Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

3 Kondisi yang Tandai Pacar Baru Tak Bisa Diharapkan

Hal tersebut salah satunya dilakukan dengan mencoba mengenal dan memahami pasangan baru lebih dalam.

Pola pendekatan seperti itu memanglah baik. Namun, jangan sampai keinginan bawah sadar kita berusaha untuk melihat sisi positif pasangan saja, tanpa memedulikan sisi negatifnya.

Seseorang yang hanya ingin melihat kebaikan dalam diri pasangan secara tidak sadar akan membenarkan perilaku si dia yang dipertanyakan.

Ada tiga kondisi yang menandakan bahwa pasangan baru kita dapat menimbulkan rasa sakit hati nantinya.

Apabila kita terus-menerus mengalami emosi ini dalam suatu hubungan, cobalah untuk mundur sejenak, dan memikirkan apakah kita perlu melanjutkan hubungan atau tidak.

1. Fokus pada diri sendiri

Contoh kasus, Anto menghubungi Lisa setelah tiba di rumah pada hari Sabtu, setelah dua hari perjalanan yang panjang.

Lisa lantas berkeluh kesah, dengan "atasanku menelepon dan meminta aku bekerja. Lalu, temanku melakukan perbuatan yang tak mengenakkan, aku benci orang bodoh."

Nah, biasanya, orang yang memiliki rasa empati segera beresonansi dengan masalah pasangan, dan berusaha memberikan dukungan.

Anto lantas menanyakan pada Lisa apa yang bisa dia lakukan. Lisa meminta Anto untuk menemaninya. 

Dari situ, Anto berniat membuat Lisa terkesan, dan membuktikan bahwa dia peduli dengan pasangannya.

Sayangnya, dia mengabaikan kewajiban untuk memenuhi keinginan Lisa.

Apa yang bisa diambil dari kasus di atas?

Seorang pasangan yang selalu fokus pada kehidupan dan kesulitan diri sendiri, tanpa meluangkan waktu sepenuhnya untuk memahami kondisi pasangan dapat menyebabkan masalah di masa depan.

2. Egosentris

Katakanlah, pria bernama Anwar selalu membicarakan putrinya. Pasangannya, Astrid terkesan bahwa Anwar adalah ayah yang peduli, penuh kasih, dan penuh perhatian.

Namun, Anwar jarang menanyakan kondisi anak-anak Astrid. Begitu membuat rencana, Anwar senantiasa mengatakan "putriku adalah yang utama dalam hidup ini."

Astrid menyetujui pendirian Anwar yang seperti itu. Namun ketika Astrid ingin menyusun rencana bersama anak-anaknya, Anwar kesal dan marah.

Astrid merasa, Anwar seolah-olah menganggap anak-anaknya jauh lebih penting daripada anak-anak Astrid.

Juga, Anwar menilai dirinya harus didahulukan daripada anak-anaknya Astrid, apabila ingin hubungan para single parents itu bisa mengalami kemajuan.

Pasangan yang memiliki standar terpisah untuk dirinya sendiri kemungkinan merupakan pasangan yang egosentris.

Selain itu, pasangan yang membuat orang lain merasa "beruntung" bisa menjadi bagian dari kelompoknya memiliki kecenderungan narsistik.

3. Minim empati

Rustam memiliki beragam masalah setelah bercerai dari istrinya. Ia pun menceritakan masalah yang dialami kepada kekasih barunya, Ayu.

Pada suatu ketika, Ayu sedikit menyinggung masalah kepada Rustam, namun dia segera mengalihkan percakapan.

"Pasti sulit tidak memiliki teman dan keluarga. Kamu mau makan di mana malam ini?"

"Saya migrain, saya sangat lapar dan benar-benar perlu makan. Kita bisa membicarakan masalahmu saat makan malam."

Sayangnya, selama makan malam itu berlangsung, Rustam tidak membahas kembali topik pembicaraan Ayu.

Ayu tentu merasa kesal karena merasa sudah mengungkapkan masalahnya sejak awal.

Nah, pasangan yang tidak melakukan upaya untuk memahami perasaan seseorang ketika dia kecewa, terluka, sedih, kewalahan, kesepian, atau marah, kemungkinan adalah pasangan yang kurang berempati.

Padahal, empati adalah unsur penting dalam hubungan yang menciptakan dan menopang kedekatan.

Jika pasangan kurang berempati, kita bisa merasa sendirian dalam suatu hubungan, kendati pada kenyataannya kita memiliki pasangan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/01/14/064647120/3-kondisi-yang-tandai-pacar-baru-tak-bisa-diharapkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke