Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perempuan Lebih Rentan Hipertensi Selama Pandemi

KOMPAS.com – Pandemi tidak hanya membuat jutaan orang terjangkit Covid-19, melainkan juga gangguan kesehatan akibat stres, kecemasan, atau pun adaptasi terhadap kehidupan yang serba terbatas. 

Di Amerika misalnya, orang-orang yang tidak mendapat perawatan terhadap kondisi depresi dan kecemasan pada akhirnya menderita hipertensi.

Fakta ini terungkap usai sekelompok peneliti di AS memperhatikan jumlah penderita hipertensi dari tahun ke tahun. Dari pengamatan mereka, tidak ada perbedaan antara data tahun 2019 dan awal 2020, sebelum AS memberlakukan lockdown.

Meski begitu, para peneliti justru melihat peningkatan penderita hipertensi yang secara mengejutkan melonjak mulai dari bulan April hingga Desember 2020.

Peningkatan ini terjadi kala AS ketika sedang berupaya mengendalikan penyebaran Covid-19 di wilayahnya. Dan, dari data yang diamati, para peneliti mendapati perempuan berkontribusi terhadap peningkatan jumlah penderita hipertensi.

“Ini mengkhawatirkan karena peningkatan secara berkelanjutan dapat meningkatkan risiko lain, seperti stroke dan serangan jantung,” ujar Dr. Luke Laffin, penulis utama studi yang juga co-director Center for Blood Pressure Disorders di Cleveland Clinic.

"Banyak faktor yang kami lihat. Seperti, orang-orang yang pergi ke gym lebih sedikit, lebih stres, kurang tidur, makan lebih buruk dan semuanya dapat memiliki dampak yang cukup signifikan pada tekanan darah,” tambahnya.

Perempuan menanggung beban besar

Hipertensi merupakan penyakit yang mendapat julukan sebagai “The Silent Killer” atau pembunuh senyap sebab sering tidak bergejala namun bisa menyebabkan berbagai komplikasi serius.

Para peneliti mengatakan, beban besar yang dialami perempuan selama pandemi dikarenakan para ibu bekerja harus tetap bertanggung jawab terhadap tuntutan pekerjaan mereka, membantu anak-anak yang sekolah daring, mengurus pekerjaan rumah tangga, dan masih banyak lagi.

Menariknya, kenaikan berat badan bukanlah alasan bagi peningkatan tekanan darah pada tahun 2020. Sebabnya, laki-laki kehilangan berat badan rata-rata selama waktu itu, sementara perempuan memperoleh peningkatan berat badan yang sama seperti sebelum pandemi.

Para peneliti juga mencatat bahwa peningkatan penderita hipertensi turut didukung oleh kebiasaan minum lebih banyak alkohol, fisik kurang aktif, mengalami stres, sedikit mendapatkan perawatan medis, dan tidak rutin menjalani pengobatan.

Laffin menduga tekanan darah orang-orang tidak akan kembali seperti sebelum pandemi untuk saat ini dan tidak akan naik lebih jauh.

Ia justru memperkirakan tekanan akan mendatar pada tingkat yang meningkat saat ini. Jika terus berlanjut, Laffin memprediksi dalam tiga hingga lima tahun ke depan akan terjadi peningkatan serangan stroke, serangan jantung, dan penyakit kardiovaskular.

Cara menjaga tekanan darah

Meski hipertensi bisa disebabkan oleh faktor keturunan, bukan berarti penyakit darah tinggi ini tidak dapat dicegah.

Hal utama adalah kita perlu mengetahui berapa angka tekanan darah. Cobalah lakukan pemeriksaan tekanan darah secara tahunan atau memonitor tekanan darah di klinik, puskesmas, atau pun apotek.

“Banyak orang tidak tahu bahwa tekanan darah mereka terlalu tinggi, terutama jika mereka tidak mendapatkan perawatan medis yang teratur, dan kemudian mereka telah mengalami kerusakan organ akhir, penebalan otot jantung, bahkan menderita penyakit ginjal,” kata Lafin.

Jika tekanan darah meningkat, sebaiknya segera bicarakan dengan dokter untuk mengetahui langkah yang harus dilakukan selanjutnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/12/07/184612220/perempuan-lebih-rentan-hipertensi-selama-pandemi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke