaya itu di masa kini,” tambah dia.

Selain itu, semakin banyaknya desainer baru yang hobi bereksperimen dengan kain layaknya Sunnei hingga Marine Serre, tentu semakin banyak pula Gen Z yang tertarik pada semua item fesyen berbahan nilon, kan?

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/12/07/133118720/sejarah-panjang-nilon-hingga-ke-pentas-fesyen-dunia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke