Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Motif Batik di Tapak Sepatu Brodo Dipermasalahkan, Apa Alasannya?

KOMPAS.com - Media sosial tengah diramaikan pembahasan soal motif batik parang yang digunakan brand sepatu lokal, Brodo.

Pola klasik tersebut digunakan di bagian tapak alias outsole sehingga dianggap tidak semestinya dilakukan. Brand berbasis di Bandung itu dianggap tidak menghargai budaya Jawa dan hanya sekedar mengeksploitasinya demi bisnis.

Kritikan ini pertama ini dilontarkan oleh Weimpy Adhari, pemilik clothing brand asal Yogyakarya, Starcross lewat akun Instagramnya @k.weisle.

"ini brand org2nya jago digital marketing tp ga baca sejarah motif parang dibatik apa memang ga sampe ya?:(", tulisnya lewat Instastory, sambil menyertakan foto outsole sepatu Brodo dengan ukiran batik parang.

Ia menyampaikan kritikanya lewat beberapa Instastory sekaligus menyertakan screen capture artikel yang mengulas soal kesakralan motif tersebut. Pria yang akrab bernama Tebong itu juga menandai langsung akun Instagram resmi Brodo di unggahannya.

Lewat sumber tersebut, ia berpendapat motif batik tersebut seharusnya tidak boleh dikenakan sembarang orang, apalagi dijadikan alas kaki.

Ia menyarankan Brodo untuk mempertimbangkan kembali penggunaan batik parang sebagai outsole sesuai dengan pemaknaannya.

Komentar tajam tersebut rupanya langsung menuai perhatian banyak pihak dan viral di media sosial. Banyak yang menyampaikan kritikan serupa dan menganggap brand ini tidak menghargai budaya lokal, terlepas apapun maksud awalnya.

"Bukan cuma batik parang sih. Tapi batik secara keseluruhan jangan ditaruh di semua bagian sepatu... Jadi kesannya seperti kurang menghargai filosofi batik.????," tulis akun @mohammadsahrul.

"intinya .. motif batik parang adalah motif batik keraton ( kerajaan ).." komentar akun @vanyoku83.

Kepada Kompas.com, Yukka Harland, founder Brodo menjelaskan penggunaan motif batik parang di outsole produknya itu sudah dipakai sejak 2012 lalu.

Kala itu tidak ada niat buruk selain menjadikannya identitas yang unik, keren, sederhana sekaligus sulit ditiru.

"Kita sebagai brand yang baru berdiri saat itu niatnya baik meskipun memang tidak ada pertimbangan dari segi heritage," katanya ketika berbincang, Kamis (09/12/2021).

Ketika awal dirintis, koleksi sepatu Brodo bukan hanya disukai pasar namun juga kerap dipalsukan. Hal tersebut tentunya merugikan dari segi bisnis maupun branding brand ini sehingga outsole batik parang dijadikan sebagai pembeda.

Tapak dengan batik parang ini memang menjadi salah satu ciri khas Brodo, selain desain dan keunggulan lain dari brand ini.

Yukka mengaku telah merespon langsung kritikan tersebut dan dijadikan sebagai masukan. Bertepatan pula, Brodo memang telah berencana mengganti motif tersebut dengan corak baru yang lebih sesuai dengan identitas brand ini.

"Pas banget udah mau ganti baru karena kita sudah pakai sekian lama, cuma kemarin tertunda akibat pandemi sehingga fokus kita dialihkan untuk mempertahankan bisnis," tambahnya.

Keputusan pergantian motif tapak ini bukan terjadi karena kritikan tersebut namun memang sudah diagendakan cukup lama.

Namun sejumlah masukan tersebut menjadi kesempatan untuk belajar budaya lebih banyak untuk dijadikan value di bisnis lini sepatu ini.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/12/09/162112720/motif-batik-di-tapak-sepatu-brodo-dipermasalahkan-apa-alasannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke