Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Berhenti Kerja, Bantu Temukan Makna Baru dalam Hidup, Benarkah?

Tetapi, bagi sebagian orang, refleksi ini tampaknya telah mengakibatkan mereka berhenti dari pekerjaan (resign) atau pun pensiun.

Memang, pencarian manusia akan makna hidup sangat terkait pada hubungan kita dengan pekerjaan.

Pada tahun 2018, misalnya, sebanyak 4.867 orang dewasa di American Trends Panel menjawab pertanyaan terbuka tentang apa yang membuat hidup mereka bermakna.

Sumber makna teratas menurut penilaian ini adalah keluarga, dengan 69 persen menyebutkan keluarga dalam tanggapan mereka terhadap pertanyaan tersebut.

Kemudian diikuti oleh 34 persen yang menyebut mereka sebagai sumber makna dalam hidup mereka.

Peneliti perkembangan manusia di Harvard University and the Center for Public Leadership di Harvard Kennedy School, Ayse Yemiscigil, PhD, memberikan pandangannya tentang hal ini.

Dia mengatakan, pekerjaan bisa mengatur hidup kita dengan memberikan tujuan jangka pendek hingga jangka panjang, seperti memajukan karier kita.

"Pekerjaan juga mengelilingi kita dengan orang-orang dan membantu kita memainkan peran kita dalam membuat kita berfungsi di tengah masyarakat, serta berkembang," kata dia.

Dalam penelitiannya, Yemiscigil dan rekan-rekannya pun menguji bagaimana tujuan hidup orang berubah setelah pensiun — salah satu transisi hidup yang paling penting — yang melibatkan penarikan substansial dari pekerjaan.

Latar belakang

Menurut penelitiannya itu, bukti yang ada tentang pensiun dan tujuan hidup menunjukkan hubungan negatif antara keduanya yang mendukung jalan menuju kejenuhan eksistensial saat pensiun.

Ini juga membuktikan bahwa kehilangan peran, tujuan, dan struktur dari pekerjaan membuat kita tidak memiliki tujuan lagi, serta dapat menurunkan makna hidup.

"Masalahnya adalah bahwa bukti yang ada hanya bersifat korelasional, jadi kami tidak dapat dengan yakin menyimpulkan bahwa asosiasi ini mewakili dampak kausal dari pensiun," ungkap dia.

"Tapi, ada kemungkinan, korelasi didorong oleh jalur yang berlawanan, di mana penurunan tujuan mendorong keputusan untuk pensiun," ujar dia.

Selain itu, korelasi juga dapat mengambil efek dari faktor lainnya yang tidak dapat diukur dan dikendalikan dalam analisis.

Sebagai contoh, sakit atau berkabung dapat menyebabkan orang pensiun, sementara pada saat yang sama mengurangi tujuan hidup mereka dan menciptakan kesan hubungan negatif antara pensiun maupun tujuan hidup.

Faktor sosial ekonomi

Dalam analisis tambahan, Yemiscigil dan rekan-rekannya juga menemukan, mereka yang pensiun karena insentif dari Pemerintah cenderung memiliki pendapatan dan pendidikan yang lebih rendah, sehingga mereka tidak puas dengan pekerjaan mereka.

Padahal, mereka tidak berbeda dari orang lain dalam hal tujuan dasar hidup atau kesehatan.

Di sisi lain, mereka juga mengeksplorasi bagaimana aktivitas yang dilakukan orang berubah setelah pensiun, dan menemukan peningkatan waktu yang dihabiskan bersama cucu atau aktivitas sosial lainnya seperti bermain game.

"Analisis eksplorasi ini menunjukkan, ketika orang mengurangi waktu yang mereka habiskan di tempat kerja, mereka mulai menghabiskan waktu dalam kegiatan bermakna lainnya yang akan meningkatkan kesejahteraan mereka," kata dia.

Implikasi

Penelitian ini juga memperlihatkan bagaimana pemikiran tentang pekerjaan sebagai aktivitas yang secara inheren bermakna mungkin menyesatkan.

Apalagi, faktor sosial ekonomi dapat membuat kegiatan di luar pekerjaan lebih bermakna daripada pekerjaan itu sendiri.

"Temuan kami konsisten dengan survei yang disebutkan sebelumnya dari American Trends Panel, di mana 22-24 persen orang berpenghasilan rendah dengan pendidikan rendah menyebutkan pekerjaan membuat hidup mereka bermakna," ungkap dia.

"Nah, itu berarti kurang dari 48 persen orang berpenghasilan tinggi dan berpendidikan tinggi yang menyebut pekerjaan mereka sebagai sumber makna," lanjut dia.

Demikian pula, dalam data Gallup yang dikutip sebelumnya, hanya 45 persen dari mereka yang tidak memiliki gelar sarjana memeroleh rasa identitas dari pekerjaan mereka, dibandingkan dengan 70 persen dari orang dewasa berpendidikan perguruan tinggi.

Secara keseluruhan, temuan ini menunjukkan, peluang untuk memeroleh makna dan kepuasan dari pekerjaan tidak didistribusikan secara merata.

"Temuan ini juga membantu kita memahami hasil kesehatan dan kesejahteraan yang lebih luas di antara populasi berisiko, serta peran kebijakan terkait pekerjaan dan keputusan individu dalam menentukan hasil," kata Yemiscigil.

"Rasa memiliki tujuan hidup muncul dari aktivitas yang memberi makna hidup."

"Oleh karena itu, tujuan hidup bisa memprediksi keterlibatan produktif dengan kehidupan, hasil kesehatan yang lebih baik, pengurangan risiko penyakit, dan umur panjang," imbuh dia.

Temuan ini pun menyiratkan, pensiun dapat memulai lintasan positif kesehatan dan kesejahteraan, terutama di antara kelompok yang kurang beruntung.

Namun, kebijakan yang menunda pensiun dapat berdampak negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan kelompok rentan, setidaknya untuk jangka waktu tertentu.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/12/12/205802620/berhenti-kerja-bantu-temukan-makna-baru-dalam-hidup-benarkah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke