Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kenali, 6 Tanda Work Life Balance yang Gagal

Terutama saat beban pekerjaan meningkat akibat work from home (WFH) atau work from office (WFO) selama pandemi Covid-19.

Work life balance semakin dilirik banyak orang sebab prinsip ini mempunyai segudang manfaat bagi kesehatan psikis dan mental.

Di antaranya adalah membantu mengurangi stres, insomnia, dan mencegah kelelahan di tempat kerja.

Tapi, mempraktikan prinsip keseimbangan kehidupan pribadi dan pekerjaan ini tidak semudah yang kita kira.

Sebabnya, kita sulit memprediksi kapan pekerjaan akan datang secara bertubi-tubi dan kapan harus diselesaikan dengan lembur atau dikerjakan di rumah.

Jika beberapa hari terakhir kamu merasa work life balance-mu tidak berjalan, sebaiknya kamu melakukan evaluasi.

Berikut ini adalah tanda-tanda yang perlu kamu ketahui.

1. Tidak merawat tubuh

Perawatan tubuh adalah "investasi jangka panjang" bagi seseorang. Tapi, tidak semua orang punya cukup waktu untuk merawat diri di sela-sela rutinitas pekerjaan.

Alih-alih bisa menjaga penampilan dan kesehatan tetap baik, beberapa orang justru terpaksa begadang dan mengalami kesulitan tidur.

Ini disebabkan oleh kebiasaan duduk selama bekerja sepanjang hari dan tidak membiasakan tubuh untuk berolahraga.

Belum lagi jika tubuh tidak mendapat asupan nutrisi dan vitamin yang cukup.

Beberapa orang yang terbelenggu dalam sibuknya pekerjaan justru terlalu sering membeli makanan cepat saji atau tidak makan sama sekali.

Rutinitas pekerjaan yang padat seringkali juga membuat orang memiliki rasa sakit atau masalah kesehatan lain tidak memiliki waktu pergi ke dokter.

2. Kesehatan mental menurun

Kesehatan mental perlu dijaga agar kita selalu positif, tidak tempramen, dan stres selama bekerja.

Namun, banyak orang tanpa disadari mengorbankan kesehatan mental mereka agar pekerjaan cepat selesai.

Tanda-tanda kesehatan mentalmu menurun adalah kamu mudah marah, tersinggung, takut, gelisah, putus asa, panik, perubahan suasana hati, hingga berpikir untuk bunuh diri.

3. Tidak mempedulikan pekerjaan dan teman

Fase ini bisa disebut sebagai titik mengkhawatirkan jika seseorang tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri karena pekerjaan.

Orang-orang yang mengalaminya akan merasa pekerjaan tidak terasa berarti dan tidak mau terhubung dengan teman atau klien.

4. Merasa tidak kompeten

Selama bekerja kamu mungkin sudah melakukan cara apa pun tapi rasanya tidak pernah cukup.

Ini bisa membuatmu merasa selalu tertinggal dan kualitas pekerjaan mungkin menurun.

Jika tidak, kamu akan terus-menerus cemas tentang kinerja pekerjaan hingga khawatir dipecat dari kantor.

5. Tidak ada batasan yang jelas antara pekerjaan dan rumah

Work life balance memang memberi batas yang jelas antara ranah pekerjaan dan kehidupan pribadi.

Tapi faktanya, pekerjaan seringkali menyita waktu kehidupan pribadi dan keluarga di rumah.

Alhasil, kamu bekerja lebih lama dari jam kerjamu dan tidak dapat mengambil cuti tanpa menerima telepon, SMS, dan email dari kantor.

Jika tidak kamu dituntut oleh kantor untuk selalu siap sepanjang waktu.

6. Merasa kesepian

Tanda lain dari work life balance-mu tidak bekerja adalah kamu merasa kesepian.

Hal ini dapat terjadi walau kamu memiliki teman yang bisa dihubungi sepanjang waktu tapi kamu tidak memiliki energi untuk interaksi yang bermakna dengan keluarga atau teman.

Solusi

Setidaknya, ada empat solusi yang bisa dilakukan agar work life balance berjalan sebagaimana mestinya.

Solusi ini merupakan masukan dari psikolog Amy Sullivan, PsyD.

1. Putuskan sambungan komunikasi saat di rumah.

"Letakkan teleponnya. Kami tidak perlu tersedia 24/7," kata Dr. Sullivan.

Terus-menerus memeriksa dan menanggapi teks dan email bisa meningkatkan stres, sulit terhubung dengan anggota keluarga, dan mengganggu kualitas tidur.

2. Lebih efisien dalam bekerja

Dr. Sullivan meminta orang-orang untuk fokus pada satu tugas di satu waktu dan terus kerjakan sampai selesai.

Ia menyarankan agar jangan melakukan banyak tugas. Sebaiknya, tutup email dan matikan ponsel untuk meminimalkan gangguan.

“Jika efisien, kami menyelesaikan pekerjaan dan kemudian dapat pulang dan menghabiskan waktu bersama keluarga kami,” ujar Dr. Sullivan.

3. Utamakan perawatan diri

Buatlah keputusan untuk menyisihkan waktu demi berolahraga. Pilih dan rencanakan makanan bergizi dan waktu berkualitas bersama teman dan keluarga.

Jadikan hal-hal itu tidak dapat dinegosiasikan dalam rutinitas sehari-hari.

4. Minta bantuan ahli kesehatan

Dr. Sullivan menyampaikan bahwa stres yang benar-benar menyerang dan memengaruhi kesehatan mental harus dikonsultasikan dengan terapis.

Banyak pemberi kerja menawarkan program bantuan karyawan yang dapat menghubungkan dengan ahli kesehatan mental yang berpengalaman membantu karyawan mengelola stres.

Meskipun kerja keras dihargai dalam budaya kita, kamu tidak harus membiarkan pekerjaan mengambil alih hidupmu.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/01/06/143625920/kenali-6-tanda-work-life-balance-yang-gagal

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke