Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Wangi Pala Papua dalam Produk Aromaterapi

KOMPAS.com - Saat ini, aromaterapi banyak digunakan sebagai perawatan alternatif untuk berbagai kondisi kesehatan. Mulai dari stres, masalah pencernaan, insomnia, depresi, dan lain-lain.

Alasannya adalah karena aromaterapi dipercaya dapat membantu memperbaiki suasana hati, hingga mampu meningkatkan kesehatan secara fisik maupun mental.

Aromaterapi bekerja dengan cara merangsang saraf hidung dan otak. Ketika kita menghirup uap minyak esensial atau minyak atsiri, aromanya akan merangsang sistem saraf di otak yang berperan dalam pengaturan emosi.

Tidak hanya itu, aromaterapi juga mampu merangsang sistem saraf yang mengatur detak jantung, tekanan darah, respon terhadap stres, dan pernapasan.

Ada banyak tumbuhan yang bisa digunakan sebagai aromaterapi. Tumbuhan tersebut dapat diolah bunga, akar, buah, serta daunnya, misalnya bunga lavender, bunga kenanga, mawar, melati, daun mint, lemon, apel, dan daun sage.

Dari sekian banyak bahan yang bisa dipakai, aroma terapi akan lebih bermanfaat jika digunakan oleh konsumen yanga da di daerah tempat bahan aroma terapi tersebut tumbuh dan dihasilkan.

Demikian pendapat Dr. Nova Primadina, dr., Sp. BPMRE, CH, Cht (Dokter dan dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya, sekaligus! anggota Asosiasi Peneliti Atsiri Indonesia) dalam acara peluncuran produk aroma terapi berbahan pala, Jumat (3/12/2021).

Produk bernama Hanggi tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Yayasan Inobu dan komunitas pengusaha perempuan Shestarts.id.

Uniknya, produk berupa reed diffuser dan scented candle (lilin wangi) itu menggunakan bahan minyak pala dari Fakfak, Papua Barat.

Apa keistimewaan minyak pala ini?

Sebenarnya pala dari Indonesia sudah sejak lama dicari orang-orang Eropa. Namun yang lebih dikenal adalah pala Banda (Myristica fragrans).

Sedangkan pala yang bentuknya lebih panjang atau pala tomandin (Myristica argentea Warb) dari Papua kurang dikenal, meskipun mutunya tidak kalah dan memiliki keharuman yang berbeda.

Nah, untuk lebih memberdayakan masyarakat di Fakfak, Yayasan Inobu bersama Shestarts.id menggunakan pala yang disebut Hanggi dalam bahasa setempat ini sebagai bahan aroma terapinya.

Selain menggunakan minyak atsiri buah pala, produk Hanggi juga yang dipadukan dengan beberapa aroma lain, di antaranya patchouli, musk, dan frankincense.

Kombinasi beberapa bahan di dalamnya menciptakan suasana segar seperti hutan pala dan memberikan sensasi menenangkan serta membantu mengurangi stres dan kecemasan.

Sedangkan aroma manis dan hangat dari pala melambangkan makna pala bagi masyarakat Fakfak sebagai sumber hidup yang sejahtera.

"Produk olahan pala menjadi aromaterapi ini adalah lambang kerja keras serta keramahan dan senyuman setiap petani pala bimbingan kami," ungkap Manajer Agribisnis Yayasan Inobu, Ofra Shinta Fitri.

Petani pala di Fakfak merawat dan mejual pala secara turun-temurun, menjadikan buah ini sebagai sumber kehidupan dan bagian dari budaya. Penghasilan dari penjualan pala pun membantu para petani untuk menyekolahkan anak-anaknya.

Masyarakat adat bergantung pada pala sebagai sumber penghidupan sehingga mereka juga ikut mengelola dan menjaga hutan. Pengelolaan hutan berkearifan lokal seperti ini sejalan dengan upaya pembangunan berkelanjutan.

“Kami berhara peluncuran perdana ini bisa memperkenalkan pala Tomandin kepada publik sekaligus menarik minat masyarakat terhadap produk-produk olahan pala yang merupakan identitas masyarakat asli Fakfak,” kata Ofra.

“Minat publik yang tinggi tentunya akan berdampak positif pada penghidupan petani pala di Fakfak, yang pada akhirnya bisa terus melanjutkan tradisi mereka untuk mengelola dan menjaga hutan pala di kampung mereka."

Dengan harapan tersebut, aromaterapi Hanggi bukan saja wangi dan menenangkan, namun juga membantu masyarakat adat memiliki kehidupan lebih baik, sekaligus melestarikan hutan setempat.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/12/07/204720320/wangi-pala-papua-dalam-produk-aromaterapi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke