Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Viral di Media Sosial, Benarkah Bilingual Tanda Anak Genius?

KOMPAS.com - Media sosial tengah diramaikan tren beradu kemampuan bilingual alias memakai dua bahasa sekaligus.

Tidak jelas siapa pencetusnya, namun tren ini diawali dengan beredarnya unggahan berisi untaian kalimat dalam Bahasa Indonesia non formal dan bahasa Inggris.

Konten tersebut mencampuradukkan kata dalam dua bahasa tersebut meski masih menggunakan tata bahasa Indonesia.

Dalam unggahan tersebut dikatakan menjadi bilingual adalah salah satu kemampuan yang layak dibanggakan, dengan berbagai kelebihannya.

"Mayoritas orang struggle to read just one language tapi what are you doing itu tanda kejeniusan mutlak" demikian penggalan unggahan tersebut.

Unggahan ini sempat ramai di Twitter dan kemudian merambah ke Instagram serta diikuti oleh sejumlah pesohor.

Termasuk pula Sarah Sechan, presenter yang dikenal kerap berbahasa Inggris dalam kesehariannya.

"lumayan enjoy baca ini walaupun not sure with the statement “tanda kejeniusan mutlak” ????" tulisnya di caption.

Kalimatnya merupakan sindiran untuk gaya bahasa anak muda saat ini yang "bilingual" dengan mencampurkan dua bahasa sekaligus.

Banyak yang beranggapan, cara "bilingual" itu sebagai upaya menutupi kemampuan berbahasa yang sebenarnya buruk dan hanya berusaha tetap terlihat "keren".

Terlepas dari maksud sebenarnya, benarkan kemampuan bilingual menandakan seseorang sebagai genius?

Bilingual, tanda anak genius?

Seiring dengan perkembangan dunia, kemampuan menggunakan dua bahasa sekaligus alias bilingual dianggap sebagai kebutuhan.

Penggunaan bahasa Inggris atau asing lainnya dianggap sebagai pelengkap yang dapat memudahkan kehidupan di masa depan.

Misalnya untuk meraih pendidikan dan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, selain bahasa Indonesia sebagai kecakapan utama.

Tak heran, banyak orangtua berusaha agar anaknya menjadi bilingual sejak dini.

Dikutip dari situs Michigan State University, paparan bilingual diakui memang memberikan manfaat yang lebih dibandingkan kemampuan satu bahasa saja.

Anak bilingual mungkin memiliki kemampuan superior untuk fokus pada satu hal dan mengubah responsnya, dengan mudah menunjukkan "kognitif fleksibilitas.”

Kedua sifat tersebut membutuhkan pengendalian diri, sifat yang sangat diinginkan di kelas anak usia dini dan juga kehidupan.

Ketika balita bilingual mencoba untuk berkomunikasi, bahasa di otak "bersaing" untuk diaktifkan dan dipilih.

Anak harus memilih salah satu dan menekan kecenderungan bahasa yang lain.

Proses ini membutuhkan perhatian dan kemampuan otak untuk menjadi fleksibel, yang dimungkinkan pada usia dini ini.

Gangguan memaksa otak untuk menyelesaikan konflik internal, memberikan pikiran latihan yang memperkuat otot-otot kognitifnya.

Anak-anak bilingual juga lebih mahir memecahkan beberapa jenis teka-teki otak.

Sebuah studi tahun 2004 menemukan, remaja bilingual lebih berhasil membagi objek berdasarkan bentuk dan warna dibandingkan pengguna satu bahasa

Data ini menunjukkan pengalaman bilingual meningkatkan pusat komando otak.

Hal ini memberi remaja kemampuan merencanakan, memecahkan masalah, dan melakukan tugas-tugas otak lainnya.

Termasuk pula mengalihkan perhatian dari satu hal ke hal lain dan mengingat informasi.

Misalnya mengingat urutan arah ketika bersiap-siap ke sekolah di pagi hari atau, untuk orang dewasa, mengendarai mobil.

Manfaat bilingual pada orang dewasa

Kemampuan bilingual memang lebih mudah dipelajari ketika anak masih usia dini.

Namun tak ada salahnya memulai menjadi bilingual ketika beranjak dewasa karena terbukti juga kaya manfaat.

Para peneliti menemukan, orang dewasa muda bilingual tampil lebih baik pada tes perhatian dan memiliki konsentrasi yang lebih baik.

Mereka juga merespons lebih cepat atau lebih akurat daripada pengguna bahasa tunggal.

Kemampuan ini sebagian besar karena latihan yang diterima otak saat beralih antara satu bahasa ke yang lain saat memutuskan bagaimana berkomunikasi.

Hal ini memungkinkan kita untuk fokus lebih baik selama kuliah dan mengingat informasi yang relevan.

Mempelajari bahasa kedua di masa dewasa juga dapat melindungi dari penyakit Alzheimer.

Studi otak terbaru menunjukkan, otak orang bilingual berfungsi lebih baik dan lebih lama setelah mengembangkan penyakit tersebut.

Rata-rata, penyakit ini tertunda empat tahun pada orang bilingual dibandingkan dengan monolingual.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/01/10/111540420/viral-di-media-sosial-benarkah-bilingual-tanda-anak-genius

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke